Kisah Ande-Ande Lumut (2)
Denara membeku.
"Itu, maaf, system. Aku mungkin salah dengar. Siapa aku tadi?"
[Menjawab Host. Anda telah menjadi Klenting Kuning]
Suara itu menggema dalam kepalanya, sementara pikirannya berputar dengan kecepatan tinggi. Dia mencoba mencerna informasi yang baru saja ditanamkan dalam otaknya.
"Hehe..." Ada tawa kering yang menyelinap keluar dari mulut Denara.
Legenda Ande-Ande Lumut yang dia tahu seharusnya memiliki akhir bahagia. Klenting Kuning menikahi Ande-Ande Lumut, yang ternyata seorang pangeran, dan mereka hidup bahagia selamanya. Untuk keluarga angkatnya, mereka menyesal, namun tidak berakhir buruk.
Tapi... di dunia ini, cerita itu tidak berjalan seperti yang dia ketahui.
Ande-Ande Lumut gagal mengenali Klenting Kuning sebagai wanita yang tulus dan malah memilih Klenting Merah, yang kemudian menghancurkan kerajaannya.
Dan Klenting Kuning… tidak terpilih? Berteman dengan Yuyu Kangkang dan mengembara di sungai?
Denara merasakan keringat dingin mengalir di tengkuknya.
"Tunggu, tunggu. Aku benar-benar menjadi Klenting Kuning? Bisakah aku menolak. Tidak, mengubah karakter juga baik-baik saja!" suaranya terdengar panik.
[Maaf, perubahan tidak bisa dilakukan]
"Apa? Kenapa?"
Hening sejenak, lalu suara sistem kembali terdengar, [Sistem telah menyesuaikan data dan hanya tubuh Klenting Kuning yang cocok dengan host]
Denara terdiam. Perlahan-lahan dia kembali sadar.
Dia bisa merasakan tubuhnya lebih ringan, lebih kecil dari sebelumnya. Dia menunduk dan melihat tangannya. Itu juga terlihat lebih halus, lebih lentik. Kain batik yang membalut tubuhnya terasa sederhana, dan saat dia menyentuh rambutnya, dia bisa merasakan panjang rambutnya yang terurai.
Tidak, dia jelas memiliki rambut pendek!
Tidak ada seragam museum. Tidak lagi berada di lingkungan modern.
Dia benar-benar telah pergi ke dunia lain. Tidak, haruskah dia mengatakan ini sebagai dunia fantasi.
Sial!
[Target penyelesaian Misi: Perbaiki Takdir Ande-Ande Lumut!]
Denara mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
"Apa? Bagaimana caranya?!" serunya, suaranya bergetar antara marah dan panik.
"Selain itu, apa untungnya untukku? Aku menjalani hidup yang damai selama ini! Kenapa kamu tiba-tiba mengikatku dan menyuruhku melakukan ini?"
Tidak ada jawaban.
Denara merasakan dadanya naik turun dengan cepat. Napasnya memburu, matanya liar mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk memastikan ini hanyalah mimpi buruk, tapi tidak ada. Semuanya terlalu nyata. Tanah di bawah kakinya, udara yang lebih lembap, aroma kayu dan dedaunan di sekelilingnya.
"Sistem rusak, jawab aku!"
[...]
Denara mengertakkan gigi, bersiap untuk kembali berteriak, tetapi sebelum sempat melanjutkan protesnya, suara notifikasi kembali berbunyi.
[Sistem mendeteksi bahwa inang memiliki penyakit genetik tersembunyi]
Denara tertegun. "Apa?"
[Poin yang diperoleh selama misi dapat ditukar untuk obat. Sistem mengingatkan bahwa obat yang ditukarkan berasal dari masa depan dan memiliki harga yang mahal. Namun Host dapat tenang, selama Host memperbaiki beberapa legenda, mengumpulkan poin, Host akan sembuh secara bertahap.]
[Selain itu, berdasarkan data sistem, Host merupakan lulusan ilmu sejarah dengan pengetahuan luas tentang legenda Nusantara. Oleh karena itu, sistem mendeteksi kecocokan sebesar 99% antara Host dan misi ini.]
Denara terdiam. Otaknya mencoba mencerna informasi itu dengan cepat.
"Aku… aku tidak sakit," katanya, mencoba menyangkal. "Aku sehat-sehat saja! Aku tidak pernah divonis dokter—"
Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, sistem menampilkan serangkaian ingatan yang terkunci dalam pikirannya sendiri.
Kilasan ingatan itu muncul begitu nyata—
Tangannya yang gemetar saat bangun tengah malam, darah yang merembes dari hidungnya ke bantal.
Tubuhnya yang selalu pucat, meski dia makan dengan baik.
Sesak napas yang datang tiba-tiba saat dia harus berlari atau berolahraga berat, memaksanya berhenti dan membungkuk dengan napas terengah-engah.
Seketika, wajahnya memucat lebih dari biasanya.
Benaknya berusaha mencari alasan.
Banyak gadis seusianya yang juga seperti itu, bukan? Beberapa memang lebih lemah atau manja... Dia hanya kurang olahraga, kurang tidur, atau mungkin anemia ringan. Tapi—
Penyakit genetik?!
Darahnya berdesir dingin.
"Jangan bercanda…" bisiknya. "Aku… Aku benar-benar sakit?"
Denara menggigit bibirnya, dadanya terasa sesak oleh kecemasan yang tiba-tiba menghantam.
"Tapi… aku pernah pergi ke dokter. Tidak pernah ada diagnosis resmi. Bagaimana aku bisa percaya begitu saja?!"
Sistem tetap diam selama beberapa saat, lalu sebuah jendela baru muncul di hadapannya.
[Menampilkan data medis...]
Teks dan angka-angka memenuhi pandangannya. Beberapa istilah medis asing membuatnya semakin pusing, tetapi ada satu bagian yang menarik perhatiannya.
[Gejala utama: Epistaksis kronis (mimisan berulang), anemia sekunder, hipoksia ringan, kelemahan otot...]
Denara membaca dengan mata membelalak.
Semua itu... benarkah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Verlit Ivana
wah alasannya cukup kuat untuk terus menjalani sistem. Keren Thor!
2025-04-18
2