"Biar saja, aku enggak peduli! Lagian Edo juga tahu kalau aku tidak suka sama istrinya ini. Salah dia sendiri, kenapa menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak aku harapkan, seharusnya dia menikah dengan anak pak Wahyu, dianya malah milih gadis miskin ini," ujar bu Yati, terbersit rasa kecewa di hatinya karena Edo menolak keinginannya itu.
"Mulan, ayo aku bantu bangun." Lukman segera merangkul tangan Mulan dan membantunya untuk berdiri.
Melihat adiknya yang begitu antusias membantu Mulan, wanita itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Dia sudah muak dengan menantunya, dan dia tidak mau lagi melihat Mulan ada di rumahnya, tapi Edo malah meninggalkan Mulan di sana.
Meskipun benci, bu Yati tetap tidak tega menolak permintaan sang anak.
Edo pergi ke luar kota untuk kerja, sedangkan Mulan sekarang harus tinggal bersamanya.
Bella masih terus berdiri dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gadis itu jadi terkejut saat menyadari kalau keadaan di sekitarnya sudah berubah. Sekarang dia tengah berada di dalam kamarnya Mulan.
"Kamu sakit?" tanya Lukman.
"Aku masih enggak enak badan, Mas," ucap Mulan menahan tangisnya. Melihat beningan kristal mulai jatuh dari kedua sudut mata istri keponakannya itu, Lukman dengan lembut menyeka setiap tetesan itu.
"Kamu yang sabar ya," ucap lelaki itu.
"Mas Lukman bersikap begitu lembut terhadap mbak Mulan, sikapnya bahkan sangat berlebihan. Apa mungkin dia suka sama mbak Mulan?" Bella mulai bertanya-tanya.
Mulan menatap Lukman dengan begitu dalam, Mulan sendiri dapat merasakan kalau sikap Lukman terhadapnya bukan lagi seperti seorang paman terhadap keponakannya.
"Mas, kenapa kamu peduli banget sama aku. Kamu ini adik ibunya suami aku. Nanti dia akan semakin marah kalau kamu terus membela aku," ucap Mulan terus terang.
Lukman duduk di dekat Mulan, sangat dekat hingga tidak ada jarak antara mereka berdua.
"Lan, kamu itu keponakan aku juga. Mana mungkin aku tidak peduli, kamu ini istrinya Edo." Lukman mengusap lembut ubun-ubun kepalanya Mulan.
Mulan sampai tercengang melihat sikap Lukman yang semakin hari semakin terlihat aneh baginya.
"Mas, sebaiknya kamu keluar dari sini. Aku pengen istirahat, takut dilihat ibu nanti dia malah berpikir yang bukan-bukan," ucap Mulan, dia tidak ingin menambah masalah dengan terlalu dekat sama Lukman.
Bella yang terus memperhatikan hal tersebut, dia langsung bisa menebak kalau Lukman memang diam-diam suka terhadap istri dari keponakannya itu.
Bagaimana mungkin tidak menyimpan rasa suka terhadap Mulan, dia adalah seorang wanita yang cantik, ramah, baik hati, dan terlihat begitu anggun. Meski berasal dari kampung dan juga dari keluarga sederhana, Mulan juga tidak kalah cantiknya dari gadis-gadis kota.
Kecantikan Mulan cukup terkenal di desa itu, makanya Edo memilih Mulan daripada wanita pilihan ibunya. Terlebih lagi, Mulan juga memiliki hati yang baik.
Mulan adalah gadis yatim piatu, dan dia hanya tinggal bersama sang kakak. Itu sebabnya bu Yati tidak pernah takut ketika menyiksa sang menantu, karena dia pikir Mulan hanya anak sebatang kara.
Lukman menatap Mulan sesaat, dia tersenyum baru kemudian keluar, senyuman yang membuat Mulan semakin curiga.
Di alam nyata, kedua orangtuanya Bella terus menunggu sang anak sadar. Sekarang di sana sudah ada mbah Ijan dan Dewi.
"Terakhir saya ke sini, hawa di rumah ini tidak sepanas sekarang," ucap mbah Ijan.
"Apa sekarang sangat panas, Mbah?" tanya Bachtiar.
"Sudah banyak dari mereka yang memasuki kediaman kalian," ucap mbah Ijan sembari membuka lagi kedua matanya.
"Mbah, apa jasad orangtua saya memang tak bisa dikuburkan dengan layak?" tanya Bachtiar.
Dia tidak percaya begitu saja akan jawaban dari bi Iren, menurut pak Bachtiar, jika orangtuanya dikuburkan maka dia juga bakal bebas dari incaran Iblis itu.
"Sudah saya katakan dari awal, jika sudah masuk ke dunia hitam ini, maka tidak akan ada jalan keluar lagi. Awalnya itu hanya sebuah kalimat untuk menakut-nakuti orangtua kamu, Bachtiar. Saya pikir mereka akan selalu mengingatnya dan merasa takut, tapi kenyataannya mereka malah masuk terlalu dalam. Andaikan mereka mengikuti langkah seperti yang saya katakan, ini semua pasti bisa dibuang lagi dan tak akan pernah terjadi. Sekarang mereka bahkan tidak bisa dipindahkan dari ruangan itu. Ki Seto sebenarnya telah meletakkan sesuatu di sana, jika jasad itu kalian bawa keluar, dapat dipastikan bahaya besar akan datang menghadang."
"Andai pak Purnomo tidak melakukan ritual dan persembahan darah manusia malam itu, mungkin mereka tidak akan berakhir seperti ini," tambah Dewi.
Anggun dan Bachtiar malah terdiam dengan tatapan datar.
"Pantas saja Iblis itu mengincar keluarga kami," desis Anggun hampir tidak terdengar.
"Tapi, kalian tenang saja. Kali ini mereka tidak akan bisa berbuat sesuka hati, karena kalian masih belum menyetujui untuk menjadi pewaris dari harta Purnomo," sambung mbah Ijan.
Mereka semua duduk di gazebo belakang saat itu, tidak ada satu pun di antara mereka yang menyadari kalau bi Iren mendengar obrolan mereka.
Gelagat bi Iren tampak sangat mencurigakan, dia menggenggam erat tinjunya. Sekilas wajahnya menampakkan kemarahan, di belakang bi Iren, ada bayangan hitam yang begitu besar. Saat bi Iren pergi dari sana, bayangan itu juga pergi.
Apa bi Iren juga punya rencana jahat terhadap keluarga Purnomo?
"Aku tidak akan membiarkan mereka keluar dari rumah ini," ucap bi Iren seraya menjauh dari ambang pintu. Matanya bersinar merah, ada apa dengan wanita tua itu?
Mbah Ijan segera mengalihkan pandangannya, telinganya berdenyut, ia melihat ke arah pintu belakang rumah. Tidak ada lagi sosok bi Iren di sana, reaksi lelaki itu membuat mereka penasaran.
"Ada apa, Mbah?" tanya Dewi.
"Ada seseorang yang mendengar obrolan kita, apa ada orang lain selain kalian di sini?"
"Tidak ada," jawab Bachtiar dan sang istri hampir bersamaan.
Mbah Ijan kembali mengerling tajam ke arah pintu, dia yakin kalau tadi memang ada orang di sana.
"Mbah, bukannya kita cuma punya waktu sebelum bulan purnama tiba ya? Dan sukma Bella juga harus secepatnya dikembalikan, kalau tidak, dia selamanya akan terjebak di sana," tutur Rendra.
"Kamu benar, Sisi dan Andini juga harus secepatnya menemukan anaknya Mulan. Kita cuma punya waktu dua minggu lagi, waktunya semakin singkat dan kita tidak bisa berdiam diri saja di sini," jawab mbah Ijan.
Hawa panas yang kerap dirasakan mbah Ijan berasal dari Iblis terkuat di sana. Ia penguasa tempat tersebut, selama hidupnya Purnomo meminta bantuan kepada Iblis itu.
Purnomo merasa bahwa dirinya sudah bisa mengendalikan mereka, ia tak sadar jika selama ini dialah yang dijadikan budak oleh Iblis-Iblis itu.
Seluruh jiwa raganya telah ia berikan kepada sosok kegelapan.
Harta yang ia cari semakin hari semakin bertambah, itu sebabnya dia semakin bersemangat untuk memberikan tumbal.
Sekarang semuanya menjadi malapetaka untuk dirinya dan seluruh keluarganya, dia tidak akan dilepaskan oleh makhluk jahat itu.
"Bella? Apa ada yang menjaga anak itu?" tanya mbah Ijan panik.
"Tidak ada," jawab Bachtiar.
"Gawat, kita semua berada di sini. Bukankah mereka bisa merasuki tubuhnya dalam keadaan seperti ini," ujar Dewi.
Ingat akan hal itu, mbah Ijan dengan cepat turun dari atas gazebo dan berjalan lebih dulu meninggalkan mereka, yang lain mengikutinya dari belakang.
Iblis penjaga di rumah Purnomo menyadari akan kedatangan mereka. Dia pergi begitu saja, awalnya hendak mendekati kamar Bella, namun dia melihat kedatangan mbah Ijan di sana.
"Rupanya benar, kamu sudah mulai beraksi," ucap mbah Ijan saat membuka pintu kamar Bella.
Bella masih tidur dengan aman di sana, Anggun duduk di dekat putrinya.
"Pa, semalam wajah Bella tidak sepucat ini. Kenapa sekarang jadi begini?" tanya Anggun mulai panik.
Rendra berjalan ke arah jendela, perasaannya jadi tidak tenang. Entah kenapa hatinya menyuruhnya untuk ke sana, Rendra segera menyingkirkan gorden yang menghalangi pemandangan luar.
Dari atas sana dia bisa melihat neneknya keluar dari gerbang.
"Nenek ke sini? Kok aku enggak tau?" monolog Rendra, dia kembali menutup gorden dan mencuri pandang ke arah orang-orang di belakangnya. Beruntung saat itu tidak ada seorang pun yang melihat gelagat aneh dirinya.
"Apa mungkin orang yang ditanya oleh mbah Ijan adalah nenek aku?" batin Rendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments