Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam

...----------------...

Sora berjalan menyusuri jalanan desa dengan langkah santai. Di tangannya ada bungkusan kain yang berisi makanan. Ibunya menitipkan ini untuk diberikan kepada seorang tetangga, seorang pria tua yang tinggal sendirian di ujung desa.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali, suara serak terdengar dari dalam.

“Siapa?”

“Sora, Paman.”

Terdengar suara langkah kaki berat, lalu pintu kayu itu terbuka. Seorang pria tua dengan wajah penuh keriput menatapnya. Mata sayu nya sedikit membulat melihat Sora membawa bungkusan itu.

“Ah… ini dari ibumu, ya?”

Sora mengangguk dan menyerahkan bungkusan itu. Pria tua itu mengambilnya dengan tangan gemetar. Sejenak, ia menatapnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.

“Kimiko… dia selalu baik,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. “Terima kasih, Sora.”

Sora tersenyum tipis. “Ibu bilang kalau ada yang Paman butuhkan, beritahu saja.”

Pria tua itu hanya mengangguk. Lalu, seolah menyadari sesuatu, ia menatap Sora dengan tajam.

“Dingin di luar. Kau tidak ingin mampir sebentar?”

Sora menggeleng pelan. “Maaf, Paman. Aku harus pergi ke pasar.”

Pria tua itu menghela napas. “Baiklah… hati-hati di jalan, nak.”

Sora menundukkan kepala sedikit sebagai tanda hormat sebelum berbalik pergi.

Di Pasar

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Sora tiba di pasar. Suara pedagang yang menawarkan dagangan dan pembeli yang sibuk memilih barang terdengar di mana-mana.

Di sampingnya, Emi berjalan dengan ekspresi yang sedikit muram.

Sora meliriknya. “Kenapa wajahmu seperti itu?”

Emi mendengus pelan. “Tidak apa-apa.”

Sora menaikkan alis. Ia ingin bertanya lebih lanjut, tapi perhatiannya langsung tertuju pada sesuatu di depan.

Lapak dagangan yang besar dan megah.

Seseorang berdiri di sana.

Liliane.

Gadis berambut pirang itu tampak duduk di atas peti kayu, mengayunkan kakinya sambil melihat-lihat sekeliling dengan tatapan bosan.

Ketika matanya menangkap Sora, wajahnya langsung berubah.

Ia melompat turun dan berjalan cepat ke arahnya.

Sora tidak punya waktu untuk bereaksi sebelum Liliane berdiri tepat di depannya, menatapnya dengan mata berbinar.

“Kau akhirnya datang juga.”

Sora berkedip. “Eh?”

Liliane menautkan kedua tangannya di belakang punggung, menyandarkan tubuh sedikit ke depan dengan ekspresi yang jelas menunjukkan ketertarikannya.

“Kukira kau tidak akan muncul.”

Emi, yang berdiri di samping Sora, mengerutkan kening.

“Aku tidak tahu kalau kau menungguku,” jawab Sora jujur.

Liliane tertawa kecil. “Aku tidak menunggu, hanya kebetulan melihatmu.”

Emi menyipitkan matanya. Itu kebetulan yang terlalu sempurna.

Sementara itu, Liliane mengamati Sora dari kepala hingga kaki. “Kau mau beli sesuatu?"

Sora mengangguk. “Aku hanya ingin melihat-lihat.”

Liliane tersenyum. “Kalau begitu, aku bisa menemanimu.”

Sebelum Sora sempat menjawab, Emi langsung menyela.

“Dia tidak perlu ditemani,” katanya dengan nada ketus.

Liliane akhirnya menoleh ke arahnya. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar memperhatikan Emi.

Sejenak, mereka saling menatap.

“Dan kau…?” tanya Liliane, suaranya datar.

“Emi.”

Liliane mengangguk pelan, lalu kembali menatap Sora.

Sora, yang menyadari ketegangan yang mulai muncul, menggaruk kepalanya. “Uh… kami akan berkeliling dulu.”

Liliane tersenyum tipis. “Baiklah. Tapi kalau kau ada waktu nanti, datanglah ke lapak ini lagi. Aku ingin berbicara lebih banyak.”

Sora mengangguk pelan. “Oke.”

Liliane lalu berbalik, kembali ke tempatnya.

Saat ia pergi, Emi langsung menatap Sora dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

“Kau terlihat akrab sekali dengannya.”

Sora mengangguk. “Ah... itu—”

Sebelum Sora dapat menyelesaikan perkataanya, Emi menundukkan kepalanya sedikit, dan memotongnya. “Dia cantik…”

Sora menatapnya. “Hah?”

Emi menggigit bibirnya. “Tidak apa-apa.”

Sora bisa merasakan sesuatu yang aneh dari Emi.

Dan untuk pertama kalinya… ia merasa suasana di antara mereka berubah.

Kembali ke Rumah

Sora berjalan di jalan setapak yang dipenuhi kerikil, langkahnya ringan, sesekali menendang batu kecil di jalannya. Di sampingnya, Emi masih terlihat murung.

Sora meliriknya dengan penasaran.

"Hei, Emi," panggilnya.

Emi hanya melirik sekilas, lalu kembali menunduk.

Sora mengangkat alis. Ia berpikir keras. Lalu, tiba-tiba, wajahnya berubah jahil. Ia melangkah lebih cepat, lalu pura-pura tersandung batu dan—

"WAH!"

Sora jatuh berguling di tanah dengan dramatis, kedua tangannya mencakar udara seolah-olah mencoba menangkap sesuatu yang tidak ada.

Emi, yang awalnya tidak peduli, langsung tersentak. "Sora!"

Tapi sebelum Emi bisa menghampiri, Sora sudah bangkit dengan wajah datar dan berkata, "Aku baru saja bertarung dengan monster bayangan yang mencoba menculik ku."

Emi berkedip. "...Apa?"

Sora mengangguk serius, membersihkan tanah dari pakaiannya dengan gaya seorang pahlawan. "Ya, kau tidak melihatnya? Monster itu datang dari tanah, menjulurkan tangannya untuk menarik ku ke dunia lain!"

Emi mulai menyipitkan mata.

Sora semakin bersemangat. "Tapi aku berhasil mengalahkannya dengan jurus rahasiaku...!"

Ia lalu melompat ke udara, berputar satu kali, lalu mendarat dengan gaya yang konyol.

"Aku menyebutnya Tendangan Bayangan Harimau!!" katanya dengan suara berat seolah-olah sedang mendongeng kisah pahlawan.

Emi akhirnya mendengus kecil. "Itu terdengar konyol."

"Tidak, ini teknik yang diwariskan turun-temurun!" Sora bersikeras, mendekat ke Emi dengan wajah serius. "Kau ingin belajar?"

Emi mencoba menahan tawanya, tapi akhirnya menyerah dan tertawa kecil. "Sora, kau benar-benar aneh."

Sora tersenyum lebar. "Aku tahu! Itu sebabnya aku adalah pendekar masa depan!"

Ia kembali melompat-lompat di sekitar Emi, membuat gerakan tangan aneh seolah-olah sedang bertarung dengan musuh tak terlihat.

Emi menutup mulutnya, berusaha menahan tawa lebih lama. Tapi Sora terus bertingkah konyol—berlari zig-zag, berguling tanpa alasan, bahkan mencoba berdiri dengan satu kaki sambil merentangkan tangannya seperti burung.

Akhirnya, Emi tidak bisa menahan lagi dan tertawa keras.

"Kau terlihat seperti bebek bodoh!" katanya di antara tawanya.

Sora berhenti, meletakkan tangannya di pinggang. "Bukan bebek! Aku harimau bayangan!"

Emi masih tertawa.

Melihatnya tertawa seperti itu, Sora merasa puas. Itu tujuannya sejak awal.

Ia berjalan mendekat dan menatap Emi dengan seringai jahil. "Nah, sekarang kau sudah ceria lagi!"

Emi masih terkikik, tapi mengangguk. "Iya, iya… terima kasih, Harimau Bayangan."

Sora tertawa. "Sama-sama!"

Mereka berdua berjalan kembali ke desa, kini dengan suasana yang jauh lebih ringan.

Dan di dalam hati Sora, ia merasa bangga karena bisa membuat Emi tersenyum lagi. Tapi… ia merasa ini belum cukup.

Ia melirik Emi yang sudah mulai tenang, lalu menyeringai. Saatnya kejahilan tahap dua.

Ia berjalan lebih cepat, melangkah di depan Emi, lalu tiba-tiba berbalik dengan ekspresi serius.

"Emi, aku harus memberitahumu sesuatu yang sangat penting."

Emi berhenti, menatapnya dengan bingung. "Apa?"

Sora menatapnya dalam-dalam, lalu berbisik, "Aku punya kekuatan tersembunyi."

Emi mengerutkan kening. "Hah?"

Sora mengangguk serius. "Iya… tapi ini rahasia besar."

Ia menunduk sedikit, berpura-pura melihat sekeliling, lalu mendekatkan wajahnya ke Emi dan berbisik pelan, "Aku bisa berkomunikasi dengan hewan."

Emi berkedip beberapa kali. "Apa?"

Sora mengangkat satu tangan, meletakkannya di dada. "Kau tidak percaya? Lihat ini!"

Ia tiba-tiba membalikkan badan dan menatap seekor ayam yang sedang berkeliaran di pinggir jalan.

"KAWK-KAWK-KAWK!"

Emi terdiam, menatapnya dengan tatapan kosong. "Sora… itu cuma suara ayam biasa."

Sora menggeleng dengan dramatis. "Tidak, tidak, kau salah. Aku sedang mengobrol dengannya!"

Emi menaruh tangan di pinggangnya, menatap ayam itu dengan skeptis. "Terus, dia bilang apa?"

Sora pura-pura menatap ayam itu dalam-dalam, mengangguk beberapa kali, lalu berbalik dengan ekspresi serius.

"Dia bilang… ‘Aku sangat tampan’."

Emi langsung menepuk dahinya. "Ayam tidak bisa bicara soal ketampanan!"

Sora mengangkat bahu. "Tentu saja bisa! Kau meremehkan kecerdasan ayam, Emi!"

Ia lalu menatap ayam itu lagi. "Baiklah, teman, kau mau bilang apa lagi?"

Ia berpura-pura mendengar sesuatu, lalu menoleh dengan ekspresi kaget. "Hah?! Kau bilang Emi terlihat galak tapi sebenarnya manis?! WAH, aku juga berpikir begitu!"

Emi langsung memerah. "SORA!!!"

Sora tertawa keras, berlari sebelum Emi bisa menangkapnya.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU!" teriak Emi sambil mengejarnya.

"KYAAA! Ayam, tolong aku!" Sora tertawa sambil lari berputar-putar di jalanan desa.

Para warga yang melihat hanya bisa tersenyum geli, sementara Emi mengejar Sora dengan tangan terkepal.

"BERHENTI KAU, HARIMAU BAYANGAN PALSU!"

"JANGAN MEMUKUL SEORANG PAHLAWAN!"

Suasana yang awalnya sedikit canggung kini berubah menjadi penuh tawa.

Dan untuk Sora, ini lebih dari cukup. Ia hanya ingin Emi kembali ceria.

Meski… harus mengambil risiko dipukul kepalanya nanti.

Terpopuler

Comments

Bocah kecil

Bocah kecil

Ni bocil sumpahna, yang satu baperan, yang satu cuplas ceplos.. /Facepalm/

2025-03-28

1

Abu Yub

Abu Yub

tiba tiba

2025-04-03

1

Aditia Febrian

Aditia Febrian

Ngakak parah /Facepalm//Facepalm/

2025-03-28

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3 Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4 Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5 Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6 Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7 Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8 Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9 Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10 Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11 Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12 Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13 Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14 Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15 Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16 Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17 Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18 Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19 Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20 Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21 Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22 Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23 Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24 Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25 Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26 Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27 Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28 Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29 Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30 Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31 Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32 Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33 Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34 Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35 Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36 Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37 Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38 Author's Note
39 Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40 Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41 Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42 Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43 Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44 Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45 Author's Note
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prologue
2
Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3
Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4
Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5
Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6
Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7
Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8
Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9
Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10
Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11
Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12
Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13
Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14
Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15
Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16
Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17
Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18
Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19
Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20
Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21
Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22
Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23
Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24
Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25
Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26
Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27
Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28
Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29
Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30
Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31
Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32
Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33
Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34
Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35
Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36
Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37
Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38
Author's Note
39
Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40
Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41
Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42
Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43
Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44
Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45
Author's Note

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!