Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku

...----------------...

Tiga hari telah berlalu.

Pagi itu, salju turun dengan lembut, menutupi atap rumah-rumah desa dengan selimut putih yang tipis. Udara dingin menusuk, tetapi di dalam rumah kecil milik keluarga Sora, suasana justru terasa hangat.

Kimiko tengah menyiapkan sarapan, aroma sup hangat bercampur dengan kayu bakar yang berderak di perapian. Sora, yang baru saja bangun, masih mengucek matanya sembari menguap lebar.

Namun, sebelum ia sempat duduk untuk sarapan, terdengar ketukan di pintu.

Tuk tuk tuk!

Sora dan Abirama langsung saling berpandangan.

“Siapa yang datang pagi-pagi begini?” gumam Kimiko sambil membersihkan tangannya dan melangkah menuju pintu.

Ketika pintu terbuka, udara dingin langsung menyelinap masuk bersama dengan tiga sosok yang berdiri di ambang pintu.

Seorang wanita anggun dengan pakaian tebal berwarna putih gading berdiri dengan tenang, wajahnya dihiasi senyum lembut.

Di sebelahnya, seorang gadis kecil berambut emas—Liliane—tampak terkejut dengan mata membulat. Sementara itu, sosok ketiga, seorang pria bertubuh tinggi dengan pakaian zirah ringan, berdiri dengan tenang di belakang mereka.

“Selamat pagi,” sapa wanita itu dengan suara halus. “Maaf mengganggu di pagi yang dingin ini.”

Kimiko mengerjapkan mata sejenak sebelum membalas dengan sopan, “Tidak sama sekali. Silakan masuk, ini pasti dingin di luar.”

Wanita itu tersenyum. “Terima kasih, tapi kami hanya mampir sebentar. Kami baru saja menetap di desa ini, dan sebagai bentuk perkenalan, saya ingin memberikan sesuatu.”

Ia mengangkat sebuah kotak kayu yang dihias indah, dengan ukiran bunga yang rumit di sisi-sisinya. “Ini kue, buatan tangan kami sendiri. Kami harap keluarga Anda menyukainya.”

Kimiko menerima kotak itu dengan tatapan heran, namun segera membalas dengan senyuman hangat. “Wah, cantik sekali... terima kasih.”

Namun, saat itu juga, Liliane yang sejak tadi diam mulai bergerak maju.

Matanya masih membulat, seolah baru menyadari sesuatu yang mengejutkan.

“Sora…?!"

Sora, yang berdiri di belakang ibunya, hanya bisa menatap balik dengan bingung.

Liliane menoleh ke ibunya, lalu kembali ke Sora. “Ini… rumahmu?!”

Sora mengangguk pelan. “Iya… memangnya kenapa?”

Liliane tampak benar-benar terkejut, seakan-akan dunia baru saja mengubah bentuknya.

“K-Kukira… kau tinggal di rumah yang lebih besar!” serunya tanpa sadar. “Kau terlihat keren! Kukira kau anak bangsawan atau pendekar terkenal!”

Kimiko tertawa pelan mendengar kepolosan gadis itu, sementara Abirama hanya tersenyum tipis.

Sora menggaruk kepalanya, merasa agak malu. “Aku hanya anak biasa…”

Liliane masih tampak belum bisa menerima kenyataan itu. “Tapi… tapi…”

Wanita anggun itu tersenyum lembut. “Liliane, tidak semua orang hebat berasal dari tempat yang besar. Yang penting adalah siapa mereka sebenarnya.”

Liliane terdiam, lalu menatap Sora dengan ekspresi baru—seakan sedang menilai ulang siapa dirinya.

Sementara itu, sosok pria bertubuh tinggi yang berdiri di belakang mereka akhirnya berbicara.

“Sungguh rumah yang nyaman,” katanya dengan suara dalam namun ramah. “Hangat dan penuh kehidupan. Aku bisa mengerti mengapa kau tumbuh kuat di tempat seperti ini, Nak.”

Sora menatap pria itu. Tidak seperti pendekar yang menegurnya kemarin, pria ini tidak memiliki aura mengintimidasi. Sebaliknya, ia tampak santai, dengan mata penuh kebijaksanaan yang tersembunyi di balik tubuhnya yang kuat.

Pria itu tersenyum kecil. “Namaku Kouji ,” katanya sambil sedikit menundukkan kepala. “Aku adalah salah satu pengawal keluarga Liliane.”

Sora mengangguk sopan. “Aku Sora.”

Kouji tertawa kecil. “Aku tahu. Liliane sudah banyak bercerita tentangmu.”

Sora melirik Liliane, yang sekarang justru terlihat malu.

Kimiko tersenyum hangat. “Silakan masuk, setidaknya untuk menghangatkan diri sebentar.”

Namun, wanita itu menggeleng pelan. “Terima kasih atas kebaikan Anda, tapi kami harus segera pergi. Hanya ingin memberikan kue ini sebagai tanda persahabatan.”

Kimiko mengangguk paham. “Kalau begitu, terima kasih banyak.”

Liliane, yang tampaknya masih belum puas, menatap Sora dengan serius. “Aku akan kembali! Kita harus bicara lebih banyak lagi!” katanya dengan nada penuh tekad.

Sora hanya bisa tersenyum kecil. “Baik.”

Saat mereka pergi, Sora masih bisa melihat Klaus menoleh ke arahnya dengan senyum ramah.

Dan entah kenapa, senyum itu membuatnya merasa tenang.

Namun, dalam hati kecilnya, Sora tahu… kehidupannya di desa tidak akan pernah sama lagi setelah hari ini.

......................

Di sisi lain, Emi berjalan cepat menuju rumah Sora dengan penuh semangat. Udara dingin tak mengurangi keceriaannya, ia ingin mengajak Sora bermain, mungkin ke danau atau sekadar berjalan-jalan di sekitar desa. Namun, saat mendekati rumahnya, langkahnya melambat.

Di depan rumah Sora, Emi melihat tiga sosok asing yang baru saja berpamitan.

Liliane.

Gadis berambut pirang yang baru datang ke desa itu berdiri di depan rumah Sora dengan senyum polosnya. Ia bersama ibunya dan seorang pengawal tinggi yang tampak ramah. Mereka baru saja dari rumah Sora… Kenapa?

Emi menyipitkan mata, hatinya terasa aneh.

Liliane terlihat sangat cantik. Terlalu cantik.

Dengan kulit putih bersih seperti porselen, rambut emas yang berkilau bahkan di bawah langit musim dingin, dan pakaian yang jelas menunjukkan bahwa ia berasal dari keluarga berada. Kontras dengan Emi yang hanya gadis desa biasa, dengan rambut hitam yang selalu diikat sederhana dan pakaian yang sederhana pula.

Dan yang membuatnya semakin merasa aneh… Liliane tampak begitu nyaman berbicara dengan Sora.

Emi menggigit bibirnya.

Saat keluarga Liliane akhirnya berjalan menjauh, Emi menarik napas dalam sebelum melangkah lebih cepat.

Ketika tiba di depan rumah Sora, ia melihat Sora berdiri di depan pintu, menatap kepergian Liliane.

“Pagi,” kata Emi, mencoba menyembunyikan nada canggung dalam suaranya.

Sora menoleh dan tersenyum seperti biasa. “Pagi, Emi. Ada apa?”

Emi melipat tangan di dadanya, berpura-pura bersikap biasa. “Aku ingin mengajakmu bermain. Tapi… siapa gadis itu?”

Nada suaranya sedikit lebih tajam dari yang ia maksudkan, dan ia langsung menyesalinya.

Sora berkedip, lalu tertawa kecil. “Kau maksud Liliane?”

Emi menatapnya dengan tajam, tapi Sora tampak benar-benar tidak sadar.

“Ya, dia baru saja pindah ke desa,” lanjut Sora. “Dia datang bersama ibunya untuk memberikan kue sebagai tanda perkenalan.”

Emi mengerutkan kening. “Kue? Hanya untuk keluargamu?”

Sora mengangkat bahu. “Kurasa tidak. Lagipula, ibunya tampaknya orang yang ramah.”

Emi menggigit bibirnya lagi. Kenapa rasanya ada yang menusuk di dalam dadanya?

Ia menghela napas dan mencoba tersenyum. “Huh, jadi sekarang kau punya teman baru?”

Sora menatapnya dengan bingung. “Kenapa kau terdengar seperti itu?”

Emi mengalihkan pandangan. “Terdengar seperti apa?”

Sora tertawa kecil. “Kau terdengar seperti sedang cemburu.”

Darah mengalir cepat ke pipi Emi.

“A-apa?! Siapa yang cemburu?!”

Sora hanya menggeleng dan tersenyum. “Sudahlah, ayo pergi ke pasar.”

Emi mengerutkan kening. “Kenapa ke pasar?”

Sora memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan menatap langit sebentar. “Aku mau membeli beberapa barang untuk ibu. Tapi kalau kau tak mau ikut, tidak apa-apa.”

Emi menatapnya, lalu mendengus pelan. “Hmph. Baiklah, aku ikut.”

Sora tertawa kecil lagi. “Bagus.”

Sambil berjalan bersama ke pasar, Emi melirik ke arah Sora.

Apakah ia benar-benar cemburu?

Ia sendiri tidak yakin. Yang jelas, ia tidak menyukai perasaan ini.

Terpopuler

Comments

Aditia Febrian

Aditia Febrian

Si liliane ceplas ceplosnya ampun dah /Joyful//Joyful/

2025-03-28

1

Ernest T

Ernest T

lnjutttt. kren

2025-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3 Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4 Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5 Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6 Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7 Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8 Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9 Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10 Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11 Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12 Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13 Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14 Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15 Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16 Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17 Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18 Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19 Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20 Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21 Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22 Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23 Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24 Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25 Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26 Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27 Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28 Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29 Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30 Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31 Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32 Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33 Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34 Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35 Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36 Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37 Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38 Author's Note
39 Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40 Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41 Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42 Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43 Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44 Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45 Author's Note
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prologue
2
Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3
Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4
Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5
Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6
Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7
Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8
Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9
Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10
Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11
Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12
Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13
Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14
Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15
Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16
Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17
Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18
Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19
Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20
Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21
Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22
Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23
Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24
Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25
Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26
Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27
Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28
Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29
Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30
Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31
Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32
Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33
Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34
Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35
Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36
Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37
Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38
Author's Note
39
Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40
Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41
Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42
Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43
Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44
Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45
Author's Note

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!