Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun

Ilustrasi figur dari Abirama.

...----------------...

Delapan tahun kemudian, di Desa Ashura.

Fajar merekah perlahan. Udara pagi membawa aroma tanah basah, bercampur dengan keharuman dedaunan yang masih dipenuhi embun. Di antara semua keheningan ini, hanya ada satu suara yang memecah ketenangan—suara pedang yang menari di udara.

Di halaman rumah sederhana itu, seorang pria berdiri tegap. Pakaian lusuh yang membalut tubuhnya tampak tidak mencolok, seakan-akan ia hanyalah seorang pria biasa yang hidup tenang di pelosok negeri. Namun, gerakannya bertentangan dengan penampilan sederhananya—begitu halus, begitu cepat, seolah angin pun tunduk pada setiap ayunan pedangnya.

Abirama.

Ia bukanlah pria biasa. Setidaknya, tidak bagi mereka yang mengenal namanya di masa lalu.

Tangan Abirama menggenggam sebilah pedang ramping yang bilahnya berkilauan samar. Bukan pedang berat yang dibuat untuk mematahkan lawan dalam satu tebasan, melainkan pedang yang mengutamakan kecepatan dan kelincahan—pedang khas dari Klan Spaide.

Sebilah senjata yang sempurna bagi seorang pendekar yang bersembunyi di antara bayangan, menyerang sebelum lawan menyadari kematiannya telah datang.

Hanya dalam sekejap, pedang itu bergerak.

Udara bergetar. Daun-daun yang jatuh dari pohon terbelah tanpa suara. Bayangan pedang melintas begitu cepat hingga hampir mustahil diikuti oleh mata biasa. Setiap gerakan begitu bersih, begitu sempurna, seakan tidak dilakukan oleh manusia, melainkan oleh makhluk yang telah menyatu dengan senjatanya.

Sekarang, ia hanyalah seorang ayah. Seorang pria yang menjalani kehidupan damai bersama keluarga kecilnya.

"Selesai?"

Suara kecil itu membuyarkan konsentrasinya.

Abirama menghentikan pedangnya dalam satu gerakan mulus sebelum menyarungkan nya kembali. Ia menoleh ke arah pintu rumah, di mana seorang anak laki-laki berdiri dengan mata berbinar.

Sora.

Usianya baru delapan tahun. Tubuhnya masih kecil, dengan rambut hitam yang sedikit acak-acakan karena baru bangun tidur, ia berdiri menatap ayahnya dengan penuh kekaguman.

Matanya yang biru cerah mirip seperti ibunya, bibirnya yang tipis membuat senyumnya terlihat manis, dan tawanya yang keras dapat membuat siapa saja tersenyum. Saat terkena sinar matahari, kulitnya yang putih akan berkilauan seperti permata.

Bagi mereka yang melihatnya, akan melihatnya lagi untuk kedua kalinya. Keindahannya membuat siapapun mencoba untuk mengindentifikasi nya. Laki-laki atau perempuan, karakteristiknya dapat disematkan kepada dua figur tersebut.

Meski begitu, ada sesuatu dalam sorot matanya yang berbeda—sesuatu yang lebih tajam, lebih mendalam. Seperti bara api yang masih tersembunyi di balik abu, menunggu saatnya untuk menyala dengan kobaran yang tak terpadamkan.

"Hebat," kata bocah itu dengan kagum. "Pedang Ayah selalu terlihat keren."

Abirama hanya tersenyum tipis, mengulurkan tangan untuk mengusap kepala anaknya itu. "Masih terlalu pagi untuk memuji. Lebih baik kita pergi sekarang sebelum matahari semakin tinggi."

Sora mengangguk cepat, lalu berlari kecil ke dalam rumah untuk mengambil keranjang kecil. Ada antusiasme dalam setiap gerakannya—kegembiraan sederhana dari seorang anak yang akan pergi ke hutan bersama ayahnya.

Namun, Abirama melihat lebih dari itu.

Di dalam tubuh kecil itu, ada sesuatu yang hanya bisa dikenali oleh seorang pendekar sejati.

Langkahnya terlalu ringan. Gerakannya terlalu seimbang. Cara matanya memperhatikan hal-hal di sekitarnya terlalu tajam untuk anak seusianya.

Abirama telah bertemu dengan banyak pendekar berbakat di hidupnya, dan ia tahu bahwa bakat sejati bukanlah sesuatu yang bisa diajarkan—itu adalah sesuatu yang tertanam dalam darah seseorang sejak lahir.

Abirama selalu mengawasinya, memperhatikannya dari waktu ke waktu.

Dan anaknya…

Anaknya memiliki bakat itu.

Bakat yang luar biasa, tetapi juga kutukan yang mengerikan.

Sora masih terlalu muda untuk menyadari potensinya sendiri. Namun, bagi Abirama—yang telah menghabiskan hidupnya di medan perang, yang telah melihat begitu banyak pendekar hebat lahir dan mati—ia tahu.

Bocah ini, suatu hari nanti, akan menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa dibayangkan siapa pun. Di sisi lain, hal itu juga sedikit membebaninya.

Menurutnya, Dunia pendekar bukanlah dunia yang hanya penuh kejayaan dan kebanggaan seperti yang diceritakan dalam legenda semata, tetapi juga dunia di mana nyawa bisa berakhir dalam sekejap, di mana kehormatan dan pengkhianatan hanyalah dua sisi dari koin yang sama.

Dan ia bersumpah, tidak peduli apa pun yang terjadi, selama dirinya masih bernyawa... ia tidak akan membiarkan anaknya menapak jalan yang salah.

"Siap?" Tanya Abirama.

Sora mengangguk penuh semangat. "Ayo!"

Abirama menarik napas dalam, mengusir pikiran yang menghantuinya.

......................

Abirama berjalan di depan, membawa kapak kecil yang terselip di pinggangnya. Sora, melangkah dengan penuh semangat di belakangnya, membawa keranjang kosong yang siap diisi dengan kayu bakar.

Mereka akhirnya tiba di pinggiran hutan, tempat di mana pohon-pohon yang lebih kecil tumbuh dan dahan-dahan kering berserakan di tanah. Abirama mengamati sekeliling sejenak sebelum mulai bekerja.

"Baiklah," katanya sambil menghunus kapaknya. "Kau kumpulkan ranting dan cabang kecil, sementara Ayah akan menebang beberapa batang kayu yang lebih besar."

Sora mengangguk penuh semangat dan segera berlari kecil, mulai mengumpulkan ranting-ranting yang berserakan di tanah.

Abirama memperhatikan anaknya sejenak sebelum mulai mengayunkan kapaknya ke sebatang pohon kecil yang cukup kering. Setiap tebasan nya dilakukan dengan presisi sempurna, tak ada gerakan yang sia-sia.

Namun, beberapa saat kemudian, sesuatu terjadi.

"Sial! Berat sekali!"

Suara Sora terdengar frustasi.

Abirama menoleh dan melihat anaknya berusaha mengangkat batang kayu yang jauh lebih besar daripada tubuhnya sendiri. Normalnya, bahkan seorang pria dewasa pun akan kesulitan mengangkatnya tanpa alat bantu.

Tetapi sebelum Abirama sempat memperingatkannya, sesuatu yang aneh terjadi.

Sora menggertakkan giginya, wajahnya memerah karena usaha yang ia keluarkan. Otot-otot kecil di lengannya menegang. Lalu, dengan gerakan yang nyaris mustahil—

—Batang kayu itu terangkat dari tanah.

Udara di sekitar mereka terasa bergetar. Tanah di bawah kaki Sora sedikit retak karena tekanan dari pijakannya. Matanya membelalak saat ia menyadari bahwa kayu besar yang seharusnya tidak bisa ia angkat, kini berada di atas bahunya.

"A-Ayah...!"

Dalam kepanikan, Sora secara refleks melempar batang kayu itu.

—BOOM!

Kayu itu terlempar seperti proyektil, menghantam pohon besar di depannya dengan kekuatan yang luar biasa. Batang pohon tersebut bergetar keras sebelum—

—KRAAAKK!

Pohon itu patah di bagian tengahnya dan roboh ke tanah dengan suara yang menggema ke seluruh hutan.

Burung-burung beterbangan dengan panik dari cabang-cabang pepohonan lainnya. Keheningan yang sempat menyelimuti hutan berubah menjadi kekacauan sesaat sebelum akhirnya kembali sunyi.

Sora berdiri diam, kedua tangannya masih terangkat di udara, matanya membulat dalam keterkejutan yang luar biasa.

Abirama hanya menatap pemandangan itu dengan ekspresi tak terbaca.

"Sora."

Suara ayahnya begitu tenang, tapi mengandung ketegasan yang membuat anak itu menelan ludah.

"Apa yang kau rasakan sebelum mengangkat kayu tadi?"

Sora menunduk, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. "Aku... hanya merasa kesal karena kayunya terlalu berat, lalu... aku tidak tahu. Rasanya tubuhku menjadi panas, dan tiba-tiba kayu itu terasa ringan..."

Abirama menghela napas panjang.

Kekuatan tubuh yang luar biasa...

Kini semuanya jelas. Kekuatan yang tersembunyi di dalam tubuhnya akhirnya menunjukkan wujudnya untuk pertama kalinya.

Akan tetapi... Dalam beberapa saat, Abirama tertegun.

Ia menyadari satu hal... itu adalah kemampuan Klan Strein—kemampuan yang bertumpu pada tubuh dan fisik yang luar biasa.

Namun, sesegera, Abirama menyingkirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya, sebelum akhirnya kembali berbicara.

"Sora," kata Abirama perlahan. "Dengar baik-baik. Apa yang baru saja kau lakukan bukan sesuatu yang biasa. Tidak ada manusia yang bisa mengangkat kayu sebesar itu dengan mudah, apalagi seorang bocah seusiamu."

Sora menelan ludahnya. "Jadi... aku kuat?"

"Ya."

Jawaban itu sederhana, tetapi mengandung beban yang besar.

Abirama mengulurkan tangannya dan menepuk bahu anaknya. "Tapi kau harus mengendalikan kekuatanmu. Kekuatan yang tidak terkendali bisa melukai orang lain, termasuk orang-orang yang kau sayangi."

Sora menggigit bibirnya, lalu menatap kedua tangannya sendiri.

"Aku tidak ingin menyakiti siapa pun..." katanya lirih.

Abirama tersenyum kecil, lalu berjongkok agar sejajar dengan anaknya. "Dan karena itulah, kau harus belajar. Kekuatan yang besar bukan untuk menyakiti, tapi untuk melindungi."

Abirama menoleh ke kanan dan ke kiri—memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka, sebelum akhirnya meneruskan perkataanya. "Ayah akan mengajarimu cara mengendalikannya, tapi... tolong rahasiakan hal ini dari ibumu."

Sora mengangguk dengan tekad yang mulai tumbuh dalam dirinya.

"Baik, Ayah. Aku akan merahasiakannya!"

Abirama menatap anaknya lama sebelum akhirnya mengangguk.

"Kita lanjutkan mengumpulkan kayu," katanya akhirnya.

Mereka kembali bekerja, meskipun dalam benak Abirama, kekhawatiran semakin bertambah.

Seorang anak dengan kekuatan tubuh sebesar ini...

Jika dunia mengetahui keberadaannya...

Mereka tidak akan membiarkan Sora hidup dengan damai.

...----------------...

Ilustrasi figur Sora kecil.

Terpopuler

Comments

Garl4doR

Garl4doR

Oh.. Ini yang bakal menggulingkan kaisar

2025-04-10

1

Abu Yub

Abu Yub

Aku datang lagi thor/Ok/

2025-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3 Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4 Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5 Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6 Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7 Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8 Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9 Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10 Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11 Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12 Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13 Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14 Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15 Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16 Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17 Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18 Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19 Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20 Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21 Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22 Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23 Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24 Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25 Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26 Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27 Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28 Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29 Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30 Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31 Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32 Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33 Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34 Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35 Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36 Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37 Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38 Author's Note
39 Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40 Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41 Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42 Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43 Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44 Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45 Author's Note
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prologue
2
Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3
Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4
Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5
Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6
Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7
Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8
Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9
Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10
Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11
Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12
Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13
Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14
Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15
Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16
Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17
Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18
Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19
Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20
Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21
Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22
Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23
Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24
Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25
Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26
Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27
Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28
Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29
Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30
Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31
Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32
Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33
Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34
Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35
Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36
Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37
Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38
Author's Note
39
Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40
Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41
Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42
Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43
Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44
Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45
Author's Note

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!