Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan

...----------------...

Benteng Strein berdiri angkuh, dindingnya yang menjulang tinggi, diperkuat oleh baja keras dan telah menghadapi banyak serangan dalam sejarahnya. Namun hari ini, dinginnya angin yang berhembus membawa sesuatu yang lebih dari sekadar ancaman.

Mereka datang.

Gema langkah kaki yang berat mengguncang tanah, bergemuruh seperti petir yang mengancam langit. Ribuan pasukan berbaju hitam bergerak dalam formasi sempurna, seakan mereka adalah bagian dari mesin raksasa yang tak terhentikan.

Di garis depan, dengan aura yang mampu membekukan darah di dalam tubuh, berdiri pemimpin mereka.

Sang Tirani

Anzai.

Jubah hitamnya yang panjang melambai tertiup angin, seperti sayap kegelapan yang mengancam untuk menelan dunia. Zirah obsidian yang membungkus tubuhnya tampak seperti kulit kedua, memancarkan keteguhan dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Pedang panjangnya tergantung di pinggang, tidak tersarung, seolah-olah tak ada yang layak menerima tebasan nya hari ini.

Matanya dibalik topeng tak berekspresinya terlihat keemasan, seperti bara api yang tak pernah padam, memindai benteng yang berdiri di hadapannya. Menilai dan mengukur, seakan sudah melihat akhir pertempuran bahkan sebelum pertempuran itu dimulai. Tidak ada emosi di sana. Tidak ada amarah, tidak ada kegembiraan. Hanya keyakinan mutlak bahwa tempat ini akan runtuh seperti yang lainnya.

Di sampingnya, berdiri seorang pria yang namanya pernah dipuja, sosok yang telah lama dianggap sebagai legenda kini berada di sisi tirani.

Sang Legenda

Kisaki Gin.

Sosok yang pernah menjadi harapan banyak orang, kini berubah menjadi perwujudan penghancuran.

Tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh zirah hitam mengkilap dengan ukiran naga perak yang melilit di dada dan bahunya. Helmnya berbentuk runcing dan memiliki dua tanduk dengan visor yang menyembunyikan wajahnya sepenuhnya, meninggalkan hanya dua lubang mata yang menyala redup di balik bayangannya.

Jubah hitam panjang menjuntai di punggungnya, membelai pelan seakan menertawakan angin yang berusaha mengungkap identitasnya.

Di punggungnya, menggantung pedang berbilah besar dengan gagang perak yang dihiasi ukiran naga. Senjata yang sama yang pernah ia gunakan untuk melindungi, kini akan ia gunakan untuk menghancurkan.

Dan di belakang mereka, tiga sosok lainnya melangkah, masing-masing membawa aura yang cukup untuk membuat pasukan Strein menggigil ketakutan.

Sang Penjagal Berdarah

Alzasha

Pria raksasa dengan tubuh yang seakan ditempa dari baja murni. Zirah merah tua yang dikenakannya penuh dengan goresan pertempuran, bukti bahwa tak ada lawan yang mampu menjatuhkannya. Wajahnya tersembunyi di balik topeng oni hitam berukiran emas, hanya menyisakan mata merahnya yang penuh kebengisan.

Di tangannya, sebuah kapak raksasa berbilah dua, seolah ditempa khusus untuk membelah tubuh manusia dengan satu ayunan. Bau darah yang menempel pada senjatanya bahkan bisa tercium dari kejauhan.

Setiap langkahnya menekan tanah, membuatnya seakan bumi pun gentar akan keberadaanya.

Sang Bayangan Tanpa Wajah

Asakura.

Zirahnya jauh lebih ringan dibanding yang lain, serba hitam dengan jubah panjang yang hampir menyatu dengan malam. Wajahnya tertutup kain gelap, hanya menyisakan sepasang mata tajam yang tak memancarkan emosi apa pun.

Di pinggangnya, sepasang belati panjang dengan mata bilah tipis yang hampir tak terlihat dalam gelap. Ia tidak berbicara, tidak membuat suara. Namun keberadaannya sendiri sudah cukup untuk membuat bulu kuduk meremang.

Tak ada yang pernah mendengar suara Asakura. Karena mereka yang pernah mendengarnya, tak pernah hidup untuk menceritakannya. Dia adalah algojo di dalam kegelapan.

Sang Penghancur Takdir

Hannya.

Ia mengenakan zirah hitam yang berat, dihiasi dengan ukiran duri dan tengkorak, memberikan kesan seorang algojo yang baru saja keluar dari neraka. Helmnya memiliki satu tanduk melengkung ke belakang, mempertegas aura mengerikannya.

Di tangannya, ia memegang sebuah tombak hitam panjang dengan ujung bilah melebar, berdenyut dengan energi merah gelap seolah tombak itu sendiri memiliki kehendak untuk membunuh.

Di atas benteng, salah satu komandan Strein, Saboru berdiri dengan ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan.

"Mereka hanyalah manusia! Kita memiliki benteng ini! Kita memiliki keunggulan!" teriaknya, mencoba menyemangati pasukannya.

Namun dari kejauhan, suara yang dingin dan tak berperasaan menjawabnya.

"Keunggulan?"

Anzai melangkah lebih maju.

Kisaki Gin mengangkat satu tangan perlahan, gerakan kecil itu cukup untuk membuat ribuan pasukan Naga Hitam merapatkan formasi, siap untuk menyerang kapan saja.

Gin menoleh ke benteng, dan meski wajahnya tersembunyi di balik visor nya, semua orang yang berdiri di atas dinding tahu bahwa ia sedang menatap mereka.

"Benteng tidak bisa melindungi kalian dari takdir!" Balas Anzai, berteriak dengan suara serak dan dalam seperti geraman.

Senyap.

......................

Di Benteng Klan Strein.

Sinar matahari mulai terasa menyengat di atas menara pengawas Benteng Strein. Dari ketinggian ini, seluruh medan perang terlihat sangat jelas. Di bawah sana, barisan pasukan Strein telah bersiap, berdiri tegak dalam formasi bertahan. Mata mereka terpaku pada pasukan Naga Hitam di kejauhan, tempat di mana bayangan kematian mulai merayap mendekat.

Di atas menara tertinggi, tujuh sosok berdiri, mengawasi dari balik pagar batu yang dingin.

Di tengah mereka, Dai Hideo berdiri dengan jubah yang berkibar diterpa angin. Matanya yang tajam menatap lurus ke depan, menelusuri barisan musuh yang semakin mendekat. Ia telah bertempur dalam banyak pertempuran, tetapi kali ini berbeda. Kali ini, ia tahu bahwa mereka menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar perang biasa.

Di sebelahnya, Obura, komandan perang dengan figur yang sudah mulai menua, mengepalkan tinjunya dengan kuat. "Mereka datang…" Gumamnya, suaranya seperti geraman binatang buas.

Dari kejauhan, cahaya berkedip dari pantulan jirah mulai tampak, membentuk garis panjang yang bergerak perlahan namun pasti menuju benteng mereka. Langkah kaki ribuan prajurit bergema menghantam bumi seperti genderang kematian.

"Tak kusangka kita harus menghadapi neraka seperti ini," desis Saboru, penasehat militer yang mengenakan jubah merah dengan simbol Strein di punggungnya. Matanya menyipit saat melihat figur yang dipercayai adalah Kisaki Gin berada di barisan depan musuh. "Dia benar-benar Kisaki Gin…"

Ketegangan di udara semakin tebal.

Obura tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke arah Kisaki Gin, pria yang pernah bertarung dengannya di masa lalu, pria yang kini mengenakan zirah hitam penuh dengan helm bertanduk naga yang menyembunyikan wajahnya.

Masao menutup matanya sejenak. "Orang-orang berubah. Atau mungkin… mereka menunjukkan jati diri yang sesungguhnya saat dunia memaksanya."

Obura akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh otoritas. "Gin pernah menjadi harapan dan pahlawan bagi rakyat Klan Spaide. Sekarang dia adalah ujung tombak kehancuran yang dibawa Anzai."

Ia menarik napas dalam, lalu menatap pasukannya di bawah.

"Tembok ini telah melindungi kita selama bertahun-tahun. Kita memiliki senjata, kita memiliki strategi. Tapi hari ini, bukan hanya baja dan taktik yang akan menyelamatkan kita."

Obura berbalik, melangkah ke tepi menara, berdiri di atas panggung batu tempat para pemimpin Strein biasa berbicara kepada pasukan mereka.

Sorak-sorai pasukan terhenti. Semua mata kini tertuju padanya.

Terik matahari menerpa kulitnya saat ia mengangkat suaranya, berbicara kepada setiap jiwa yang berdiri di bawahnya.

"Saudara-saudaraku! Prajurit Strein! Dengarkan aku!"

Sunyi.

Hanya suara angin dan langkah kaki musuh yang semakin mendekat.

Obura menatap mereka satu per satu, memastikan bahwa kata-katanya tidak hanya didengar, tetapi dirasakan di dalam hati mereka.

"Aku tidak akan berdiri di sini dan berbohong kepada kalian. Hari ini, kita menghadapi musuh yang tidak seperti sebelumnya. Mereka datang dengan kekuatan yang telah menghancurkan Klan Spaide dan Acellian, meruntuhkan benteng-benteng kebanggaan mereka!"

Beberapa prajurit menggertakkan gigi mereka, mencengkeram senjata mereka lebih erat.

"Mereka membawa tirani! Mereka membawa kematian! Mereka ingin kita tunduk, mereka ingin kita merangkak di hadapannya seperti budak tanpa kehormatan!"

Teriakan kemarahan mulai terdengar dari barisan pasukan.

Obura menghunus pedangnya perlahan. Bilah perak itu berkilat dalam cahaya matahari.

"Tapi dengarkan aku baik-baik! Kita adalah Strein! Kita adalah tembok terakhir! Jika kita runtuh malam ini, maka dunia akan jatuh ke dalam kegelapan yang tak berujung!"

Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

"Aku tidak peduli berapa banyak musuh yang mereka bawa! Aku tidak peduli apakah mereka punya Sang Legenda di pihak mereka, atau tiga iblis lainnya di sisi mereka! Ini adalah tanah kita! Rumah kita! Jika kita harus mati, maka kita mati sebagai ksatria, dengan pedang di tangan dan darah di tanah!"

Sorak perang meledak di udara.

Ryou salah satu Kapten militer dari Divisi Pasukan Elit menghunus pedangnya dan berteriak, "Hidup Strein!"

Seruan itu diikuti oleh ribuan suara yang membahana di seluruh benteng.

Saboru menoleh ke belakang, melihat Hideo dan Hitoshi dengan mata penuh keyakinan.

"Bunyikan genderang perang." Teriak Hideo.

Dan saat suara genderang pertama menggema, benteng Strein tidak lagi dihantui ketakutan.

Mereka tidak menunggu kematian.

Mereka menunggu pertempuran.

Terpopuler

Comments

YIN'S YAN'S

YIN'S YAN'S

ok, kerenn ☺️👍💥💥

2025-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3 Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4 Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5 Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6 Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7 Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8 Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9 Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10 Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11 Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12 Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13 Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14 Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15 Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16 Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17 Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18 Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19 Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20 Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21 Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22 Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23 Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24 Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25 Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26 Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27 Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28 Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29 Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30 Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31 Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32 Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33 Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34 Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35 Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36 Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37 Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38 Author's Note
39 Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40 Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41 Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42 Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43 Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44 Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45 Author's Note
46 Episode 43 - Di Balik Senyap Desa, Dosa yang Dibiarkan Hidup
47 Episode 44 - Anak Lelaki dan Dua Cahaya
48 Episode 45 - Saat Dunia Tak Lagi Hitam dan Putih: Pelajaran Rasa
49 Episode 46 - Dunia yang Meredup, Cinta yang Tetap Menyala
50 Episode 47 - Rahasia yang Menetes di Ujung Pagi
51 Episode 48 - Shugoran: Roh Gelap yang Terbangun
52 Episode 49 - Gema Archenos: Ketika yang Terlupakan Bangkit
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Prologue
2
Episode 1 - Kisah yang Terukir, Takdir yang Terjalin
3
Episode 2 - Sidang Strein: Menyerah atau Bertarung
4
Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
5
Episode 4 - Kedatangan Dua Bayangan, Pertanda Perang Besar
6
Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan
7
Episode 6 - Jeritan di Gerbang Strein
8
Episode 7 - Harapan dalam Kepungan: Strein Melawan Arus Kematian
9
Episode 8 - Kehendak Kaisar vs Tekad Klan Strein: Pedang Tirani vs Sang Penjaga
10
Episode 9 - Ketika Petir dan Api Beradu, Takdir Dunia Ditentukan
11
Episode 10 - Kejatuhan Klan Strein: Tragedi dan Era Baru
12
Episode 11 - Runtuhnya Klan Strein, Deklarasi Sang Kaisar
13
Episode 12 - Pewaris Kekuatan: Takdir yang Terbangun
14
Episode 13 - Janji Seorang Ayah, Tekad Seorang Anak
15
Episode 14 - Ketenangan yang Retak
16
Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh
17
Episode 16 - Pelajaran di Balik Keterlambatan
18
Episode 17 - Putri dari Dunia Lain
19
Episode 18 - Dua Hati di Bawah Langit yang Membeku
20
Episode 19 - Ketika Harimau Berbicara dengan Ayam
21
Episode 20 - Hari ke Tujuh: Jawaban
22
Episode 21 - Pedang dan Rahasia yang Terjaga
23
Episode 22 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 1: Ayunan
24
Episode 23 - Latihan yang Sesungguhnya: Bagian 2: Tebasan Pertama
25
Episode 24 - Langkah Menuju Dunia yang Lebih Besar: Bagian 3: Kekuatan Warisan
26
Episode 25 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 1
27
Episode 26 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 2
28
Episode 27 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 3
29
Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4
30
Episode 29 - Kegaduhan di Desa: Bagian 1
31
Episode 30 - Kegaduhan di Desa: Bagian 2
32
Episode 31 - Kegaduhan di Desa: Bagian 3
33
Episode 32 - Abirama vs Kelompok Bayaran: Fakta Pahit yang Terkuak
34
Episode 33 - Pertarungan Abirama, Identitas yang Terkuak
35
Episode 34 - Abirama: Kisah Masa Lalu Sang Iblis Hitam
36
Episode 35 - Raito: Kesempatan Kedua
37
Episode 36 - Generasi Terkahir Klan Yureiji: Mata yang Menembus Warna
38
Author's Note
39
Episode 37 - Veyrhalm Ardein: Sang Bayangan Keempat dari Tahkta
40
Episode 38 - Perintah 88-Ardein: Operasi Penyisiran Eravion
41
Episode 39 - Operasi Penyisiran Aethorian: Lima Kapten Tertinggi Diturunkan
42
Episode 40 - Anjing Kekaisaran: Penghianatan Sang Murid
43
Episode 41 - Operasi Hantu: Malam yang Membatu
44
Episode 42 - Aaron: Anak yang Mengubah Arah Ramalan
45
Author's Note
46
Episode 43 - Di Balik Senyap Desa, Dosa yang Dibiarkan Hidup
47
Episode 44 - Anak Lelaki dan Dua Cahaya
48
Episode 45 - Saat Dunia Tak Lagi Hitam dan Putih: Pelajaran Rasa
49
Episode 46 - Dunia yang Meredup, Cinta yang Tetap Menyala
50
Episode 47 - Rahasia yang Menetes di Ujung Pagi
51
Episode 48 - Shugoran: Roh Gelap yang Terbangun
52
Episode 49 - Gema Archenos: Ketika yang Terlupakan Bangkit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!