Rara Aprilia tidak pernah menyangka jika niatnya menolong anak lelaki tiga tahun yang lalu ternyata menjadi bumerang untuk kehidupannya saat ini. Padahal saat itu, ia sangat tulus menolong anak lelaki tersebut yang ingin menabrakan dirinya ke kereta api. Tapi ternyata, si orang yang ditolong malah menaruh dendam kepadanya. Aneh bukan?
Bukan aneh lagi melainkan ...
Gila!
Seperti menolong seekor anj*ng. Bukannya berterima kasih, orang tersebut malah ingin menghancurkan hidupnya. Sungguh tidak masuk akal dan di luar nalar!
Ternyata di dunia ini ada orang segila itu. Menyedihkan.
Rara kini menyesali perbuatannya kala itu. Seharusnya ia membiarkan Sagara mati terlind*s kereta api. Mungkin ia tidak akan mengalami nasib menyedihkan seperti ini. Terperosok ke dalam jebakan Sagara Aletrino.
Lelaki itu dengan apik menyusun rencananya. Pura-pura dikeroyok orang dan pingsan di depan rumahnya, ternyata itu hanyalah siasat semata agar dia bisa dengan mudah masuk ke kehidupan Rara dan Raja.
"DASAR IBLIS!"
Geram Rara dalam hatinya. Ia tidak mampu membuka mulutnya karena Sagara tengah melu-mat bibirnya dengan rakus. Sekuat tenaga Rara mengatupkan bibirnya agar lidah Sagara tidak menerobos masuk ke dalam mulutnya, namun Sagara adalah kisser sejati, ia punya cara jitu agar gadis di hadapannya membuka mulut.
Digigitnya bibir Rara dan benar saja, Rara tersentak dan langsung membuka mulut mungilnya.
Lidah hangat dan basah itu langsung menerobos masuk. Mengobrak-abrik rongga mulut Rara. Mengabsen satu persatu deretan gigi putih Rara dan membelit lidah Rara serta menyesapnya.
Rara kewalahan, karena ini adalah pertama kalinya dia berciuman. Selama ini dia belum pernah beradu bibir dengan lelaki manapun. Karena dia belum pernah berpacaran. Dia sangat menjaga apa yang ada pada tubuhnya, untuk dipersembahkan kelak kepada pasangan halalnya, tapi Sagara berhasil mengobrak-abrik pertahanannya.
Sagara melepas ciu mannya sejenak lalu menarik rambut panjang Rara hingga kepala gadis itu mendongak ke atas. "Balas ciuman gue Anj*ng! Jangan diem aja!" bentaknya dengan mata menghunus tajam.
Rara merintih kesakitan, merasakan kulit kepalanya seperti akan terlepas. Ternyata ini yang dimaksud Sagara menghancurkan hidupnya yaitu dengan menginjak-injak harga dirinya.
"Gue akan buat hidup lo seperti di neraka! Sama seperti yang elo lakuin ke gue, Rara Aprilia!" Ucapan Sagara setengah jam yang lalu terngiang-ngiang di telinga Rara.
Jika selama ini hidup Sagara seperti di neraka, jelas itu bukan salah Rara. Gadis itu tidak tahu apa-apa. Ia hanya berniat menolong tanpa tahu alasan Sagara ingin mengakhiri hidupnya waktu itu.
Empati Rara selalu tinggi. Buktinya sekarang ia rela dihina dina oleh Sagara demi keselamatan adiknya. Jika Rara berontak, maka Sagara akan menyuruh anak buahnya untuk membakar rumah Rara beserta Raja yang ada di dalamnya.
Tidak! Tidak! Rara tidak ingin itu terjadi. Ia tidak ingin kehilangan Raja.
Rara semakin tersedu dalam diamnya.
"Jangan nangis, Anj*ng! Gue benci lihat cewek cengeng!!" bentak Sagara yang semakin murka pada Rara.
"Gue ingetin ke elo! Jangan coba-coba untuk menjauh apalagi kabur dari gue, karena sampai itu terjadi ... Gue pastiin orang tersayang lo bakal mat*!" gertak Sagara dengan mata menghunus tajam ke dalam manik mata hitam milik Rara.
Rara menelan salivanya yang saat ini terasa sangat pahit. Seketika ingatannya langsung tertuju pada Raja yang kini tengah sendirian di rumah. "Please ... Saga! Aku mohon ... jangan lukai Raja!" pintanya dengan wajah menyedihkan.
Sagara tersenyum licik. "Gue nggak akan melukai adik kesayangan lo ... asal elo mau menuruti semua perintah gue. Tidak ada penolakan dan juga alasan! Setiap perintah gue adalah mutlak harus lo kerjakan, ngerti?!"
Dengan pelan Rara menganggukan kepalanya.
"Good girl!" Sagara melempar senyum ejekan.
Rara pun bisa bernapas lega. Namun itu tidak lama karena Sagara mengatakan perintah yang membuat ia menganga. "Buka sweater lo!" Rara tercekat di tempatnya.
"Buka sendiri atau gue robek sekalian!" bentak Sagara dan Rara pun segera membuka sweater yang melekat di tubuhnya. Kini tinggal Iah kemeja putih lengan pendek yang melekat di tubuh rampingnya. Sagara menjilati bibir bawahnya. Di bawah sana, jaguarnya sudah meronta-ronta ingin keluar. "You're body so sexy ..." Suara Sagara terdengar berat dan serak. Pertanda nafs* sudah menguasai dirinya.
Tubuh Rara gemetar, dadanya kembang kempis menahan ketakutan yang amat menyesakkan. Namun hal itu membuat nafs* Sagara semakin menggila.
Apalagi saat mata sayu Sagara melihat dua tonjolan yang bersembunyi di balik kemeja yang dipakai Rara. Tonjolan itu terlihat besar dan menggai rahkan.
Sagara menelan saliva. Hasratnya sudah membumbung tinggi dan tidak dapat dibendung lagi. "Buka kemeja lo!" perintah itu bagai alarm kematian bagi Rara. Tapi tak ayal gadis dua puluh lima tahun itu tetap melakukan perintah gila tersebut.
Lolos, kemeja itu sudah jatuh ke atas lantai. Menyisakan bra hitam berenda yang membungkus dua gundukan besarnya. Rara memejamkan mata, saat Sagara mulai mengendus-endus ceruk lehernya. Lalu menjilat dan menye sapnya secara perlahan.
Rasa geli dan jijik bercampur menjadi satu. Rara ingin menangis dan menjerit, namun itu hanya mampu ia lakukan di dalam hatinya. "Tuhan, ampunilah aku ..." jeritnya pilu.
"Your body is very beautiful!" bisik Sagara dengan seringai mengerikan.
Lalu selanjutnya ia menarik tubuh Rara yang sudah bertelanj*ng d4 d*, menjatuhkannya ke atas kasur empuknya.
Sagara mulai melancarkan tujuan utamanya. Menghancurkan kehidupan Rara dengan cara kejam dan tanpa hati nurani. Dendam gila seorang Sagara benar-benar terbalaskan dengan sangat sempurna, sesuai dengan rencana yang telah ia susun selama ini.
Sagara tertawa puas saat jaguarnya berhasil mendobrak pertahanan Rara.
"Permainan baru dimulai, sayang ..." desisnya tanpa belas kasihan. Lalu selanjutnya pergulatan panas itu berlangsung dengan berat sebelah.
Tentu saja, karena Rara jelas tidak menikmatinya. Ini baru pertama kali untuknya dan langsung dig@g*hi oleh lelaki seperti Sagara. Jelaslah dia kewalahan.
"Punya lo en 4k banget Ra!" Deru nafas Sagara terdengar memburu di telinga Rara. Gadis itu tidak menanggapi, memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya menahan suara laknat yang sudah sejak tadi ingin keluar dari bibir tipisnya.
Aneh memang, jiwanya menolak tapi tubuhnya malah memberi respon seperti keenakan. Rara benci tubuhnya, sangat benci.
Saat sedang begini, ia kembali teringat perkataan adiknya yang menawarkan untuk menemaninya. Seharusnya Rara tadi menerima tawaran Raja untuk menemaninya. Pasti kejadian buruk ini tidak akan terjadi. Demi Tuhan, ia sangat menyesal.
Sekarang, ia hanya bisa berpasrah diri. Memohon ampunan dalam hati sampai lelaki gila ini berpuas hati menikmati setiap inci tubuhnya.
"Ra, you're body so sexy!" Lagi, Sagara berucap dengan suara seraknya. Mata tajamnya masih berkabut, pertanda hasr*tnya masih menggebu. Dia tidak pernah bersemangat seperti saat ini ketika bermain dengan wanita. Biasanya terasa hambar dan biasa saja. Tapi kali ini, jiwanya seperti melayang ke awang-awang. Terbang tinggi mencapai puncak nirwana yang begitu menggelora.
Rara masih setia melakukan setiap perintah yang Sagara katakan. Hingga dering hape Rara sedikit mengganggu aktivitas mereka. "Angkat!" titah Sagara sambil terus melanjutkan aksinya.
Dengan susah payah, Rara menggapai hape bututnya yang ada di dalam tas, kebetulan tasnya tergetak di dekat kepalanya. Tertera nama adiknya memanggil. Rara menggeser ikon gagang telepon berwarna hijau.
"Halo Ja ..." sapa Rara berusaha menormalkan suaranya agar Raja tidak curiga.
"Kakak kenapa belum pulang? Ini sudah malam loh, Kak?" tanya Raja dari seberang sana dengan nada khawatir. Jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang Kakak belum pulang juga.
"Bentar lagi, Ja. Di sini hujan. Apakah di Ssh ... ahh, nggak hujan?" Ada desa han lolos dari bibir Rara dan itu karena ulah Sagara yang menggigit puncak squisy-nya.
Kening Raja berkerut namun jelas saja tidak terlihat oleh Rara. Dia merasa aneh mendengar suara asing itu keluar dari bibir Kakaknya. "Sama, di sini juga hujan. Kakak masih di tempat Kak Saga 'kan?" Nada khawatir lagi-lagi terdengar dari ucapan Raja.
"Mm ... ssh, masih Ja." Sial, kenapa suara laknat itu terus keluar dari bibirnya. Rara merutuk dalam hatinya. Ingin sekali ia menjambak rambut Sagara yang kini tengah bermain-main di atas dua tonjolannya. Tapi dia tidak cukup berani melakukan hal itu.
"Oh, yaudah kalau masih di tempat Ka Saga mah, aku jadi nggak terlalu khawatir." Lalu setelah mengatakan hal itu, Raja pun mengucap salam dan mematikkan panggilannya.
"Ja, justru di tempat inilah Kakak kehilangan segalanya. Saga itu iblis berwujud manusia. Dia berhasil mengelabuhi kita, Raja. Dia penjahat, pembohong, penipu dan dia adalah manusia tidak berhati nurani." Rara memaki dalam hatinya. "Aku benci kamu Saga! Aku benci dan sampai kapanpun, aku tidak akan memaafkanmu. Tidak akan pernah! Kamu jahat, kamu iblis, kamu setan!" Sumpah serapah terus menerus keluar dari batin Rara.
Ia tidak bisa mengatakan sumpah serapah itu secara langsung karena Sagara tengah melu mat bib*rnya dengan rakus dan liar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments