Chapter 2

"Ya Tuhan! Ini ada apa Ja, kenapa banyak makanan dan barang-barang mewah di rumah kita?!" pekik Rara saat melihat berupa-rupa makanan mahal terhidang di meja ruang tamu dan juga beberapa barang bermerk yang berserakan di kursi dan lantai ruang tamu. Ada baju, sepatu dan mata Rara langsung terbelalak saat mendapati dus hape dengan logo apel tergigit yang ada di samping adiknya. "Raja! Jawab Kakak, ini semua dari siapa?!" cecar Rara berteriak.

Raja tersenyum lalu meraih tangan kakaknya agar duduk di sampingnya. "Tenang Kak, jangan emosi dan panik dulu. Sini duduk dulu, aku bakal ceritain asal-usul semua barang-barang dan makanan ini," ujar Raja dengan santainya. Rara pun menurut dan mendudukkan tubuhnya di samping Raja. "Cepet cerita!!" gertaknya tidak sabar.

"Kak, semua barang dan makanan ini dari Kak Saga," beri tahu Raja dan Rara pun semakin kaget dibuatnya.

"Sa-Saga?!" beonya tergagap.

"Iya, jadi setengah jam yang lalu, ada dua orang lelaki berbadan tegap dan kekar dateng ke sini, nganterin semua barang-barang ini, katanya dari Kak Saga buat kita berdua," jelas Raja. "Nih kalau nggak percaya, Kak Saga ngasih surat juga buat kita!" Raja memberikan selembar kertas kepada kakaknya.

Untuk Kak Rara dan Raja

Terima kasih sudah menolongku. 

Aku mohon, tolong terima barang-barang ini! 

Jangan menolak apalagi mengembalikannya karena aku bakal marah kalau kalian melakukannya. Itu sama saja kalian tidak menghargai pemberianku! 

Sekali lagi terima kasih sudah menolongku. 

Sagara

Rara mendesah pelan setelah membaca surat di tangannya. Padahal dia menolong Saga ikhlas tanpa pamrih, tapi ya sudahlah, tidak baik juga 'kan menolak rezeki. Pikirnya dan dia pun merogoh hapenya untuk mengucapkan beribu terima kasih kepada Sagara.

"Halo, ada apa Kak Rara?" tanya Sagara dari seberang sana.

"Saga, terima kasih atas semua barang dan makanannya. Seharusnya kamu tidak usah melakukan hal seperti ini. Aku dan Raja sangat ikhlas menolong kamu!" kata Rara merasa tidak enak. "Kami berdua jadi merasa malu," sambungnya.

Saga tertawa di seberang sana. "Sudah! Sudah! Barang yang kuberikan itu tidak sebanding dengan pertolongan kalian. Jika kemarin malam kalian tidak menolongku, mungkin sekarang aku sudah ada di dalam perut bumi alias mati!" terang Sagara masih diiringi tawa. "Sudah ya, jangan merasa tidak enak," pungkasnya.

"Iya, sekali lagi terima kasih ya. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu dengan yang lebih banyak!" ucap Rara mendoakan.

Sagara terkekeh, mengamini. "Kak Rara jangan lupa, besok malam kuenya diantar sebelum jam tujuh ya?" pintanya mengingatkan.

"Siap! Siap!" balas Rara penuh semangat. Panggilan diakhiri setelah keduanya mengucapkan salam.

"Kak Sagara baik banget ya Kak?" Raja berucap dengan mulut sibuk mengunyah pizza.

"Iya, dia baik banget," timpal Rara.

"Kak, hape iphone-nya buat aku aja ya?" Mendengar permintaan dari adiknya, Rara pun menganggukan kepala. "Horeee!!" Raja bersorak berjingkrak-jingkrak.

Rara tersenyum haru melihat betapa bahagianya Raja. Dia sadar selama ini belum bisa membahagiakan Raja. Belum bisa membelikan apa yang Raja impikan dan oleh Saga, adiknya itu bisa mendapatkan hape impiannya. "Terima kasih Saga," batin Rara bahagia.

____

"Kak, beneran Kakak nggak mau aku temenin?" tanya Raja memastikan, saat Rara sedang memasukkan kue pesanan Saga ke dalam box.

"Nggak usah!" jawab Rara tanpa menoleh ke adiknya yang berdiri di belakangnya. "Kamu jaga rumah aja. Jangan keluyuran! Jangan bukakan pintu untuk siapapun karena Kakak bawa kunci duplikat!" pesan Rara sambil mengangkat satu box besar berisi kue pesanan Sagara.

"Siap Kak!" Raja menempelkan ujung telapak tangannya di ujung alis. "Kakak juga hati-hati. Jangan pulang terlalu malam!"

"Ok!" Rara pun mencium kepala Raja lalu berpamitan masuk ke dalam taksi online yang sudah menunggunya sejak tadi.

Biasanya Rara mengantar kue pesanannya menggunakan motor, tapi kali ini dia memilih memesan taksi karena rintik gerimis sudah turun dari langit membasahi bumi.

*

"Terima kasih ya, Pak!" ucap Rara setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan bangunan tinggi menjulang. Rara memberikan uang lima puluh ribu lalu keluar dari mobil tersebut.

Kemudian gadis berponi itu melangkahkan kaki untuk masuk ke apartemen mewah tersebut. "Saga bilang kamarnya ada di lantai lima puluh," monolognya mengingat-ingat. Dia pun memencet angka lima puluh.

Suara lift terbuka terdengar nyaring dan sampailah dia di lantai yang dituju. Sebelum mengetuk pintu unit apartemen Saga, gadis manis itu merapikan pakaiannya. Dia mengusap-usap rok plisket hitam selutut dan kemeja tangan pendek berwarna putih yang dipakainya. Lalu membenarkan sweater rajut hitam yang dikenakannya. "Rapi!" gumam Rara lalu segera memencet bel yang ada di sebelah pintu unit kamar apartemen Sagara. "Ya Tuhan, semoga Saga suka kuenya," bisiknya sambil menunggu sang empunya kamar membuka pintu.

Pintu pun akhirnya terbuka dan betapa terkejutnya Rara karena melihat Sagara yang jauh berbeda dari saat ditolongnya waktu itu. Ketampanan pemuda delapan belas tahun itu benar-benar membuat Rara Aprilia terpesona.

Apalagi ditambah dengan outfit yang dikenakannya, celana ripped jeans dan kaos oblong berwarna putih semakin membuat ketampanannya memancar sempurna. Ah, jangan lupakan rambut hitamnya yang sedikit berantakan berpadu dengan rahang tegas dan tatapan tajamnya.

Rara pun berdecak kagum dalam hatinya. Seandainya dia masih seumuran dengan Sagara, mungkin dia sudah klepek-klepek dibuatnya. Tapi Rara sadar, dirinya sudah bukan remaja lagi. Usianya akhir April ini sudah memasuki seperempat abad alias dua puluh lima tahun.

Dia segera membuang jauh pikiran tentang ketertarikannya terhadap Sagara. "Sadar Ra! Dia itu pantesnya jadi adek kamu!" tekan Rara masih membatin.

"Silahkan masuk Kakak Cantik!" Satu kalimat seruan dari Saga mampu membuat Rara tersadar dari lamunannya.

"Oh iya, makasih," ucap Rara lalu sedikit membungkukkan tubuhnya sebagai tanda meminta izin untuk masuk ke rumah orang.

Mata Rara enggan berkedip karena merasa takjub dan kagum dengan keadaan di dalam apartemen milik Sagara. Perabotan dan furniture-nya sangatlah mewah. "Saga benar-benar anak orang kaya!" pikirnya.

Kebanyakan membatin membuat dia jadi tidak fokus, yang akibatnya dia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Sagara. Barulah setelah Sagara menjentikkan jari di depan wajahnya, Rara pun terkesiap dan langsung meminta maaf. "Duh maafin aku ya, yang kurang fokus, tadi kamu ngomong apa?" tanya Rara tidak enak hati.

"Nggak papa Kak." Kekeh Sagara. " Tadi aku bilang, kuenya taruh di dapur aja!" ucap Saga mengulangi perkataannya.

Rara dengan sigap melaksanakan perintah Sagara. Dia pergi ke dapur mengikuti langkah si empunya rumah.

"Kalau boleh tahu, kamu pesen kue sebanyak ini untuk acara apa ya?" tanya Rara sesaat setelah menaruh kue yang dibawanya ke atas meja.

"Acara perayaan kemenanganku," jawab Saga enteng.

"Kemenangan?" ulang Rara penasaran.

"Iya. Kemenanganku mendapatkan apa yang aku mau selama ini. Setelah sekian lama aku menanti, akhirnya malam ini tujuanku akan tercapai," jelas Sagara dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Oh begitu ya. Selamat atuh atas kemenangannya. Berhubung tugasku sudah selesai, aku mau pamit pulang dulu!" tukas Rara segera berbalik meninggalkan Sagara. Namun tanpa di duga, Sagara mencekal pergelangan tangannya. Rara pun tersentak seraya melempar tanya dengan kedua alis menukik tajam. "Ada apa?"

"Jangan pulang dulu! Perayaannya 'kan belum dimulai." Senyum smirk mengembang di bibir merah Sagara dan kali ini, Rara merasa senyum itu terlihat mengerikan.

"Oh itu, memangnya aku boleh ikut merayakannya?" tanya Rara yang memang tidak mengerti tentang kemenangan dan tujuan apa yang Sagara maksudkan.

"Tentu. Karena tanpa kehadiranmu, perayaan itu tidak akan pernah terjadi." Sontak perkataan itu membuat Rara menautkan kedua alisnya, semakin tidak mengerti.

Lalu Sagara terkekeh melihat ekspresi di wajah Rara. Bibir meronanya kembali terbuka. "Aku sudah menunggu moment ini sejak tiga tahun yang lalu, Rara Aprilia."

"HAH?!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!