Jejak yang Tak Terungkap

Alexa adalah seorang guru di sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak yang terletak di pinggiran kota. Ia memang memiliki ketertarikan besar terhadap anak-anak. Ia percaya bahwa dunia anak-anak adalah dunia penuh keajaiban, kebahagiaan, dan imajinasi tanpa batas. Itulah yang membuatnya memilih untuk menjadi seorang pendidik di taman kanak-kanak.

Setiap pagi, Alexa tiba di sekolah dengan senyum cerah di wajahnya. Begitu sampai di ruang kelas, ia disambut oleh gelak tawa dan teriakan ceria dari anak-anak kecil yang sudah menunggunya. Mereka langsung berlari menghampiri, memeluknya, atau sekadar mengajaknya berbicara. Alexa merasa bahagia, karena setiap hari adalah petualangan baru bersama mereka.

Pekerjaannya tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga bermain dan belajar bersama anak-anak. Alexa selalu percaya bahwa melalui permainan, anak-anak bisa belajar banyak hal-mulai dari keterampilan motorik, bahasa, hingga pembelajaran sosial. Ia sering membawa berbagai alat permainan yang menarik, seperti puzzle, balok bangunan, dan boneka. Setiap kegiatan yang ia lakukan selalu dipenuhi dengan tawa dan keceriaan.

Salah satu kegiatan favorit Alexa adalah sesi mewarnai. Anak-anak duduk melingkar di lantai, dengan kertas dan krayon di tangan mereka. Alexa tidak hanya mengajarkan mereka cara mewarnai dengan rapi, tetapi juga memberikan ruang bagi mereka untuk berimajinasi. "Warnai sesuai dengan imajinasimu," katanya sambil tersenyum, memberi kebebasan kepada anak-anak untuk mengekspresikan diri.

Selain itu, Alexa juga menyukai sesi cerita. Ia sering membacakan buku cerita yang penuh dengan gambar warna-warni dan karakter-karakter lucu. Anak-anak selalu duduk dengan penuh perhatian, terkadang ikut tertawa bersama ketika mendengar cerita lucu atau terkejut saat mendengar bagian-bagian yang menegangkan.

Namun, yang paling penting bagi Alexa adalah hubungan emosional yang ia bangun dengan anak-anak. Ia selalu berusaha mendengarkan mereka, memberi perhatian ketika mereka berbicara, dan memberikan pelukan saat mereka merasa cemas atau sedih. Alexa tahu betul bahwa masa kanak-kanak adalah waktu yang penuh dengan tantangan dan perubahan, dan ia ingin memastikan bahwa setiap anak merasa aman, dicintai, dan dihargai di kelasnya.

ketika waktu istirahat tiba, Alexa tiba-tiba memikirkan bagaimana keadaan saudaranya.

ia kemudian menghubungi ibunya.

"Bu.. kak Nabila ada dirumah ?"

"Nabila dari tadi sudah pergi, tidak lama kamu pergi.. dia juga pergi" ucap Ibu

"pergi lagi ? ada bilang kemana bu?" tanya Alexa.

"tidak ada nak"

"yasudah bu.. nanti alexa coba hubungi kak Nabila ya" ucap alexa.

Alexa kemudian menghubungi Nabila, tak biasanya Nabila akan langsung mengangkat panggilan itu.

Alexa tampak terkejut ketika mendengar suara pertikaian dibalik telepon itu.

Alexa segera bergegas setelah mendapatkan lokasi Nabila.

--

"saudaramu ini sudah mencuri dompetku" ucap elisabeth

"sudah berapa kali ku bilang, aku tidak mencuri dompetmu"

"bukti cctv sudah jelas sekali , kau masih menuduhku ?" tanya Nabila.

"kenapa ? kamu lapor polisi atas tuduhan ini? silahkan."

"kita bisa lihat siapa yang salah" ancam elisabeth

"kau pikir aku tidak mau melakukannya?"

"aku akan melakukannya, tapi sepertinya hukum diNegara ini sangat tidak bagus"

ucap Nabila dengan sindirannya menatap elisabeth.

"kak" alexa mencoba menahan amarah nabila, sebelum dirinya akan mengalami kasus yang lebih rumit.

Tak lama seorang pria dengan pakaian rapi masuk kecafe itu, pandangan orang - orang disana mengarah kearahnya, mereka tampak terpesona karena pria itu tampak begitu tampan dan berwibawa. Ia berjalan mendekati Elisabeth.

Disaat itupun Pria itu menatap Alexa, ia tampak diam menatapnya sementara Alexa tampak cemas , ia hanya sesekali melempar pandangan pada pria itu.

"Kak.. dia ini yang sudah mencuri dompetku" elisabeth tampak mengadu pada saudara prianya.

"apa bukti cctv itu tidak jelas ?" nabila tampak kesal.

"bisa perlihatkan CCTVnya sekali lagi ?" tanyanya

petugas keamanan itu kembali memutar CCTV itu dan terlihat dari rekaman itu memang bukan postur tubuh Nabila.

"tidak baik menuduh orang yang tidak ada dicctv" ucap pria itu.

"tapi kak.."

"minta maaflah, kamu sudah menuduh orang yang tidak bersalah" ucapnya lagi.

Elisabeth tampak enggan untuk membuka mulutnya untuk meminta maaf pada nabila.

"tidak perlu, kalau itu sangat sulit untukmu"

"biarkan orang-orang tau seperti apa dirimu" ucap nabila ia kemudian pergi dan mengambil tasnya.

"kak .."

"maaf" ucap Alexa lalu berlari meninggalkan cafe itu.

Pria itu bahkan tak sekalipun melepaskan pandangannya dari Alexa, matanya terpaku seolah ada sesuatu yang dalam dan misterius dalam tatapan itu. Seperti ada kenangan atau hubungan tak terucapkan yang membekas di dalam diri mereka berdua. Tatapan itu, meskipun penuh arti, sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Hanya ketika Alexa menghilang dari pandangannya, pria itu tersadar bahwa ia tak dapat lagi menangkap jejak apapun dari sosok yang seakan begitu familiar, namun juga asing baginya.

"kak Angkasa.. kenapa kau membuat aku minta maaf padanya ?" elisabeth tampak kesal karena orang yang ia anggap akan membelanya malah membuatnya terdiam seribu bahasa.

"Kau tidak bisa menyalahkan orang yang tidak ada dicctv itu" ucap Angkasa.

"Tapi aku yakin dia orangnya kak." Ucap Elisabeth.

"Tenang saja, aku akan mencari tau soal ini"

"Kembalilah dengan ku, ada beberapa berkas yang tertinggal dirumah" ucap Angkasa lalu meninggalkan cafe itu.

"Aku duluan yaa" Elisabeth berpisah pada temannya dan kemudian ikut bersama angkasa.

--

Sementara itu Alexa mulai mengejar Nabila yang berjalan begitu cepat, Alexa berhasil mengapainya dan menahannya.

"Kak.. sampai kapan kakak akan menjadi seperti ini ?" Tanya Alexa

Nabila berhenti dan menatap Alexa.

"Apa maksudmu menjadi seperti ini ?"

"Berhenti melakukan hal-hal aneh."

"Orang yang ada di cctv itu.. dia Dina kan ? Dina orang yang selalu membuat Kakak berada didalam masalah kan ?" Tanyanya.

Alexa tampak terkejut ketika ia melihat CCTV itu, ia sadar orang yang ia kenal itu adalah Dina, orang yang selalu membuat Nabila terjebak masalah.

"Kau tidak perlu ikut campur" ucap Nabila yang berusaha pergi.

"Kak, tunggu.."

"Aku mohon kak, jangan bersikap seperti ini."

"Kasian ibu.. jika dia tau, dia akan sedih" ucap Alexa.

"Sedih ? Kamu bilang sedih ?" Suara Nabila meninggi hingga orang yang berada didalam mall itu memandanginya.

"Seharusnya dia berpikir dari awal,apa yang dia lakukan itu salah !"

"Membiarkan kita hidup bersamanya."

"Lalu apa ? Jadi apa kita ?" Nabila mulai meluapkan emosinya.

"Kalau aja 17 tahun lalu ibu gak menahan kita untuk tidak ikut dengan ayah. Kita tidak disini sekarang ALEXA" Suara Nabila meninggi.

"Aku dan Kau akan menjadi dokter yang hebat !"

"Kau tidak akan jadi guru ?"

"Guru ? Kau bilang cita-citamu guru ?"

"Jangan bohong Alexa ! Aku tau kau sama sekali tidak pernah memimpikan diri untuk menjadi guru" teriaknya.

Alexa terdiam, ia tak pernah sekalipun melihat saudaranya meluapkan emosinya seperti itu.

"Ibu hanya egois. Dia hanya takut kehilangan kita, tapi dia tidak memikirkan masa depan kita" ucap Nabila.

"Kak.." Alexa bergeming, ia mencoba menahan Nabila untuk tak menyalahkan ibunya.

Air mata Alexa tampak menetes, tak lagi mampu ia tahan, sementara Nabila tampak kesal mencoba menenangkan dirinya, walau matanya memerah air mata tak keluar dari wajahnya.

Setelah tampak tenang, Nabila pergi meninggalkan Alexa.

Dimana orang sekitar memandangi pertikaian mereka

Alexa mengusap air matanya, ia tampak tak nyaman harus menjadi tontonan banyak orang. Ketika ia berbalik, ia melihat Angkasa dan Elisabeth yang berjalan kearah.

"Kau.. Alexa ?" Tanya Angkasa.

Alexa tampak terkejut, pria yang bahkan tak pernah ia temui itu mengetahui namanya.

To be continued..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!