18

"Pusing banget kepala gue" Luna terbangun dan segera memungut pakaian nya yang berada di lantai.

"Mau kemana?" Tanya pria itu.

"Aku mau pulang" jawab Luna.

"Mau aku antar?"

"Gak usah aku bawa mobil"

Pria itu membantu Luna membereskan pakaian nya.

"Makasih yah buat malam ini" ucap pria itu seraya memeluk Luna dari belakang.

"Kapan ada waktu lagi?" Tanya pria itu.

"Kapan pun kamu merindukan aku"

Pria itu menyiapkan sarapan untuk Luna.

"Aku selalu rindu kamu" ucap pria itu.

Drttttt handphone milik Luna yang berada di atas kasur bergetar.

"Siapa yang telfon?" Tanya pria itu.

"Si tua Bangka, suami ku" jawab Luna.

Luna mengangkat panggilan telfon itu.

"Morning sayang" sapa Wira.

"Morning too sayang" Luna mengarahkan perkataan itu untuk Juno.

Juno menghampirinya dan memeluknya dari belakang.

"Aku hari Senin pulang, tunggu aku ya" ucap Wira.

"Hmm Iyah aku akan selalu tunggu kamu"

Juno tersenyum dan mencium pipi Luna bertubi - tubi.

"Ayo kita sarapan" bisik Juno.

"Suara apa itu Luna? Kamu dimana?"

"Emm aku dikamar, baru bangun tidur"

"Udahan lah telfonnya... Aku ngambek nih"

"Juno please stop, nanti dia dengar" bisik Luna.

"I don't care" bisik Juno.

"Ouh kamu masih tidur yah tadi? Yaudah aku tutup yah telfonnya. Kamu istirahat aja jangan sampai lelah ya, kasihan bayi kita"

"Iyah mas aku istirahat kok"

Belum sempat Wira mengucapkan kata-kata sayang sambungan telfon telah terputus.

"Bilang apa dia?? Ini bayi ku bukan bayi dia" ucap Juno.

"I know, This is yours" ucap Luna.

"And you are also mine, just mine"

***

Beberapa menu sarapan pagi telah tersedia di meja makan. Arya bangun pagi dan melihat amelia tidak ada di sampingnya, baru saja Arya ingin berburuk sangka pada istrinya itu. Tiba-tiba saja terdengar suara ribut didapur, Arya segera turun dari tangga dan melihat ke dapur. Ia melihat amelia tengah membersihkan serpihan kaca di lantai. Arya menghampiri nya dan mencegah tangan istri nya untuk memungut serpihan kaca itu.

"Biar aku aja" ucap Arya.

"Gapapa mas, kamu sarapan aja. Nanti telat ke kantor" ucap Amelia.

Arya memegang kedua tangan Amelia dan membantu nya berdiri.

"Biar aku aja nanti tangan kamu luka"

Arya menduduk kan Amelia di kursi, sedangkan pria itu tengah sibuk memungut serpihan kaca. Amelia hanya termenung dan memperhatikan suaminya dalam diam. Kenapa dirinya begitu tega menduakan Arya? Suaminya begitu baik dan selalu sabar dengan tingkahnya. Arya selesai membersihkan serpihan kaca tersebut.

"Mas Arya" panggil Amelia.

"Aku mau mandi dulu"

Amelia hanya mengangguk. Arya kembali ke atas untuk mandi, ia terkejut melihat kamar mandi sangat bersih bahkan air untuk mandi telah tersedia, handuk telah disiapkan benar-benar berbeda dari biasanya. Apakah Amelia benar-benar telah berubah?

Arya telah selesai mandi dan bersiap untuk sarapan, ia turun kebawah dan melihat Amelia menonton televisi di ruang tamu. Pemandangan yang terasa berbeda menurut Arya. Amelia melihat Arya menghampiri meja makan, wanita itu dengan segera mematikan televisi nya dan menyiapkan sarapan untuk Arya. Arya benar-benar dilayani pagi itu.

"Hari ini kamu pulang jam berapa?" Tanya Amelia.

Arya mencerna pertanyaan itu, apa yang barusan istrinya tanyakan tadi?

Belum sempat Arya menjawab Amelia melontarkan sebuah pertanyaan lagi.

"Kamu mau dimasakin apa mas?"

Sebenarnya Arya masih marah namun karena effort yang telah dilakukan istrinya pagi ini benar-benar membuatnya terkejut, jadi ia ingin mengetes sampai kapan Amelia akan seperti ini?

"Aku pulang sore, terserah mau masak apa" jawab Arya ketus.

Amelia hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku berangkat dulu" ucap Arya.

Amelia menghampirinya dan merapikan dasi suaminya, ia lalu mencium punggung tangan suaminya.

"Hati-hati di jalan mas Arya"

Arya hanya mengangguk dan segera pergi. Arya benar-benar terkejut dengan perubahan drastis Amelia. Biasanya Amelia tidak pernah seperti itu apalagi menyalim tangannya.

***

"Akhir-akhir ini kok gue ngerasa nggak aman ya" ucap Keira.

"Nggak aman kenapa kak?" Tanya Shan penasaran.

"gue ngerasa kalau akhir-akhir kayak ada yang mata-mata in gue, ngikutin gue gitu Shan"

Shan terkekeh.

"Dihh perasaan Lo aja kali, lagian siapa coba yang mata-mata in Lo?"

"Makanya itu Shan gue ngerasa nggak aman, gue yakin banget kalau ada seseorang yang lagi merhatiin gue" ucap Keira.

"Ya tapi siapa?? Raniya?? Jangan-jangan dia mau nakutin Lo lagi supaya Lo nyerah"

"Bukan Raniya, gue ga punya feeling curiga ke dia"

"Yaudah deh lupain aja, gak usah dipikirin ntar malah setres lo. Lagian siapa sih yang merhatiin Lo? Cuman perasaan Lo aja itu kak"

Keira tetap merasa bahwa ada yang memperhatikan gerak geriknya, ia sangat yakin bahwa ada yang selalu mengawasi langkahnya kemanapun dia pergi.

Jadi hari ini ia memutuskan untuk keluar, siapa tahu ia bisa memastikan bahwa feeling nya benar.

Keira sengaja joging dipagi hari sendirian, dan feeling nya semakin kuat ketika seseorang mengikutinya dari belakang. Keira mempercepat langkahnya dan sembunyi di balik tembok bercat biru.

Ia melihat seseorang dengan Hoodie hitam dengan kupluk yang menutupi rambutnya serta masker hitam menutupi hidung dan mulutnya.

Sial Keira tidak bisa melihat siapa pria itu. Gadis itu berjongkok dan mundur secara perlahan agar pria itu tidak melihatnya.

Keira mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Saat melihat kondisi sudah aman Keira berdiri dan melihat kanan dan kiri, sepertinya pria itu sudah tidah ada lagi. Akhirnya Keira keluar dari tempat persembunyiannya. Namun saat Keira keluar seseorang muncul begitu saja di hadapannya. Gadis itu sangat terkejut dan hampir berteriak namun pria itu dengan segera menutup mulutnya dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Anjir siapa sih Lo?" Keira kesal.

Pria itu membuka kupluk Hoodie nya dan juga maskernya. Terlihat lah wajah tampan pria itu, kulitnya yang putih serta hidung yang mancung. Keira sungguh tidak percaya melihat kehadiran pria itu disini.

"Oh jadi Lo yang selalu ngikutin gue setiap hari??? Lo ngapain disini??" Tanya Keira.

"Sorry sebelumnya udah buat Lo takut, tapi gue terpaksa. Gue sengaja ke Indonesia buat ketemu sama Lo"

"What? Buat apa? Kita itu udah berakhir"

"Gue tau gue salah, gue anggap hubungan kita gak serius. Tapi setelah Lo pergi gue ngerasa kehilangan, dan gue mau memperbaiki semuanya" ucap pria itu.

"Sorry Vin, gue mau dijodohin. Dan gue rasa ga ada yang perlu di perbaiki dari kita"

"Gak bisa kei, gue cinta sama Lo dan gue tau Lo juga masih cinta sama gue. Lo gak bisa menikah sama orang lain" pria itu memohon kepada Keira.

"Udah lah buang-buang waktu ngomong sama Lo, mending Lo balik gih ke Amerika" ucap Keira beranjak pergi.

"Will you marry me Keira?" Tanya pria itu.

Keira menoleh melihat pria itu yang masih duduk di kursi taman dengan mengeluarkan sebuah kotak cincin di tangannya.

"Keira gue minta maaf, udah nganggap kalau menikah itu gak penting. Gue minta maaf udah bilang bahwa pernikahan itu ga ada artinya. Tapi gue pengen menikmati hari-hari gue didampingi sama Lo. Gue pengen menghabiskan waktu dan memiliki seorang anak bersama Lo. Kalau Lo mau menikah, gue siap menikahi Lo. Gue siap jadi suami Lo, please jangan nikah sama orang lain"

"Lo serius?" Keira memastikan.

Bukannya menjawab pertanyaan Keira, pria itu justru menangis.

"Heii?? Kenapa? Kok nangis sih?" Keira menghampiri pria itu dan duduk disampingnya.

"Gue nyesel banget biarin Lo pergi gitu aja, gue ngerasa gila" ucap pria itu.

"Lupain aja, Lo bilang apa tadi?" Tanya Keira.

"Will you marry me Keira?" Tanya Alvin sekali lagi.

"Halo papa" ucap Keira disambungkan telfon.

Alvin menautkan kedua alisnya, apa yang dilakukan gadis disampingnya ini?

"Keira mau nikah sekarang boleh kan?"

"Kamu ngomong apa sih? Mau nikah sama siapa?"

"Sama Alvin"

"Katanya udah putus"

"Gak jadi, ini Alvin nya lagi ngelamar Keira sekarang. Tapi belum Keira jawab"

"Iyah bagus gak usah di jawab, lagian kamu kan udah punya jodoh. Kamu bakal menikah dengan Jean, udah ya gak usah macam-macam besok papa pulang. Kita selesaikan baik-baik"

Sambungan telfon terputus.

"Papa Lo bilang apa?" Tanya Alvin.

"Kenapa kita gak nikah aja sekarang?"

"Haa?? Maksud Lo?"

"Ya nikah"

Keira langsung menarik lengan Alvin dan membawanya pergi.

"Masa sih papa Lo bilang gitu? Bukannya dia gak suka sama gue?" Alvin ragu.

"Ah perasaan Lo doang"

***

"Ada apa mas?" Tanya Sanara.

"Kita harus cepat-cepat pulang"

"Tapi kan besok kita pulang mas" ucap Sanara.

"Sekarang aja, udah cepat pesan tiketnya. Jangan sampai Keira buat ulah" ucap Aditya.

"Ha?? Memangnya anak itu kenapa? Dia mau ngapain?"

"Kawin lari"

Sanara mau pingsan rasanya mendengar perkataan suaminya.

"Maksud kamu apa sih? Aku gak ngerti, kawin lari sama siapa?? Jean?"

"Bukan sama si laki-laki brengsek itu, Alvin Narendra"

Sanara sangat mengerti perasaan kesal dan cemas suaminya. Terlebih lagi dia juga sangat mengenal aksi nekat putri pertamanya itu. Mereka segera mengemasi barang-barang dan memesan tiket pesawat di hari itu juga.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!