"Mas semua uang perusahaan yang udah aku pakai buat beli perhiasan udah aku balikin, tanpa kekurangan sedikit pun. Kenapa kamu masih diamin aku?"
Amelia kesal, karena semenjak hari pernikahan Wira, Arya mengabaikannya.
"Mas jawab dong, aku lagi ngomong sama kamu" Amelia memegang lengan suaminya.
"Mas ini udah lewat 2 Minggu loh, kamu masih nyuekin aku"
Arya tetap tidak menjawab, ia masih fokus pada laptopnya.
"Kalau kamu masih nyuekin aku, mending aku pergi aja dari rumah" ucap Amel.
Arya menghentikan jarinya yang dari tadi tidak berhenti mengetik. Ia lalu menatap Amelia yang sedang menatapnya penuh kesal.
"Kenapa diam? Katanya mau pergi" ucap Arya.
"Kamu ngusir aku?"
Arya terkekeh. "Bukannya kamu yang mau minta pergi? Toh bukannya kamu memang selalu pergi sesuka hati tanpa seizin aku ya? Terus kenapa pakai bilang segala?" Arya menutup laptopnya dan berjalan kearah istrinya.
"Kamu bisa gak sih Mel bersikap dewasa? Mau sampai kapan kita begini terus? Kita ini suami istri tapi kelihatannya gak begitu"
"Kamu kenapa sih mas? Bisanya Selalu nyalahin aku terus. Kamu nyadar dong kamu juga banyak salah" Amelia tak mau kalah.
"Aku? Kayaknya kamu gak bisa mandang diri kamu sendiri ya? Sini biar aku perjelas!!" Arya mencengkeram kedua bahu Amelia.
"Udah 6 tahun kita menikah, tapi selama 6 tahun kehadiran kamu dirumah ini bisa di hitung pakai jari, kamu nyadar gak sih selama ini kamu udah memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri belum? Pernah gak kamu masak? Nyiapin aku makanan? Ngurusin rumah? Pernah aku tanya? Pernah???"
Amelia hanya diam, ia benar-benar takut melihat kemarahan suaminya.
"Mel jujur aku capek, capek banget Mel sama keadaan ini. Seolah-olah aku kayak hidup sendiri disini. Aku capek nutupin semua kesalahan kamu dari orang tua aku, mau sampai kapan Mel? Semua kebutuhan hidup kamu aku penuhi, aku gak membatasi kehidupan kamu, aku gak ngekang kamu tapi kamu gak pernah ngasih aku feedback yang pantas ke aku sebagai seorang suami"
"Mas aku..."
"Mel, bahkan semenjak kita menikah kamu gak pernah menjalankan kewajiban kamu sebagai seorang istri. Ingat malam pertama kita? Ingat honeymoon kita? Gak pernah ada moment buat kita. Kamu sibuk sama dunia kamu sendiri"
Amelia meneteskan air matanya.
"Aku pengen punya anak Mel, tapi setiap kali aku ajak kamu berdiskusi tentang hal itu kamu selalu bilang nanti, sampai akhirnya kamu pergi dari pagi pulang pagi lagi, berbulan-bulan di luar negri. Aku ini siapa sih bagi kamu Mel?"
"Aku minta maaf mas, maafin aku"
"Kita pisah aja yah Mel, aku capek"
Amelia terkejut dan segera menahan Arya untuk pergi.
"Gak mas, aku cinta sama kamu. Kita gak boleh pisah, kasih aku kesempatan mas. Aku bakal ngerubah semuanya. Aku akan jadi istri yang baik mas aku janji. Tapi kita gak boleh pisah"
Saat itu handphone Amelia berdering. Tertera nama "Olla" di layar handphone nya.
Arya menepis tangan Amelia dan berjalan kearah nakas untuk mengambil handphone istrinya.
"Teman kamu nelfon, aku angkat ya?" ucap Arya.
Arya menggeser log panggilan dan menghidupkan loud speaker.
"Halo Mel, Lo dimana sih? Kok lama banget gue sama yang lain udah nunggu nih di tempat biasa"
"Woyyy Mel, banyak cowok ganteng plus tajir anjirr disini, cepetan Lo datang gih"
"Cowok yang kemarin godain Lo ada disini juga cepetan, langsung gas lah malam ini"
"Melll Widia bawa banyak stok k*nd*m anjirrrr"
Amelia panik dengan cepat menghampiri suaminya, merebut handphone itu dan mematikan sambungan telfon lalu melempar handphone itu dengan asal.
"Mas please, itu semua gak seperti yang kamu dengar. Mereka cuman bercanda"
"Kamu selingkuh?" Tanya Arya.
"Gak mas, sumpah demi tuhan aku gak selingkuh"
"Kamu gak ngelayani aku, tapi ngelayani laki-laki lain? Perempuan macam apa kamu?"
"Mas sumpah, demi tuhan aku gak selingkuh"
Arya sangat marah, ia melempar beberapa barang yang ada di dekatnya.
"Mas udah mas, cukup. Kita bisa bicara baik-baik dengerin penjelasan aku dulu"
"Aku gak bisa percaya lagi sama kamu"
Arya sangat kecewa, ia ingin pergi meninggalkan rumah. Amelia berusaha mencegahnya tapi Arya menepis tangannya kasar.
Hingga Aksara dan Rana tiba dirumah mereka, Arya sangat terkejut saat membuka pintu.
"Mama, papa?" Mereka berdua kaget.
"Kenapa kalian?" Tanya aksara.
Arya berusaha meredam amarahnya.
"Kalian bertengkar?" Tanya Rana.
"Nggak ma" jawab Arya.
"Kalian jangan sembunyikan sesuatu" ucap Aksara.
"Arya jangan buat papa mu marah" ucap Rana.
"Cuman pertengkaran kecil aja ma pa, ga ada yang serius" Arya berusaha meyakinkan orang tuanya.
Arya yang tadinya ingin pergi kini harus duduk diruang tamu mengobrol bersama orang tuanya.
"Mama sama papa ada apa kesini?" Tanya Arya.
"Kenapa? Kamu kaget ya Karena gak bisa pergi dari rumah?" Ledek Aksara.
"Bukan gitu"
"Kami cuman pengen lihat Amel, kamu gimana kabarnya nak?" Tanya Rana.
"Baik ma, mama sama papa kabarnya gimana?"
"Mama baik, tapi papa mu ini yang gak baik"
"Papa kenapa ma?" Tanya Amelia.
"Papa sakit? Kok gak bilang? Ayo kita ke dokter aja" Tanya Arya
"Hehh kalian ini, papa gak sakit"
Arya dan Amelia tidak mengerti.
"Kapan papa bisa nimang cucu?"
Pertanyaan itu sontak membuat Arya ingin marah karena mengingat peristiwa yang baru saja terjadi tadi. Namun ia kembali meredam amarahnya.
Sedangkan Amelia tidak punya jawaban apa-apa untuk di menjawab pertanyaan ayah mertuanya itu.
"Hehh kalian ini kenapa? Di tanyain kok malah diam?" Tanya Rana.
"Emm soal itu, kami belum kepikiran ma pa" jawan Arya.
"Gimana bisa belum kepikiran? Umur kalian sudah 35 tahun. Sudah 6 tahun menikah harusnya kalian sudah punya 2 anak atau mungkin lebih" kata aksara.
"Arya coba dipikirkan baik-baik, sesekali jangan urusin kerjaan kantor Mulu. Coba liburan bareng Amelia" kata Rana.
"Kalau Ferdi dan Sarah masih hidup, kamu pasti akan lebih di omelin sama mereka" kata Aksara.
"Arya gak bahagiain kamu ya Amel? Ayo cerita ke mama, jangan di tutupin kesalahan suamimu"
Mendengar itu rasanya Amel menjadi malu, padahal kenyataannya Amel lah yang harus di salahkan dan bukan suaminya.
Namun Amel tak mampu berbicara karena ia sangat salah.
"Arya kamu ingat ini hari apa kan? Ini hari ulang tahun mama mu, jangan lupa untuk ziarah" kata aksara mengingatkan.
"Iyah pa nanti kami kesana"
Setelah berbincang cukup lama akhirnya Pak Aksara dan Bu Rana pamit untuk pulang.
"Mas" panggil Amel.
Tapi Arya tidak menjawabnya, Arya mengambil kunci mobil dan pergi dari rumah.
"Sialll" umpat Amel.
***
Zarina dan Luna berada di dapur.
"Eh bu Luna mau ngapain?" Tanya bik inem.
"Mau buat susu bik" jawab Luna.
"Kata Pak Wira kan Bu Luna gak boleh masuk dapur, biar saya aja yang buatin susu nya. Bu Luna istirahat aja di kamar. Nanti saya dimarahin" ucap bik inem.
"Ya ampun bik, saya kan cuma buat susu doang"
"Ini perintah dari pak Wira, Bu Luna gak boleh capek-capek katanya" Bik inem menuntun Luna untuk keluar dari dapur.
"Lebay banget sih Lo Lun" kata Zarina.
"Sorry? Lebay dari segimana nya yah?" Luna berbalik dan menyuruh bik inem untuk kembali bekerja.
"Bu Luna, udah gak usah diladenin" bisik bik inem.
"Itu pasti bukan anaknya mas Wira kan? Ngaku aja deh Lo!!"
Luna menghampiri Zarina dan mengabaikan bik inem.
"Itu mulut Lo gak pernah kena bangku sekolah ya? Gue tau kok Lo ngomong gitu karena iri kan?" Luna tersenyum sinis.
"Gue iri? Ngapain gue iri sama pelakor kaya Lo" Zarina tak mau kalah.
"Pelakor? Mbak Zarina gue juga tau kok kalau kedatangan Lo kesini juga berawal dari hal yang menjijikan, bahkan lebih menjijikan" ucap Luna.
"Kurang ajar banget ya Lo"
Zarina mengangkat tangannya dan ingin menyiram Luna dengan minyak panas namun seseorang berhasil melindunginya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments