***
Melupakan kenangan itu menyakitkan,
Tapi akan lebih menyakitkan jika ia terus menjadi bagian dari ingatan.
Jean terbangun dari tidurnya, ia menatap langit-langit kamar nya lalu menghela nafas. Obat yang diberikan oleh dokter benar-benar membantunya melupakan kejadian 5 hari yang lalu. Jean begitu depresi sampai ia tidak bisa tidur bahkan ketika ia mencoba memejamkan mata untuk tidur peristiwa itu begitu melekat di ingatannya. Ia bangun dan membersihkan dirinya.
"Mbak itu Jean gapapa di kamar terus? Udah hampir seminggu loh dia dikamar terus" Hanin merawa khawatir.
"Jean butuh waktu, kalau udah pulih pasti dia bakal keluar" ucap Amira, yang juga merasa khawatir.
"Coba kamu periksa ke kamar sekalian bawain sarapan" suruh Wira.
"Iyah mas" ucap Amira.
Saat Amira hendak membawa nampan berisi sarapan Luna berdiri dihadapannya.
"Emm boleh gak mas kalau aku yang antar sarapan untuk Jean?" Tanya Luna.
"Boleh juga, yaudah Mira nampannya kasih Luna aja biar dia yang bawa ke kamar Jean"
"Kenapa dia?" Amira sangat tidak suka.
"Gimanapun juga Luna sekarang sudah sah menjadi istri aku, sudah kewajiban dia juga menyayangi dan mengurus mereka kan?"
"Iyah mas, tapi biar pagi ini aku aja yang ngantar buat Jean" ucap Amira. Wira pun berdiri dan merebut nampan berisi sarapan itu dan memberikannya kepada Luna.
"Antar sana" suruh Wira kepada Luna.
"Makasih mas Wira" Luna pun bergegas pergi.
"Mas kamu ini kenapa sih?" Amira sangat kesal dan meninggalkan meja makan. Wira tidak peduli ia tetap melanjutkan sarapan.
"Dimana Zarina?" Tanya Wira kepada Hanin.
"Aku kurang tau mas, dia pergi dari kemarin" jawab Hanin.
Wira menggelengkan kepala ia tidak habis pikir dengan kelakuan Zarina yang seperti anak kecil.
Tak lama kemudian Sena, Viona dan farel turun dari tangga dan menghampiri meja makan.
"Selamat pagi papa dan bunda Hanin" sapa Sena.
"Selamat pagi" jawab mereka kompak.
"Ehh mama mana bunda?" Tanya Sena.
"Itu ada dihalaman" jawab Hanin asal.
Sena hanya mengangguk dan melahap nasi goreng yang telah di hidangkan oleh Hanin.
***
Luna yang telah berada di dalam kamar Jean, meletakan nampan sarapan tersebut di atas nakas. Ia lalu duduk di tepi kasur dan menunggu pria itu selesai mandi. Tak lama Jean keluar dengan memakai handuk ia terkejut melihat Luna ada di dalam kamarnya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Jean.
"Jean kamu udah siap mandi, aku bawain sarapan buat kamu. Dimakan ya" jawab Luna.
Sambil mengelap rambutnya yang masih basah dengan handuk yang menutupi pinggang hingga lututnya Jean menghampiri lemari yang berada di sudut ruangan.
"Jean... Aku mau ngomong sesuatu" ucap Luna, tapi Jean tidak merespon.
"Jean aku khawatir sama kamu, beberapa hari ini aku gak bisa tidur karena mikirin kamu"
Jean masih tidak menggubrisnya. Ia terlihat sibuk memilih baju. Luna dengan nekat mendekatinya dan memeluk Jean dari belakang dengan erat. Jean sangat terkejut dan mencoba melepaskan tangan yang melingkar di pinggang nya.
"Lo udah gila ya? Lepasin gue!!" Jean sangat kesal.
"Gak mau Jean, aku rindu sama kamu" ucap Luna yang masih memeluk Jean.
Jean dengan kasar melepas tangan Luna dari pinggangnya dan berbalik menghadap gadis itu.
"Jangan pernah Lo sentuh gue!!" Jean memberikan peringatan.
Namun Luna seperti nya tidak peduli, ia malah memeluk Jean lagi dan menggigit leher pria itu. Jean mendorongnya kasar.
"Lo udah gila ya lun?"
" Iya aku udah gila, gila karena kamu" ucap Luna.
Jean memegang kedua bahu Luna dan mencengkeram nya.
"Jangan pernah Lo masuk ke kamar gue lagi, Lo itu murahan banget ya. Udah jadi istri bokap gue tapi masih ganggu gue? Kita itu udah berakhir" ucap Jean.
"Aku gak peduli, aku masih cinta sama kamu Jean, dan aku bakal ngelakuin segala cara agar kamu tetap jadi milik aku"
"Lo bener-bener gak waras, pergi Lo dari sini!!" Usir Jean.
"Jean tolong dengerin penjelasan aku sebentar aja, papa kamu duluan yang..."
"Gue gak peduli, mau apapun alasan yang lo buat. Ini semua udah terjadi, dan Lo udah bohongin gue"
"Lo udah buat nyokap gue nangis dan gue benci itu" Jean mendorong Luna kasar.
"Apa gak bisa kamu beri aku satu kesempatan lagi je? Aku bakal perbaiki semuanya" ucap Luna.
"Kesempatan apa yang mau gue kasih? Dan Apa yang mau diperbaiki? Semua udah rusak lun, Lo sekarang udah jadi istri bokap gue. Mama tiri gue... Dan Lo sekarang lagi hamil, lebih baik urus hidup kita masing-masing. Jangan pernah Lo ganggu gue lagi" ucap Jean.
Jean membuka pintu kamarnya.
"Keluar Lun, gue gak mau ada orang yang salah faham sama kita" ucap Jean.
Luna menghampiri Jean.
"Aku gak akan pernah nyerah" ucap Luna.
Dengan berat hati Jean mendorong Luna keluar dari kamar.
"Gue gak peduli" ucap pria itu.
Luna keluar dari kamar Jean, Jean segera menutup dan mengunci pintu kamarnya.
"Apalagi ini Tuhan?" Jean menggusar surainya kasar.
***
Luna menghampiri Wira di meja makan.
"Kenapa kamu lama banget?" Tanya Wira.
"Tadi aku sekalian mandi" ucap Luna.
Saat itu Jean sudah bersiap pergi ke kantor. Ia menuruni anak tangga dan menghampiri ibunya yang tengah mengobrol dengan Hanin diruang tamu.
Luna mencuri pandang kepada pria dengan setelan kemeja abu-abu favoritnya. Ia tersenyum simpul.
"Kamu hari ini gak ke kantor mas?" Tanya Luna.
"Ke kantor sayang, oh iya karena aku udah balik ke Jakarta jadi aku bakal sering pulang terlambat. Gapapa kan?" Ucap Wira.
"Oh iya gapapa mas" Luna tersenyum.
***
Jean tengah mengemudi kan mobilnya, saat itu juga handphone nya berbunyi ada 1 notifikasi chat masuk. Sambil menyetir Jean melihat handphone nya dan membuka isi chat tersebut. Ternyata itu pesan dari Luna. Jean sangat kesal, kenapa ibu tirinya ini jadi terus-terusan mengganggunya. Jean mengabaikan pesan tersebut dan melempar handphone nya asal.
Disisi lain Zarina pulang dengan keadaan mabuk, aroma alkohol begitu menyengat ketika ia berbicara. Zarina dibantu oleh adik iparnya Amelia.
"Ehh kenapa ini?" Tanya Amira yang langsung berlari menghampiri Zarina yang dipapah oleh Amelia.
"Aduh kak, dari kemarin dia minum terus" ucap Amelia.
Mereka lalu membaringkan Zarina di sofa. Untung saja Wira sudah pergi, jika Wira melihat keadaan istri ketiganya mabuk-mabukan seperti ini, pasti akan terjadi perang yang entah keberapa kalinya.
Raniya membawakan air putih untuk Zarina, namun ketika meminumnya Zarina malah muntah.
"Kamu kok jadi gini sih? Tanya Hanin.
"Mana mas Wira??? Mana suami ku??"
"Mas Wira udah berangkat ke kantor" jawab Amira.
"Hmm pengantin baru kenapa malah ke kantor?? Harusnya dia bukan madu" ucap Zarina melantur.
"Kalau gitu aku pulang yah mbak" pamit Amelia
"Iyah hati-hati, makasih yah Mel" ucap Hanin.
Amelia pun pergi. Zarina masih belum sadar dan kini matanya mengarah pada Luna.
"Oh jadi kamu istri baru nya mas Wira" Zarina berjalan sempoyongan kearah luna.
"Iyah aku istri barunya mas Wira dan kesayangan nya mas Wira" ucap Luna.
Zarina jengkel dan mencoba mencekik Luna dan dihalangi oleh Amira, Hanin dan Raniya.
"Jangan mancing keributan Luna!" Ucap Amira.
"Memancing keributan apanya mbak? Kan emang bener aku istri kesayangannya mas Wira. Apalagi sekarang aku Ini lagi hamil"
Zarina yang masih kehilangan kesadaran itu tetap berusaha menyakiti Luna, ia kini mengambil vas bunga dan mencoba melemparkannya pada Luna tapi nihil vas nya terlempar ke arah lain.
"Dasar perempuan J4l4n9!!!!!! Perebut suami orang. Itu pasti anak haram kan? Itu gak mungkin anak nya mas Wira" ucap Zarina.
"Zarina udah cukup jaga bicara mu" ucap Amira.
"Perempuan gatal ini udah ngancurin kebahagiaan aku mbak" Zarina mencoba untuk mencakar Luna tapi di tahan Raniya.
"Tante udah Tante, jangan kaya gini nanti kalau om Wira balik makin berabe masalahnya" ucap Raniya.
"Oh tenang aja aku udah rekam kok perkataan wanita tua ini, jadi aku tinggal kirim ke mas Wira deh" Luna tertawa kecil.
"Lun masuk ke kamar mu sekarang" suruh Hanin.
Luna pun berjalan melewati Zarina dan melambaikan tangan padanya.
Zarina berteriak histeris "Dasar perempuan J4l4n9!!!!!!!!!!"
Zarina seperti orang gila yang meraung-raung dan berteriak-teriak di ruang tamu.
Amira menampar Zarina.
"Udah? Atau mau aku tampar lagi?" Kata Amira.
"Mbak nampar aku? Kamu belain perempuan itu?" Zarina merasa kecewa.
"Masih mending aku yang nampar kamu, dibanding mas Wira yang nampar kamu. Kamu sadar gak sih kelakuan mu ini malu-maluin tau gak, menghilang hampir seminggu ga ada kabar sama sekali. Pulang-pulang mabuk kayak gini. Kalau mas Wira tau kamu tau kan apa yang bakalan terjadi?" Ucap Amira.
"Maaf mbak" Zarina sedikit menyesal.
"Yaudah sekarang istirahat, bik inem tolong buatin sup untuk Zarina ya"
"Iyah nyonya"
Zarina mematuhi perkataan Amira dan segera pergi ke kamarnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments