04

Jean dan Shan pun sampai di rumah beberapa kerabat dekat mereka.

"Ini cuman gue yang bagiin undangannya?" Tanya Shan seraya turun dari motor.

"Iya lah kan Lo yang disuruh" jawab Jean santai.

"Dih kalau tau bakal kaya gini, ogah gue ngajak Lo tadi. Bukannya ngurangin beban malah tambah beban" kesal Shan.

Jean tak peduli dengan kekesalan Shan, yang penting ia bebas dari Raniya dan ia hanya duduk di motor menunggu sepupunya itu membagikan undangan.

"Wah pesta pernikahan siapa nih?" Tanya wanita yang memegang undangan tersebut.

Shan hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lah ini om mu nikah lagi?" Tanya wanita itu lagi.

"Hehe iya Tante... " Jawab Shan.

Jean melihat Shan yang begitu canggung menjelaskan undangan pernikahan ayahnya kepada wanita itu. Makanya Jean malas ikut membagikan karena ia sudah bisa menebak reaksi orang-orang ketika menerimanya. Jean yang memegang sisa dua undangan tersebut penasaran dengan calon istri ayahnya, ia pun ingin membuka sampul undangan tersebut namun Shan kembali.

"Ih jangan dibuka-buka gitu dong" Shan mengambil sisa undangan dari tangan Jean.

"Cuma mau lihat"

"Ia tau tapi ini udah rapi gini kalau Lo buka yah jadi jelek nanti" omel Shan.

Mereka pun meninggalkan tempat itu. Setelah membagikan undangan mereka kembali kerumah tepat jam makan siang. Para pendekor itu belum siap menghiasi rumah dan sedang beristirahat untuk makan siang.

"Masih belum siap yah kak?" Tanya Jean kepada Jovano yang tengah sibuk dengan handphone nya.

"Iya nih belum, tinggal hiasin altar pernikahan nya aja" jawab Jovano.

Dan hanya mendapat anggukan dari Jean.

"Undangannya semua udah dibagi?" Tanya Jovano lagi.

"Iya udah semua, yaudah gue masuk ya"

Jean masuk kedalam rumah, dan menghampiri ruang makan.

"Jean udah pulang??" Raniya membuat Jean kaget.

Gadis ini lagi, Jean benar-benar sangat kesal.

"Iya" jawab Jean singkat.

Lalu Jean bergegas pergi kekamar namun di halangi oleh Raniya.

"Jean mau kemana?" Tanya Raniya.

"Gue mau ke kamar, minggir!" Jean benar-benar jengah dengan tingkah laku Raniya.

"Raniya ikut ya Jean"

"Mau ngapain? Gue mau mandi, udah ah minggir" Jean segera kabur dari Raniya dan naik ke lantai atas.

"Jangan gangguin kakak gue bisa gak?" Sena menghampiri Raniya.

"Ehh adik ipar ku" Raniya merangkul Sena sok akrab.

"Ha?? Lo bilang apa? Gue adik ipar Lo. Ih ogah gue gak mau punya kakak ipar kaya Lo" Sena merasa jijik.

"Ih kok ngomong gitu si Sena? Kamu itu mulai sekarang harus sopan sama aku, harus menghormati aku" Raniya berkata dengan manja dan membuat Sena ingin muntah.

"Mending kak Je gak usah nikah sih kalau calon bini nya kaya Lo" Ejek Sena lalu pergi ke dapur.

"Dih sombong banget, gue juga gak mau lagi punya adik ipar kaya Lo,cewe norak!!" Ucap Raniya dengan suara pelan.

"Hehh omongan mu itu" Zarina tiba-tiba ada dibelakangnya dan memukul bahunya.

"Aw Tante sakit tau" rintih Raniya.

"Lagi-lagi kamu kalau ngomong sembarangan aja ya" omel Zarina.

"Tante sih gak dengerin dia ngomong dari awal, dia itu rese banget. Rasanya pengen aku tampar aja itu mukanya" kesal Raniya.

"Sabarr dong... Gitu-gitu dia juga anak Tante, nanti kamu yang Tante tampar" Raniya langsung merubah ekspresi wajahnya begitu mendengar perkataan tantenya.

Zarina melihat jam di pergelangan tangannya.

"Yaudah kamu ke kamar Jean sana panggil dia suruh makan" suruh Zarina dan Raniya langsung menampilkan ekspresi bahagianya dan segera naik ke lantai atas untuk menghampiri Jean.

***

Jean yang masih berada di kamar mandi tengah mencukur bulu-bulu halus di dagunya, Jean selalu merasa risih dengan kumis tipis dan hal-hal yang membuatnya risih di sekitar wajahnya. Padahal orang tidak akan tau apakah dia berkumis atau tidak, namun Jean tetap saja mencukurnya walau masih sedikit. Saat tengah mencukur Jean tidak sengaja melukai dagunya sendiri, bagian yang tidak terkena krim tersayat oleh pisau cukur itu dan membuat bawah dagu nya berdarah.

Jean pun panik dan segera berlari keluar kamar mandi, menyumpal beberapa tisu ke dagunya dan mencari obat di dalam laci.

Mendengar suara rusuh dikamar Jean, Shan yang melewati kamarnya pun mengetuk pintu kamar Jean.

"Je Lo kenapa?" Tanya Shan dari luar pintu kamar.

Jean merintih kesakitan. "Aww ini cuman kena pisau cukur"

Shan khawatir dan masuk kedalam kamar, melihat Jean di depan cermin sambil mengobati lukanya.

"Coba lihat?" Shan menghampiri Jean dan memegang dagunya.

"Aw sakit pelan-pelan dong Megang nya"

"Iya iya sorry"

Shan mendudukan Jean di kasur dan mengambil kapas serta obat untuk menghentikan pendarahannya.

"Kenapa bisa sampai berdarah gini sih?" Tanya Shan.

"Gak fokus gue" jawab Jean dengan lirih menahan rasa pedih.

Saat tengah mengoleskan obat dengan cotton Bud, Jean merasa perih sehingga ia tidak sengaja menendang kaki Shan sehingga Shan jatuh menindih tubuh Jean. Jean pada saat itu hanya memakai celana jeans tanpa memakai baju.

Mereka saling bertatapan dan Jean melihat wajah Shan dengan sangat dekat kala itu. Saat Jean ingin menyentuh wajah sepupunya saat itu juga Raniya membuka pintu dan terkejut melihat Shan berada di atas tubuh Jean. Raniya berteriak sehingga Jean dan Shan juga ikutan panik dan berteriak.

"Ehh itu diatas kenapa ribut banget?" Tanya Hanin.

"Itu kayak suaranya Raniya" Amira menoleh ke Zarina.

"Itu juga suara Jean" sambung Jovano.

Mereka ingin naik ke lantai atas namun Raniya sudah turun duluan dengan berlari dan disusul oleh Jean yang memegang kaos hitam di tangannya dan Shan yang membawa obat dan plester luka.

"Hehh ada apa ini?" Tanya Amira.

Jean berhasil meraih lengan Raniya dan Shan berada di belakang Jean.

"Lepasin!!! Kamu mesum dan kamu juga perempuan yang gak tau malu" teriak Raniya pada Jean dan Shan.

"Lo salah faham" ucap Jean.

"Raniya ada apa?" Tanya Amira.

"Mereka... " Raniya ngos-ngosan kehabisan nafas karena berlari

"Kamu kenapa gak pakai baju?" Tanya Amira.

Mendengar itu Jean langsung mengenakan baju yang ia pegang.

"Ada apa sih ini? Kamu kenapa Raniya" tanya Zarina berusaha menenangkan keponakannya itu.

Raniya malah menangis sejadi-jadinya, Jean hanya menepuk jidat dan Shan menggeleng kepala.

"Ada apa ini Shan?" Tanya Sanara ibunya Shan.

"Ma ini semua cuman salah faham" jawab Shan.

"Coba jelasin biar kami gak berfikiran yang macam-macam" kata Hanin.

"Jadi tadi itu aku lagi cukuran, terus dagu ku berdarah. Shan bantu aku obatin luka, dan aku gak sengaja nendang kakinya terus dia jatuh" ucap Jean.

Mendengar itu Raniya berhenti menangis.

"Jean kamu sakit? Mana yang sakit? Sini biar aku yang obatin" Raniya langsung berdiri dan mendekati Jean tapi Jean bersembunyi dibalik tubuh Shan sambil memegang bahu Shan.

"Kamu jatuh nak?" Tanya Amira khawatir.

"Aku gak papa cuman dagu nya Jean belum di plester nanti infeksi" Shan memberikan obat dan plester luka pada Amira.

"By the way jatuhnya dimana kak?" Tanya Sena pada Shan yang membuat pipi Shan memerah.

Mendengar itu Raniya kembali menangis mengingat bagaimana Shan berada di atas tubuh Jean.

"Kayaknya aku ngerti" ucap Jovano dengan berbisik pada Jean.

"cuman kecelakaan" bisik Jean juga yang di dengar oleh viona dan farel.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!