"Jean tolong sering-sering datang ke kantor ya, nanti dipandu sama om Arya kamu menghandle meeting dengan group Zhang" ucap Wira sebelum pergi.
"Iya pa" kata Jean.
"Kamu itu penerus di Anggasta company jadi harus banyak-banyak belajar" sambung Wira dan ia pun segera pergi.
Jean menghela nafas, sebenarnya ia sangat malas meladeni ayahnya karena peristiwa kemarin. "Yang sabar ya Jean" ucap om Arya sambil menepuk bahu Jean.
"Kenapa bukan om aja yang jadi papaku?" Tanya Jean sembarangan.
"Loh ya mana om tau, udah takdir kali" jawab om Arya.
Jean hanya tersenyum hambar, ia memilih untuk masuk kedalam dan menemui ibunya namun ia bertemu Shan. "Mama Lo lagi tidur, jangan di ganggu dulu" ucap Shan dan mendapat anggukan dari Jean. Jean memundurkan langkahnya dan berbalik menjauhi kamar ibunya.
"Pasti mama banyak nangis ya Shan?" Tanya Jean sedikit penasaran karena Shan lah yang menemani ibunya semalaman.
"Iya Je, sama persis seperti 15 tahun yang lalu waktu om Wira menikah sama Tante Zarina" ucap Shan.
Jean tersenyum hambar, matanya kembali memerah ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Shan hanya mengelus punggung nya dan membuat air mata Jean tumpah.
"Bisa temani gue tidur Shan?" Pinta Jean.
Ashana hanya mengangguk, mereka pun masuk kedalam kamar. Jean merebahkan dirinya ditempat tidur dan Shan duduk disampingnya.
"Gue gak bisa tidur dari kemarin Shan" ucap Jean, Shan hanya diam dan mengelus kepala Jean yang tidur di atas pahanya.
"Bisa peluk gue Shan?" Tanya Jean dengan suara lirih, tanpa menjawab nya Shan langsung memeluk Jean samb mengusap rambutnya dengan lembut.
Jean pun tertidur di pelukan Shan, Shan dengan pelan-pelan menyingkirkan pelukan Jean dari tubuhnya lalu menyelimutinya dan pergi keluar dari kamar Jean.
"Shan kamu habis dari mana?" Tanya Sanara ibu Shan.
"Kamarnya Jean" jawab Shan.
Sanara melotot dan mencubit lengan putrinya. "Kamu ngapain di kamar Jean? Habis ngapain kalian ha?" Tanya Sanara penuh curiga dan mendapat tatapan tajam dari Shan.
"Mama ini apaan sih? Curigaan Mulu. Aku habis hibur Jean karena dia sedih. Lagian om Wira keterlaluan banget sih. Nyebelin tau gak" ucap Shan.
Sanara mengangguk faham. "Jadi gimana keadaan tantemu sekarang?" Tanya Sanara khawatir.
"Ya begitulah ma, Tante Amira masih sulit makan" jawab Shan.
"Jean dimana??" Tanya raniya yang muncul secara tiba-tiba dan memotong pembicaraan mereka.
"Jean lagi tidur" jawab Shan.
"Oh" jawab gadis itu singkat, dan ingin membuka pintu kamar Jean namun di hentikan oleh Shan.
"Lo mau ngapain?" Tanya Shan.
"Ya mau ketemu Jean lah" jawab gadis itu sombong.
"Lo tuli ya? Lo gak denger gue bilang apa tadi? Jean itu lagi istirahat, jangan ganggu bisa gak?" Shan sangat kesal dengan tingkah kekanakan Raniya.
"Lo siapa ngatur-ngatur gue gak boleh ketemu Jean?" Gadis itu mengabaikan Shan dan Sanara segera menarik lengannya dan membawa gadis itu menjauh dari kamar Jean.
"Aduh sakit Tante, jangan tarik-tarik dong" rintih Raniya.
"Jean lagi istirahat, jangan diganggu ya Raniya" pinta Sanara.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Zarina saat melihat keponakan nya ditarik oleh adik iparnya.
"Raniya maksa mau masuk ke kamar Jean, aku udah bilang kalau Jean lagi istirahat dan jangan diganggu" jawab Sanara.
"Aku cuman pengen tau keadaan Jean Tante, aku kan juga khawatir" rengek Raniya.
"Iya ran, tapi jangan sekarang Jean lagi butuh istirahat, mohon dimengerti ya?" Pinta Sanara.
Mereka pun pergi, Zarina langsung mencubit lengan keponakan nya itu.
"Kamu itu kenapa sih? Malu-maluin aja"
"Aku kan cuman ikutin saran Tante, kan Tante yang bilang kalau aku harus deketin Jean supaya bisa jadi menantu dirumah ini" rengek Raniya. Karena sangat kesal Zarina menoyor kepala keponakannya itu.
"Kamu ini bodoh banget sih, lihat situasi dan kondisi dong" kesal Zarina.
Sudah berusia 23 tahun tapi sikap Raniya belum juga dewasa, bagaimana bisa ia mengambil hati keluarga ini? Zarina sangat pusing dengan situasi ini.
***
Tak terasa sudah satu bulan Wira pergi meninggalkan rumah. Keadaan hati anggota keluarga ini perlahan membaik dan mereka juga telah mempersiapkan diri untuk menjaga sikap saat Wira pulang membawa istri barunya.
"Kakak udah baik-baik aja kan?" Tanya Sanara.
"Udah sedikit lebih baik san" jawab Amira.
"Emm... Soal istri baru kak Wira, kakak udah tau kan?" Tanya Sanara lagi.
"Sudah san, dan aku sudah bisa menerima kehadiran nya ditengah-tengah keluarga ini. Tapi aku gak tau akan seperti apa reaksi dia nanti kalau tau" ucap Amira sedih.
"Akan ada banyak bodyguard di pesta kak Wira nanti, mereka pasti bakal menjaga ketat acara itu" Kata Sanara.
"Oh ya?"
"Em mas Wira, takut kalau Zarina buat keributan di pesta pernikahan nanti kak"
"Semoga aja... Tapi aku benar-benar gelisah" Amira mulai merasa khawatir.
"Semua itu udah takdir kak, kita harus menerima nya" Ucap Sanara.
***
"Semuanya diatur dengan rapi ya, bunga-bunga nya juga disusun rapi"
Para pelayan dan beberapa pendekor tengah sibuk menata beberapa hiasan di pesta pernikahan Wira dan istrinya.
"Gimana catering nya? Aman kan?" Itu jovano kakak pertama Jean yang tengah sibuk mengatur catering.
"Souvenir nya gimana?" Itu Farel saudara Jean, anak dari bunda Hanin. Dia sedang sibuk mengatur souvenir.
Ada Sena dan Viona yang sibuk membeli beberapa gaun untuk di pesta nanti.
"Gila bener pesta pernikahan nya kak, mewah banget" bisik Raniya kepada Zarina.
Mereka sedang melihat kesibukan orang-orang dibawah sana yang tengah mengatur dekorasi pesta. Zarina sangat muak melihat semuanya, ia benar-benar merasa sakit hati dan cemburu. Ia mengobrak ngabrik beberapa bunga yang disusun di lantai atas dan membuang nya kebawah. Melihat ibu tiri mereka yang sedang kesal, mereka hanya menghela nafas dan mengabaikannya. Jean mengambil buket bunga yang dirusak oleh ibu tirinya itu dan memberikannya kepada Sena dan Viona.
"Ini tolong diganti ya!" Suruh Jean kepada dua adik perempuannya itu.
"Nyusahin aja nenek sihir itu" ejek Viona
"Vio??" Farel menegurnya.
"Kan emang bener yang dibilang Viona kak" bela Sena.
"Gimana pun juga dia itu mama kita" ucap jovano.
"Dengerin tuh" ucap Farel.
"Jeannn jeannnn" panggil Raniya manja.
"Apa?" Jawab Jean malas.
"Kita nanti pakai baju couple ya Jean di pesta" pinta Raniya sambil menggandeng lengan Jean.
"Kita udah nentuin baju yang bakalan dipakai di pesta nanti" Sena menunjukan gambar di handphone nya.
"Ih apaan tuh? Selera kamu nggak banget Sena" kata Raniya dengan mengejek.
Jean yang merasa risih berusaha melepaskan gandengan Raniya dari lengannya.
"Gak usah kaya gini please" mohon Jean.
"Jean kok gitu? Jean masih sakit ya? Masih gak enak badan" tanya Raniya manja.
"Woi temenin gue yuk?" Panggil Shan.
Jean tersenyum penuh kemenangan, Shan benar-benar penyelamat hidupnya.
"Mau kemana?" Tanya Jean.
"Nganterin undangan" Shan menunjukan beberapa undangan dan menghampiri Jean.
"Oke" Jean menyetujuinya.
"Ihh Jean kok pergi?? Jangan tinggalin Raniya dong" Rengek Raniya.
Raniya berusaha mencegah Jean pergi , namun sena dan Viona memegang lengan Raniya sehingga Jean bebas dan pergi bersama Shan.
"Jeannnn" teriak Raniya sambil berusaha lepas dari Sena dan Viona namun sia-sia.
"Hati-hati dijalan yah kak..." ucap Sena sambil sesekali menatap remeh Raniya.
"Pulang nya lama juga gapapa" tambah Viona.
Mereka tertawa terbahak-bahak melihat raniya lari keluar rumah dan hampir menabrak beberapa pendekor di luar. Ia tambah mencak-mencak ketika melihat Shan dan Jean sudah tidak ada di halaman rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments