02

Hari yang ditunggu Luna telah tiba, ia didampingi oleh tiga orang teman kampusnya.

"Pacar Lo mana lun?" Tanya kia

"Sibuk katanya" jawab Luna.

"Wah parah nih si Jean, bentar gue telfon dulu ni anak" ujar kia dan mendapat pencegahan dari Luna.

"Udah gak usah, kita juga udah pamitan kemarin"

"Ya tapikan tetep aja, ini hari keberangkatan Lo. Dua tahun Lo disana dan ini moment penting" ucap Kia, Luna hanya tersenyum kecil.

"Udah lah ga apa-apa, gue juga ngerti kok. Yaudah gue masuk ya?"

"Haaa Luna, jangan lupain gue ya" ucap Fawa sambil menahan tangis.

"Ih gak bakal lah gue lupain kalian" ucap Luna ikut terharu dengan kedua temannya itu.

Kia dan fawa memeluk Luna sebelum masuk. Namun tidak dengan Alin yang berdiam diri yang menatap nya cuek.

"Lin?" Panggil Luna.

Alin berjalan menghampiri Luna setelah kia dan fawa telah selesai berpamitan. Luna memeluknya dengan sangat erat sambil menangis.

"Buat apa Lo nangis? Harusnya Lo bahagia, itukan yang Lo mau?" Bisik Alin.

"Gue terpaksa Lin"

Alin melepaskan pelukannya dan menatap sahabatnya itu dengan sinis.

"Saran gue, mending jangan 2 tahun deh. Selama-lamanya aja... Karena kepulangan Lo nanti membawa akan duka dan kekecewaan bagi orang lain"

Luna hanya menunduk, ia benar-benar merasa sangat malu.

"Lo kan tau Lin, gue gak punya pilihan lain. Gue butuh uang, gue mau hidup yang lebih mapan"

"Whatever, Selamat berbahagia" ucap Alin.

Saat Luna melangkah masuk terdengar suara seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Terdengar samar namun ia yakin bahwa suara itu memanggil namanya. Luna menoleh kebelakang dan melihat Jean tengah berlari menghampiri nya. Senyum terukir diwajah Luna. Jean semakin mendekat dan berlari kecil kearahnya. Ia memeluk Luna dengan sangat erat, setelah lima tahun pacaran baru kali ini Jean memeluknya. Keringat bercucuran di keningnya. "Maaf terlambat" ucap Jean sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.

"Ga apa-apa Jean..."

Jean memberikan hadiah kepada Luna. "Buat kamu, semangat ya belajarnya dan jangan lupain aku. Aku akan selalu nunggu kamu" ucap Jean dengan penuh ketulusan dan membuat dada Luna semakin sesak.

"Luna, jaga diri baik-baik buat aku ya"

Jean mengusap rambut gadis itu dengan lembut lalu memegang kedua bahunya.

"Masuklah, sebentar lagi udah mau masuk jam penerbangan kamu"

Luna terus menangis dan Jean kembali menghapus air matanya. Luna pun berbalik membelakangi Jean dan masuk kedalam.

"Aku akan selalu nunggu kamu Luna" teriak Jean yang didengar oleh banyak orang.

"Cepat kembali Luna" batin Jean.

***

Jean kembali kerumah dan terkejut melihat ada banyak mobil dihalaman rumahnya yang luas. Salah satunya adalah mobil kakeknya, Jean masuk kedalam rumah dan melihat Zarina berteriak dan menampar ayahnya. Beberapa miniatur kecil diruang tamu terlihat berantakan.

"Jangan gila kamu mas, istri kamu udah 3" teriak Zarina.

Jean melihat ibunya duduk di sofa ditemani oleh Shan dengan tatapan kosong.

"Kenapa Shan?" Tanya Jean.

Shan hanya diam dan menunduk.

"Jangan gila kau Wira, diumur segini kau mau menikah lagi?" Tanya pak Aksara kakeknya Jean.

"Kami saling mencintai, dan aku akan menikahi perempuan itu" tegas Wira dan mendapat tamparan keras dari pak Aksara.

"Sadar dengan yang kau bicarakan itu Wira" ucap pak Aksa.

"Sadar aku sadar!!! Dan Aku salah bicarakan ini ke kalian semua. Aku gak peduli apa pendapat kalian dan kalaupun papa gak setuju aku akan tetap menikahi dia" ucap Wira.

"Keterlaluan kamu mas" teriak Zarina.

"Kenapa mbak mira diam aja? Mas Wira mau menikah lagi mbak" sambung Zarina.

Wira menarik lengan Zarina dengan kasar.

"Kalau sampai kamu merusak pernikahan ku, aku gak akan segan-segan menceraikan kamu" ucap Wira.

Jean yang merasa sangat panas ingin berdiri namun Amira menarik lengannya untuk tidak ikut campur urusan ini.

"Apa maksud mama? Dia nyakitin Mama lagi, gimana bisa aku diam?" Omel Jean.

"Jean please jangan ikut campur urusan orang tua" pinta Amira yang membuat Jean malas menatap ibunya.

"Kalau itu memang keputusan kamu untuk menikah lagi lakukanlah mas, jika kamu memang mencintai perempuan itu" ucap Mira dengan suara lirih.

"Tapi untuk apa kamu ngadain pertemuan seperti ini kalau kamu gak butuh saran dan pendapat orang lain? Mending langsung menikah aja, sama seperti yang kamu lakuin 15 tahun yang lalu"

"Lagipula Kamu kan memang seperti itu, gak akan pernah peduli dengan perkataan orang lain apalagi perasaannya, dan aku ikhlas" ucap Amira.

Mendengar itu Zarina semakin kesal.

"Mbak ngomong apa sih? Mbak setuju mas Wira menikah lagi? Mbak udah gila yah" ucap Zarina.

"Apa yang harus aku cegah? Kalau begitu jika aku menentang pernikahan mu 15 tahun yang lalu apakah kamu akan menerimanya? Apakah kamu akan dengan senang hati meninggalkan mas Wira? Kamu sama perempuan yang akan dinikahi mas Wira itu ga ada bedanya Zarina" ucap Mira dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Zarina sangat sakit hati mendengar perkataan Amira.

"Dasar perempuan munafik" teriak Zarina pada Amira.

"Diam mulutmu itu, tolong jaga ucapan mu" ucap Rana ibu mertuanya.

"Shan tolong susul mama" pinta Jean kepada sepupunya, Ashana segera menyusul Amira.

"Sudahkan? Sudah selesai? Besok aku akan ke Amerika" ucap Wira.

"Kenapa ke Amerika?" Tanya Hanin.

"Aku akan menikah disana, Kalau menikah disini pernikahan ku ga akan berjalan lancar" sambil menatap sinis pada istrinya Zarina.

"Sialan!!!!"

"Jangan kamu bawa istri sialan mu itu kerumah ini!!!" Teriak Zarina.

"Tutup mulut mu itu!!" Wira hendak menampar Zarina tapi Jean dan Jovano menahan ayahnya.

"Jangan sampai aku dengar lagi ucapan seperti itu, atau kusobek mulutmu" ucap Wira seraya menjauh dari Zarina.

"Kalian lihat kelakuan ayah kalian kan? Dia itu gak pantas disebut sebagai seorang ayah" ucap Zarina.

Wira menghentikan langkahnya.

"Perempuan seperti mu memang gak pantas memiliki seorang anak, aku bersyukur pada Tuhan. Dia tidak mengirimkan bayi kepadaku dari rahim perempuan seperti mu" ucap Wira seraya mendorong bahu Zarina.

Wira pergi meninggalkan rumah. Zarina berteriak seperti orang gila, Ibu mertua menghampirinya.

"Sudah kubilang kan jaga ucapan mu" Ucap Rana, ibu mertuanya.

"Aku sudah pernah bilang ke mama jangan melempar mutiara didepan babi" sindir Hanin dan pergi meninggalkan mereka.

"Bilang apa kau tadi Hanin?? Kau juga perempuan yang gak tau malu" Teriak Zarina dan mendapat tamparan dari ibu mertuanya.

"Zarina kau gak mengerti bahasaku ya?, Tolong jaga ucapan mu itu" ucap Rana.

"Bertahun-tahun Wira gak pernah bicara buruk seperti itu kepada istri-istrinya, tapi karena ucapan mu sendiri beginilah jadinya. Terima saja kalau kau memang mandul"

Zarina semakin emosi.

"Aku akan buktiin ke mama kalau aku gak bermasalah" ucap Zarina tak mau kalah.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!