Pagi yang terasa dingin karena hujan yang tadi malam turun dengan sangat derasnya di daerah tempat tinggal Sinta, dewi terbangun dari tidur panjangnya. Dia menatap sekeliling kamar dengan sepasang matanya yang masih setengah terbuka.
Segera Dewi membuka layar kaca yang terlihat masih terkunci dengan pola abstrak yang dia buat, terlihat notifikasi chat dari sang mama dan beberapa panggilan dari mamanya. dengan segera dia membaca isi pesan tersebut dan tiba tiba dewi berjingkrak senang setelah mengetahui jika kakak tersayangnya Evan telah sampai di kediaman orang tua dewi, Sinta yang merasa terganggu dengan terpaksa membuka kedua matanya.
“Ngapain kamu sih wi, pagi pagi ganggu orang yang lagi asik tidur aja.” Sinta menutup mukanya dengan bantal yang berada di sampingnya.
“Sintaaaa…. Kak Evan sudah sampai rumahku tadi malam.” Ucap dewi dengan senangnya, sampai sampai dia menindih tubuh dewi dan mencium muka dewi.
“Ish.. wi, jijik ah… minggir sono, ganggu aja sih.”
“Aku mau pulang sekarang ya sin, maaf kita nggak jadi jalan hari ini.”
Dengan segera dewi membereskan barang barangnya, tak lupa dia mencuci mukanya di kamar mandi. Sangking senangnya sampai sampai dewi melupakan mandi paginya, beruntung dewi tidak memiliki bau badan yang menyengat.
Sebelum dewi pulang, dia terlebih dahulu memesan golek untuk pulang. Dia tidak ingin menunggu Sinta mengantarkannya pulang, setelah ojek pesanannya datang dengan segera dia turun dari kamar Sinta tanpa berpamitan dengan sahabatnya yang masih tertidur pulas.
Setengah jam perjalanan dewi tempuh dari rumah Sinta, akhirnya dia sampai di depan gerbang rumahnya. Tampak satpam rumah membukakan pintu gerbang untuk dewi, dengan senyum mengembang dewi menyapa satpam tersebut.
“Pagi pak adi,” sapa dewi ramah.
“Pagi nona dewi, pasti belum mandi ya…” goda adi yang melihat dewi terlihat tak secantik seperti biasanya.
“Tahu aja pak, aku jadi malu kan.” Dewi menutup mukanya dengan tasnya, dia segera berlari masuk ke dalam rumahnya. Dia tidak ingin Evan melihat wajah jeleknya pagi ini.
Sedangkan Evan yang baru saja keluar kamar yang akan menuju ke ruang makan untuk menggambil air minum dingin, di kejutkan dengan kedatangan dewi yang sedikit berlari.
Evan menghentikan langkahnya menatap seorang wanita yang berjalan tergesa dengan menutupi wajahnya dengan tas milik wanita tersebut, Evan tersenyum menyeringgai.
“Pasti itu dewi.” Batin Evan yang masih setia menatap dewi yang berjalan menuju ke arahnya, dewi yang tidak melihat jalan di depannya dengan tidak sadar menubruk berada Evan.
“Ish… siapa sih, ni orang tahu aku langit jalan ngapain juga nggak minggir.” Sewot dewi yang tidak mau menatap orang di depannya, dia masih menutup wajahnya dengan tas milik dewi.
Evan yang gemas dengan kelakuan dewi dengan segera menarik tas yang menutupi wajah dewi, tatapan mata dewi segera melihat wajah tampan orang yang menarik tasnya.
“Wah… tampan sekali nih orang…” batin dewi terhipnotis dengan wajah tampan Evan, sampai sampai dia tidak berkedip melihat wajah tampan Evan.
“Ehem… Ehem…” terdengar deheman dari arah dapur, terlihat dini berjalan sambil membawa piring di tangannya.
Dewi dan Evan yang terkejut segera melihat ke arah dini, Evan yang awalnya akan menggoda dewi menjadi urung karena tatapan mata dini yang melihatnya.
“Mama…” panggil dewi setelah melihat dini.
“Tahu jalan pulang ke rumah kamu wi, apa tidak nyasar Hmm…” goda dini ke putri semata wayangnya.
“Ish mama…” dewi segera berlalu dari depan Evan, dia memilih mandi terlebih dahulu sebelum menemui Evan.
Evan berjalan ke arah dini setelah melihat dewi yang berlalu pergi, dia segera membuka kulkas dan mengambil sebotol air putih juga gelas yang ada di samping kulkas tersebut.
“Kita sarapan dulu ya van,” ajak dini setelah menatap piring di meja makan, Evan segera menarik kursi dan mendudukkan dirinya sampul menatap dini yang menatap bebera sanwich yang terlihat sedikit berantakan.
“Iya tant, tapi sebenarnya aku tidak terbiasa sarapan pagi.”
Dewi menghentikan gerakkan tangannya dan menatap Evan, dia tersenyum melihat ponakkannya tersebut.
“Jika kamu tinggal di tempat tante, kamu harus sarapan di agi hari bersama kami di meja makan ini.” Ucap dini yang menggambilkan sanwich dan dia letakkan di depan piring Evan.
“Sudah siap sarapannya ma…” tegur Deri yang baru saja datang menghampiri istrinya dan mencium si bakat pipi istrinya.
“Sudah…” dewi segera menaruh sanwich di piring Deri, dengan segera Deri menarik kursi dan duduk dengan tenang.
“Papa tadi sempat dengar suara dewi, trus sekarang kemana anaknya.” Tanya Deri melihat jika di sana tidak nampak adanya sosok dewi.
“Mandi kayaknya pa, bias mama panggilkan.” Dini segera beranjak dan menghampiri kamar putrinya, dengan pelan dewi mengetuk pintu kamar dewi.
“Iya ma, sebentar lagi aku selesai.” Teriak dewi dari dalam kamarnya.
Mendengar teriakkan dewi, dini segera berlalu dan berjalan menuju ke meja makan. Tampak Deri dan Evan sedang mengobrolkan hal yang terlihat serius.
“Setelah ini biar dewi yang antar kamu melihat kampus yang kamu inginkan,” ucap Deri sambil menyeruput kopi hitamnya.
“Baik om,”
“Kamu pakai mobil milik tantemu aja van, biar adi om suruh siapkan.” Dini melihat suami dan keponakannya, dia senang melihat interaksi Evan dan Deri seperti anak dan ayah.
Sedangkan dewi yang baru saja menyelesaikan acara membersihkan dirinya, segera berganti pakaian dan segera keluar dari kamar menuju ke meja makan.
Evan menatap dewi yang terlihat malu malu, dia sebenarnya terkejut dengan perubahan fisik dewi. Sudah bertahun tahun dia tidak melihat dewi, semenjak dewi kelas emat SD sampai dewi sudah memasuki SMA kelas 7.
Dengan malu malu kucing dewi melirik melihat Evan yang juga menatapnya, Evan tersenyum melihat sikap dewi yang seperti itu.
“Dewi, nanti kamu antar kakak kamu ke kampus harapan.” Ucap Deri ke putri cantiknya.
“Iya pa…” ucap dewi singkat sambil menggambil sanwichnya, sedangkan dini merasa geli sendiri dengan tingkah putrinya. Rasanya dia ingin sekali menggoda dewi, karena sikapnya yang terlihat sangat memalukan bagi dini.
“Ehem… wi, apa kamu salah makan di rumah Sinta tadi malam.” Tanya dini menggoda putrinya.
“Nggak ma, memang kenapa…?” Dewi melihat dini menatap mamany yang terlihat akan mengucapkan sesuatu yang dewi pikir akan membuatnya malu di depan Evan.
Dewi menatap tajam ke arah dini, berharap dini jangan menggodanya kali ini di depan Evan. Dia tidak ingin image nya hancur dan Evan mengetahui sikap asli dewi p, bagi dewi terlalu cepat jika Evan mengetahui sikap random dewi.
“Oh mama kira kamu salah makan di rumah Sinta, ya sudha ayo lanjut makannya.” Deri tahu jika istrinya akan bertingkah, jadi dia mengalihkan pembicaraan.
“Bagaimana kabar papa sama mama kamu van, om dengar mama kamu sedang membuka bisnis baru di kota yyy.”
“Iya benar om, mama mengelola bisnis bersama papa di bidang fashion.”
“Trus kenapa kamu malah mau ambil jurusan di bidang desain kemunikasi dan visual, apa kamu tidak berminat meneruskan usaha orang tua kamu.” Tanya Deri yang penasaran dengan jurusan yang Evan ambil.
“Tidak om, menurutku usaha mama dan papa sangat mudah di pelajari. Apalagi papa sering mengajakku mengurus perusahaannya, jadi aku tidka kesulitan jika suatu saat meneruskan usaha papa.”
“Hebat kamu van, bukan hanya tampang kamu yang menjamin tapi orak cerdas kamu juga menjadi jaminan di masa depan. Hahaha….” Tawa pecah Deri terdengar sampai di semua isi ruangan, dia sangat kagum dengan anak Eros satu ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments