Axellio Giovanni

Alea berjalan menuruni anak tangga, bersama Nina. Di belakang ada seorang pelayan yang membawa satu koper berukuran besar miliknya. Sebenarnya berat bagi Alea untuk meninggalkan rumah itu berikut keluarganya, tetapi situasi saat ini sangat sulit dan tidak memungkinkan bagi Alea untuk tetap tinggal.

Sampailah Alea di ruangan tengah, ia melihat Romi yang masih berada di tempat yang sama, duduk sembari melamun. Alea sangat memahami kekecewaan dan kemarahan Romi, tetapi dirinya juga tidak bisa jika harus menggugurkan kandungannya.

Sesaat Alea memandang Romi, ada rasa takut untuk menghampiri sang ayah. Namun ia tetap akan mencobanya. Alea maju, berdiri beberapa langkah dari Romi.

"Papi …." Alea kembali menahan rasa sakit saat Romi memilih untuk berdiri, tetapi dengan posisi membelakangi dirinya. "Apa sekali saja Papi tidak mau melihat Alea?" tanya Alea.

"Aku tidak sudi melihat wajahmu! Cepat pergi dari sini!" perintah Romi.

Alea diam dan kembali terisak mendengar perkataan ayahnya, tetapi dirinya juga tidak bisa memaksakan kehendaknya.

Nina yang melihat itu langsung menghampiri Alea, memegang kedua pundak putrinya, "Ayo, Alea. taksimu sudah datang."

"Iya, Mam," sahut Alea. Pandangan Alea kembali mengarah pada Romi. "Aku pergi, Pi. Sekali lagi maafin Alea sudah membuat Papi kecewa."

Sekali lagi Alea mengusap air mata yang jatuh di pipinya, kembali berjalan keluar dari rumah itu. Memang sebaiknya ia pergi untuk kebaikan semuanya.

"Alea, kau baik-baiklah di sana. Kabari Mami jika kau membutuhkan sesuatu," pesan Nina. "Mami pasti akan sering-sering datang menjengukmu," sambungnya.

"Iya, Mam," sahut Alea.

"Kau juga jangan khawatir, Mami akan terus mencoba untuk membujuk papi," ucap Nina lagi.

"Terima kasih untuk semuanya, Mam," ucap Alea. "Mami sama papi juga jaga diri baik-baik," pesan Alea. "Salam juga untuk Lena."

Setelah itu Alea masuk ke dalam mobil, duduk di bangku penumpang belakang lantas menurunkan kaca untuk melihat Nina.

"Hati-hati bawa mobilnya ya, Pak," ucap Nina pada sopir taksi.

"Baik, Nyonya," sahut sopir itu.

"Sampai jumpa, Mam." Alea melambaikan tangannya.

"Daaah, Sayang," balas Nina.

Mobil yang membawa Alea sudah jauh dari pandangannya. Nina mengela napas berat, setelah itu masuk kembali ke dalam rumah. Sambil melangkah sesekali Nina mengusap air matanya. Jika boleh jujur Nina juga sebenarnya kecewa dengan Alea, tetapi rasa sayang pada anak tirinya itu lebih besar. Apalagi dirinya juga seorang perempuan juga seorang ibu, dirinya memahami apa yang dirasakan oleh Alea.

"Kau jangan pernah menemuinya lagi!"

Suara berat itu membuat langkah Nina terhenti. Ia lantas menoleh ke asal suara. Pandangannya bersirobok dengan Romi.

"Kenapa aku tidak boleh menemui putriku sendiri?" tanya Nina, nada bicaranya seakan sedang menantang Romi.

"Karena aku tidak mengizinkannya!" jawab Romi. Suaranya masih meninggi.

"Aku akan tetap menemuinya dengan atau tanpa persetujuanmu," tantang Nina.

"Nina!"

"Apa?"

"Aku suamimu! Turuti perintahku!"

"Kau ingat, aku bukan hanya istrimu, aku juga ibu dari anak-anakmu."

"Sekali lagi aku peringatan, jangan pernah kau temui dia lagi! Kalau tidak aku akan —"

"Kau akan apa? Kau akan mengusirku atau menceraikan aku?" tukas Nina membuat Romi terdiam seketika. "Aku tidak takut dengan ancamanmu. Bila perlu lakukan sekarang juga! Aku juga sebenarnya sudah tidak tahan dengan keegoisanmu, tapi aku bertahan demi anak-anak."

Romi masih terdiam tidak berani berdebat dengan istrinya.

"Kenapa diam? Tidak bisa hidup tanpa kami, bukan?" serang Nina.

Benar yang dikatakan oleh istrinya, dirinya tidak bisa hidup tanpa istri dan juga anak-anaknya. Satu anaknya juga sudah pergi, jika istri dan satu anaknya lagi pergi maka hidupnya akan terasa hampa.

"Dengar ini juga! Jika kau memang tidak mau mengurus putrimu, biar aku saja." Setelah itu mengatakan Nina pergi ke kamar, tidak peduli dengan kemarahan yang Romi tunjukkan.

Alea sendiri sudah dalam perjalanan menuju apartemen yang diberikan oleh Nina. Duduk bersandar sembari melihat pemandangan luar, memerhatikan jalanan yang dia lalui. Raganya memang ada di dalam mobil itu, tetapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya melayang jauh, memikirkan banyak hal termasuk keberadaan Xander. Laki-laki itu menghilang bak ditelan oleh bumi.

Hingga ia tersadar saat merasakan sesuatu yang bergerak di dalam perutnya. Alea menggerakkan tangannya mengusap-usap perutnya yang mulai menonjol. Naluri seorang ibu muncul membuatnya tidak tega untuk menggugurkan kandungannya. Apalagi itu adalah kesalahannya, kenapa bayi dalam kandungannya yang harus menerima akibatnya.

Alea memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman, mengela napas panjang untuk meredam rasa sesak di dadanya. Mulai saat itu Alea berjanji pada dirinya sendiri akan melahirkan dan juga merawat anak itu meskipun tanpa kehadiran Xander.

Setelah berkutat dengan kemacetan panjang Alea sampai di gedung apartemen yang dia tuju. Ia turun dari mobil lantas menyeret kopernya masuk ke dalam gedung apartemen. Langkahnya kini lebih mantab untuk menjalani kehidupan baru.

-

-

-

Hari demi hari Alea lalui di tempat itu, perutnya pun semakin membesar, gerakan bayinya semakin terasa. Dokter mengatakan jika bayinya berjenis kelamin laki-laki, sehat dan juga sempurna. Nalurinya sebagai seorang ibu semakin kuat, ia menjaga kandungannya dengan sangat baik, dirinya juga sering mengajak bayi dalam kandungnya bicara, seolah bayi itu bisa merespon setiap ucapannya.

Kehamilannya banyak membawa perubahan baik dalam diri dan juga hidupnya, membuat ia yakin pilihannya tidak salah untuk tetap mempertahankan bayinya.

Tidak terasa kehamilan Alea sudah memasuki trimester akhir. Kegiatannya pun semakin dibatasi, termasuk kelas ibu hamil yang biasa Alea ikuti, tetapi Nina sengaja mendatangkan fasilitator khusus ke apartemen, agar Alea tetap bisa mengikuti kelas ibu hamil tanpa harus keluar dari apartemen.

Selama masa kehamilan, hanya ibu dan adik tirinya, Lena yang senantiasa menemani juga menjaganya. Sampai saat mendekati hari perkiraan lahir mereka bergantian untuk berjaga.

PRANG

"Mam," pekik Alea.

Nina yang berada di dapur terkejut mendengar suara pekikan Alea juga suara benda pecah. Wanita paruh baya itu berjalan dengan cepat ke ruangan depan.

Nina terbelalak melihat Alea duduk bersandar, merintih menahan sakit sembari memegangi perutnya.

"Sakit, Mam," rintih Alea.

"Kita ke rumah sakit sekarang." Nina segera menghubungi ambulan.

Nina membawa barang-barang yang sudah dipersiapkan untuk persalinan. Mendudukkan Alea di kursi roda yang juga sudah Nina persiapkan sebelumnya. Wanita paruh baya itu juga meminta bantuan pada petugas keamanan apartemen.

Sampai di rumah sakit, Alea langsung dibawa ke ruangan bersalin karena sudah memasuki pembukaan enam. Nina setia menunggu juga memberikan semangat untuk putrinya itu.

Tidak berselang lama Lena datang, ia menemui ibu dan juga kakaknya. Memberikan semangat kepada sang kakak, tetapi Alea tidak mampu lagi untuk merespon, ia sedang bergelut dengan rasa sakit yang semakin memuncak.

Dokter kembali memeriksa Alea dan sudah masuk pembukaan sempurna. "Ibu Alea, bersiaplah!"

"Kepala bayinya sudah terlihat, Dokter?" tanya Nina dengan antusias.

"Sudah pembukaan sempurna," jawab Dokter.

"Alea, ayo semangat. Anakmu akan lahir," ucap Nina antusias.

Semuanya seakan dipermudah, tidak butuh waktu yang lama, suara tangis bayi memenuhi ruangan itu. Alea pun dalam kondisi baik-baik saja, tidak ada komplikasi apapun. Setelah dibersihkan perawat memindahkan Alea ke ruangan perawatan.

"Aaaa, cucuku!" seru Nina. Perawat memberikan bayi yang telah dibersihkan kepada Nina. "Tampan sekali," pujinya.

"Mami, mana keponakan aku?" Lena yang baru masuk ke ruangan itu berlari menghampiri ibunya. Raut wajahnya berubah seketika. "Ya Tuhan! Anak ini mirip sekali dengan ayahnya. Tanpa melakukan tes DNA semua orang akan tahu jika anak ini adalah anaknya," ucap Lena. Ia lantas mengarahkan pandangannya ke arah Alea. "Apa kau selalu memikirkan dia, Kak?"

"Lena …."

Nina memberikan isyarat pada putrinya untuk tidak membahas Xander di depan Alea.

"Sorry," ucap Lena lirih.

"Laki-laki itu memang ayah kandungnya. Wajar jika anak ini mirip sekali dengannya," imbuh Nina.

Senyum membingkai di wajah Alea, senyum yang terkesan dipaksakan.

"Baiklah, kita lupakan pria itu?" ucap Lena. "Oh iya, apakah kau sudah memiliki nama untuknya?" tanya Lena pada Alea.

"Hmmm." Alea menganggukkan kepalanya. "Namanya Axelio Giovani."

"Nama yang bagus. Aku akan memanggilnya Axel," seru Lena. "Axel, ini Aunty Lena." Lena menoel pipi Axelio.

"Kau tidak memberikan nama belakang keluarga kita atau keluarga ayahnya?" tanya Nina.

Alea menggeleng sembari menunduk, " keluarga ayahnya entah ada di mana, sedangkan keluarga kita …" Alea menggantungkan ucapannya. "Papi masih masih belum mau memaafkan aku, apalagi jika nanti dia melihat anakku mirip sekali dengan Xander, papi pasti tidak akan pernah mau menerimanya. Jadi … mana mungkin aku bisa memberikan nama belakang dari salah satu keluarga ini," jelas Alea.

"Tidak masalah, Kakak." Lena duduk di samping Alea, lantas merangkul pundak kakaknya itu. "Jika mereka tidak mau menerima Axel, masih ada kita, bukan? Kita akan sama-sama membesarkan Axel Mami, aku benar, 'kan?"

Nina mengangguk, kemudian meletakkan Axelio ke box bayi lantas ikut duduk di tempat tidur, memeluk kedua putrinya.

Terpopuler

Comments

Nana Meidian

Nana Meidian

sepertsepertinya sesuatu tlg trjadi pada Xander . apa mungkin kclakaan trus amnesia 🙏

2025-03-17

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Diusir
3 Axellio Giovanni
4 Kehidupan Baru
5 Mami, Di mana Papi?
6 Mami, Papi di mana? 2
7 Jangan Hina Anakku
8 Aku Bukan Perempuan Murahan
9 Aku Bukan Perempuan Murahan 2
10 Bertemu Romi
11 Perseturuan Keluarga
12 Bertemu Teman Lama
13 Bertemu Teman Lama 2
14 Kembali Ke Rumah
15 Rencana Perjodohan
16 Papi Cadangan
17 Dia Kembali
18 Kabar Menyakitkan
19 Betemu Kembali
20 Kenapa Hanya Diam?
21 Hilang Ingatan
22 Kau Ayahku?
23 Pergilah
24 Kemenangan Romi atas David
25 Pertemuan Alea Dengan David
26 Aku Tidak Menjual Anakku
27 He's My Son
28 Perdebatan Xander dan David
29 Pura-pura Lupa
30 Pertemuan Xander dan Brian
31 Kesepakatan Xander dan Romi
32 Part Dania
33 Pertengkaran Xander dan Dania
34 Bertemu Dania
35 Pertengkaran Alea dan Dania
36 Cerai
37 Datang ke Rumah Romi
38 Obrolan Xander dan Axelio
39 Memohon satu kesempatan
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Awal Kisah
2
Diusir
3
Axellio Giovanni
4
Kehidupan Baru
5
Mami, Di mana Papi?
6
Mami, Papi di mana? 2
7
Jangan Hina Anakku
8
Aku Bukan Perempuan Murahan
9
Aku Bukan Perempuan Murahan 2
10
Bertemu Romi
11
Perseturuan Keluarga
12
Bertemu Teman Lama
13
Bertemu Teman Lama 2
14
Kembali Ke Rumah
15
Rencana Perjodohan
16
Papi Cadangan
17
Dia Kembali
18
Kabar Menyakitkan
19
Betemu Kembali
20
Kenapa Hanya Diam?
21
Hilang Ingatan
22
Kau Ayahku?
23
Pergilah
24
Kemenangan Romi atas David
25
Pertemuan Alea Dengan David
26
Aku Tidak Menjual Anakku
27
He's My Son
28
Perdebatan Xander dan David
29
Pura-pura Lupa
30
Pertemuan Xander dan Brian
31
Kesepakatan Xander dan Romi
32
Part Dania
33
Pertengkaran Xander dan Dania
34
Bertemu Dania
35
Pertengkaran Alea dan Dania
36
Cerai
37
Datang ke Rumah Romi
38
Obrolan Xander dan Axelio
39
Memohon satu kesempatan
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!