Adam dan Dinda pun duduk. Semua keluarga Adam masih shock dengan apa yang dikatakan Adam.
"Big B, are you serious? Lihatlah, Dia masih sangat muda. Paling usianya dibawah dua puluh tahun, apa Kamu tidak salah pilih? Masih banyak wanita yang lebih dewasa darinya". Ujar Audrey protes.
"Adam, benar dengan apa yang dikatakan Audrey. Gadis ini sangat muda untukmu bahkan mungkin belum siap untuk menikah. Kenapa Kamu mau menikahi Gadis muda seperti ini? Masih banyak gadis yang jauh lebih dewasa dari Dia yang siap untuk menikah". Tambah Mama Natasha.
Sedangkan Papa, Nichole dan Aldo tidak bisa berbuat apa-apa. Itu pilihan Adam jadi Mereka tidak ingin ikut campur.
"Bukannya Kalian semua ingin Aku menikah? Sekarang Aku sudah membawa calonku. Tapi ekspresi Kalian seperti tidak setuju Aku menikah". Jawab Adam.
"Bukan begitu Sayang, Mama bahagia Kamu akan menikah, tapi calonmu sangat muda. Kasihan Dia masih sangat muda sudah harus menikah. Pasti masih banyak hal yang ingin Ia lakukan". Jawab Mama.
"Betul apa yang Mama katakan. Kita bukan tidak setuju tapi melihat gadis ini masih sangat muda. Apa iya Dia bisa menjadi seorang Istri yang baik". Tambah Audrey.
"Menikah dengan Dinda, atau Aku tidak akan menikah dengan siapapun". Ujar Adam mulai kesal.
Papa Adam menyentuh tangan Mama Adam.
Mama Adam menghela nafas dan membuangnya dengan pelan. "Baiklah, Kamu boleh menikahinya". Ujar Mama Nat pasrah. "Gadis cantik, kemarilah". Mama Nat meminta Dinda untuk mendekat.
Dinda merasa bingung. Ia menatap Adam. Adam hanya mengangguk tersenyum bertanda Ia bisa mendekat pada Mamanya.
Dindapun mendekat. Mama Nat meraih tangannya dan mempersilahkan Dibda duduk disampingnya. "Namamu siapa tadi?". Tanya Mama Nat
"Adinda Nyonya". Jawab Dinda malu.
"Kenapa panggil Nyonya? Aku calon Ibu mertuamu. Panggil saja Mama atau Mommy seperti yang lainnya". Ujar Mama Nat mengusap kepala Dinda.
"I... Iya Mama". Ujar Dinda ragu-ragu.
"Aduh, ada-ada si Adam. Mau menikah dengan bunga yang baru mekar". Audrey geleng-geleng kepala.
"Kenalkan, ini Papa Gabriel Kamu bisa panggil Papa Iel. Papa dari Adam calon Papa mertuamu". Mama Nat memperkenalkan Papa Gabriel.
"Assalamualaikum Tuan". Dinda mencium tangan Papa Gabriel.
"Eits, panggil Papa jangan Tuan". Ujar Mama Nat.
"Ba... Baik". Jawab Dinda malu.
"Ini Audrey, saudara kembar Adam. Itu Nichole Adik Adam, ini Aldo suami Audrey dan si Gadis imut itu Elsa anak Audrey cucu pertama keluarga Kami". Mama Nat memperkenalkan semuanya.
Setelah perkenalan, Mereka berbincang santai.
"Kapan Kalian akan menikah?". Tanya Mama Nat.
"Besok". Jawab Adam.
"Apa? Kamu tidak bercanda kan Adam?". Tanya Papa Iel.
"Tidak". Jawab Adam.
Bukan hanya keluarga yang terkejut, Dinda pun terkejut. Eksrepsinya benar-benar tidak bisa disembunyikan.
"Adam, Papa dan Mama ingin bicara denganmu". Papa Iel menarik tangan Adam.
Setelah peninggalan Adam dan orangtuanya, Audrey menghampiri Dinda. Melihat Dinda dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Cantik sih, tapi Sayang masih muda sekali. Katakan padaku, apa Kamu mau menikah dengan Big B hanya karena Dia kaya raya?". Tanya Audrey.
Dinda menggelengkan kepalanya cepat.
"Apa karena wajah Big B yang tampan?". Tanya nya lagi.
Dinda pun menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Lalu karena apa? Kamu masih sangat muda. Berapa usiamu?". Tanya Audrey.
"De... Delapan belas tahun". Jawab Dinda menunduk.
"Tuh kan masih muda. Otak Big B kemana sih? Anak masih baru gede begini mau dinikahi?". Gerutu Audrey kesal. "Maaf ya Dinda, bukan Aku tidak setuju Kalian menikah, tapi usiamu masih sangat muda. Pasti masih ingin hidup seperti anak muda lainnya. Kuliah, jalan-jalan dengan teman-teman mengeksplor hal-hal baru, iyakan? Kenapa Kamu memilih menikah dengan pria dewasa yang usianya jauh darimu?". Tanya Audrey.
"Kkhhhhmmmmm". Adam berdehem saat melihat Dinda di introgasi Audrey.
"Dinda, ayo Aku antar ke kamarmu". Adam meraih tangan Dinda. Membawanya menuju kamar.
"Dinda, ini kamarmu untuk sementara. Beristirahatlah. Jam tujuh malam waktu makan malam. Kamarku didepan itu. Jika Kamu membutuhkan sesuatu, jangan sungkan mengetuk kamarku". Ujar Adam
"Terimakasih Tuan". Ujar Dinda.
"Dinda, jangan panggil Aku Tuan, Aku calon suamimu. Panggil Aku Adam atau apapun asal jangan panggilan formal seperti itu. Apa kata keluargaku dan orang-orang jika mendengar Kamu memanggilku Tuan". Ujar Adam.
"Mas Adam. Apa Aku bisa panggil seperti itu?". Tanya Dinda.
"Kamu boleh memanggilku seperti itu. Sekarang masuklah dan beristirahat". Adam mengusap kepala Dinda.
Deg! Deg! Deg! Jantung Dinda berdetak dengan kencang saat Adam selalu memberi perhatian padanya. Buru-buru Dinda masuk kedalam kamar. Ia bersandar dibalik pintu menyentuh dadanya. "Kenapa jantung ini seperti tersetrum saat Tuan Adam menyentuh kepalaku? Saat Nyonya Nat nyentuhnya, Aku tidak seperti ini". Ujar Dinda merasa bingung.
Saat Dinda melihat sekeliling, Dinda merasa takjub dengan kamarnya. Kamar yang besar juga kamar yang mewah. "Ya ampun, kamar ini besar sekali? Hampir sama sepertinya dengan rumahku dikampung luasnya". Ujar Dinda.
Ia melihat sekeliling kamar. Dari kamar mandi, kamar ganti, sekeliling kamar juga. Ia duduk ditempat tidurnya. "Empuk sekali kasurnya". Dia bermain dikasurnya seperti anak kecil bermain di trampoline dengan ekspresi yang sangat bahagia
Tanpa Ia sadari, didepan pintu sudah ada Adam yang melihat tingkahnya itu. Cantik sekali Dia saat tertawa seperti itu. Ujar Adam dalam hatinya.
Dinda terkejut melihat Adam yang sedang berdiri memandanginya. Wajahnya semu merah karena menahan malu.
"Tu... Tuan eh Mas Adam. Maaf Mas". Dindapun turun dari tempat tidur empuk itu.
Adam menghampiri Dinda yang merasa gugup.
Aduh, apa yang Aku lakukan? Pasti Tuan Adam berfikiran aneh deh. Gerutu Dinda dalam hati.
"Ma... Maaf Tuan eh Mas. Aku tidak bermaksud seperti itu". Dinda tertunduk malu.
Adam meraih dagunya dan mengangkat dagu itu. "Lain kali, pintunya dikunci ya agar Kamu bisa lebih leluasa bersenang-senang". Ujar Adam tersenyum pada Dinda.
Astaga, Tuan Adam tampan sekali saat tersenyum. Dinda terpesona melihat Adam. Saat tersadar, Ia menundukkan kepalanya lagi.
"Ayo Kita turun kebawah untuk makan malam". Ujar Adam menggenggam tangan Dinda lalu keluar dari kamar.
Tuan kenapa selalu menggenggam tanganku sih! Buat jantungku seperti tersetrum. Gerutu Dinda dalam hati.
Sampailah Mereka diruang makan. Semua telah menunggu kehadiran Dinda.
Adam menarik kursi untuk Dinda. Semua orang melihat itu. Pertama kali Mereka melihat Adam begitu hangat kepada seorang wanita. Dinda pun duduk dengan canggungnya.
Menu malam itu adalah Tenderloin steak. Saat Mereka memulai makan, Dinda bingung bagaimana cara makan Steak karena Dia tidak pernah memakannya.
"Ini, makanlah". Adam memberikan steak yang sudah dipotong-potong.
Dinda menerima dengan ragu. Namun Adam terus memandangi nya hingga akhirnya Ia memakannya.
Makan malam itu terasa hangat dirasakan Dinda. Sejak dulu, Ia hanya tinggal bersama Bapaknya. Sedangkan sekarang, Ia hanya yatim piatu. Tanpa terasa, Dinda meneteskan air mata ingat kedua orangtuanya.
"Kamu kenapa?". Tanya Adam yang melihat Dinda meneteskan air mata.
Dinda hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya.
Adam faham dengan apa yang dirasakan Dinda. Ia menggenggam tangan Dinda dengan erat. Dinda melihat Adam begitu baik dan hangat.
Visualisasi Adam Van de Burg
Adinda Rahma
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Atik Pudji
sukaa bangeeet visualnya thooor
salam sehaat
semangaaat thooor💪💪💪💪💪
2021-07-23
0
yan yanti
adam ketuaan thor
2021-05-07
0
ARSY ALFAZZA
🌷
2020-11-01
0