Kepergian Sean

Pagi itu, suasana di rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Sean duduk di meja makan dengan ekspresi murung, lebih banyak diam daripada berbicara. Marsha memperhatikannya dari seberang meja, tetapi ia tidak berani bertanya.

Biasanya, Sean akan sibuk membaca koran atau melihat layar ponselnya dengan raut serius. Namun, pagi ini, ia hanya duduk sambil menyesap kopinya perlahan, seolah-olah ada sesuatu yang membebani pikirannya.

Marsha mencoba mengabaikan rasa penasarannya dan memilih untuk melanjutkan sarapannya dengan tenang. Namun, saat ia hendak berdiri untuk berangkat ke kampus, Sean akhirnya berbicara.

“Aku akan pergi ke luar negeri.”

Langkah Marsha terhenti. Ia menoleh, menatap Sean dengan dahi berkerut.

“Berapa lama?” tanyanya, berusaha terdengar biasa saja.

Sean meletakkan cangkir kopinya. “Paling sebentar sebulan.”

Marsha mengernyit. “Sebulan?” Itu adalah waktu yang menurutnya cukup lama.

Namun, yang membuatnya semakin bingung adalah kata-kata Sean tadi—paling sebentar. Jika sebulan saja sudah paling sebentar, lalu bagaimana jika lebih lama? Berbulan-bulan? Bertahun-tahun?

Sean mengamati ekspresi Marsha sejenak, tetapi tidak mengatakan apa pun lagi.

Marsha menghela napas pelan. Ia ingin protes, ingin bertanya lebih banyak, ingin tahu kenapa Sean harus pergi selama itu. Namun, entah kenapa, mulutnya justru berkata lain.

“Oke.”

Ia bahkan tidak menyadari betapa datarnya suaranya saat mengucapkan itu. Seharusnya ia senang. Seharusnya ia merasa lebih bebas tanpa kehadiran Sean, bukan? Tetapi, mengapa yang ia rasakan justru kebalikannya?

“Selama aku pergi, kamu bakal ditemani oleh sopir dan pengawal,” lanjut Sean.

Marsha mengangguk lagi tanpa berkata-kata. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan masalah besar. Sean hanyalah pria yang menikahinya karena alasan yang belum sepenuhnya ia mengerti. Kepergiannya tidak seharusnya memengaruhi perasaannya.

Namun, ketika Sean berdiri dan mendekatinya, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Untuk pertama kalinya, pria itu mengecup puncak kepalanya sebelum beranjak pergi.

Marsha membeku di tempatnya. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Hatinya terasa aneh—seperti ada sesuatu yang bergetar di dalam sana.

Ketika pintu utama tertutup dan suara mobil Sean menghilang di kejauhan, Marsha masih belum bergerak dari tempatnya berdiri. Tangannya secara refleks menyentuh puncak kepalanya, di mana bibir Sean tadi menyentuhnya. Ia menghela napas panjang.

“Kenapa aku jadi begini?” gumamnya pada diri sendiri.

Hari-hari setelah kepergian Sean terasa begitu sepi. Marsha mencoba menjalani rutinitasnya seperti biasa. Ia pergi ke kampus, mengerjakan tugas, dan sesekali menghabiskan waktu di taman belakang rumah. Namun, ada sesuatu yang hilang—sesuatu yang ia enggan akui.

Vano, yang masih setia mendekatinya, sering menemani Marsha di kampus.

“Kamu kelihatan nggak semangat belakangan ini,” ujar Vano suatu siang ketika mereka duduk di bawah pohon dekat perpustakaan. “Ada masalah?”

Marsha menggeleng pelan, mencoba menutup rapat perasaannya. "Nggak ada apa-apa." Tapi nada suaranya tidak meyakinkan.

Vano, yang selalu bisa menangkap ragu di suaranya, menatapnya tajam. “Aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu.”

Marsha mendesah. Ia tidak ingin membicarakan tentang Sean, tetapi di sisi lain, ia juga tidak ingin berbohong pada Vano.

“Aku cuma merasa... rumah jadi sepi.”

Vano mengangkat alis. “Kenapa?”

“Sean lagi ke luar negeri.”

Vano menatapnya dengan ekspresi aneh. “Dan itu buat kamu merasa... sepi?”

Marsha diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Entahlah. Mungkin aku cuma terbiasa lihat dia ada di rumah.”

Vano tersenyum kecil. “Kamu mulai terbiasa dengan kehadirannya.”

Marsha menggeleng cepat. “Nggak, bukan begitu—”

“Tapi kamu merindukannya, kan?” potong Vano,

Marsha terdiam. Ia ingin menyangkal, tetapi kata-kata itu terasa sulit keluar. Ia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan. Beberapa minggu berlalu, tetapi Sean belum juga kembali.

Setiap kali Marsha melewati ruang kerja Sean yang kini kosong, ada sesuatu yang terasa janggal. Ia bahkan pernah tanpa sadar berdiri di depan pintu ruangan itu, menatapnya lama sebelum akhirnya tersadar dan melangkah pergi.

Sore itu, ia duduk di balkon kamarnya, menatap langit yang mulai berubah jingga. Pikirannya melayang pada kejadian terakhir sebelum Sean pergi—kecupan di kepalanya, cara pria itu menatapnya sebelum berangkat, dan bagaimana ia tidak banyak bicara tentang urusan bisnisnya.

“Apa yang sebenarnya dia lakukan di luar negeri?” Marsha bergumam pelan.

Ponselnya bergetar, mengganggu lamunannya. Sebuah pesan masuk.

Sean: Bagaimana kabar kamu?

Marsha menatap pesan itu lama sebelum akhirnya mengetik balasan.

Marsha: Baik.

Tidak ada tambahan kata-kata lain. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Beberapa menit kemudian, balasan dari Sean datang.

Sean: Aku akan pulang lebih lambat dari yang direncanakan.

Marsha menggigit bibir.

Marsha: Berapa lama lagi?

Sean: Mungkin dua bulan.

Jantung Marsha mencelos. Dua bulan? Jadi, totalnya bisa lebih dari tiga bulan? Tangannya mengetik sesuatu, tetapi ia menghapusnya lagi. Ia tidak ingin terlihat peduli. Akhirnya, ia hanya membalas singkat.

Marsha: Oke.

Ia meletakkan ponselnya di meja, menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya sejak Sean pergi, ia menyadari satu hal. Ia merindukannya.

...***...

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

marshal telah jatuh cinta sm Sean.

2025-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 Pengorbanan yang Dipaksakan
2 Malam Pertama tanpa Cinta
3 Sangkar Emas
4 Makan Malam yang Dipaksakan
5 Dini Hari yang Kacau
6 Dalam Pelukan yang Tak Terduga
7 Hadirnya Vano
8 Pertanyaan yang Menghantui
9 Kedatangan yang Tak Terduga
10 Kebebasan yang Semu
11 Batas yang Ditetapkan
12 Warna dalam Kehidupan Marsha
13 Keputusan Sean
14 Dibalik Kilauan Berlian
15 Masa Lalu yang Kembali
16 Jarak yang Memisahkan
17 Hadiah yang Tak Terduga
18 Kepergian Sean
19 Sang Ibu
20 Benturan dengan Keluarga
21 Pulang Kerumah
22 Dalam Dekapan Sean
23 Pulang Bersama Sean
24 Bukan Pilihan, Hanya Kewajiban
25 Diantara Jarak dan Keheningan
26 Di Antara Cemas dan Harapan
27 Menemani dalam Luka
28 Sean yang Kembali Pulih
29 Rahasia yang Terungkap
30 Bayang-Bayang Ancaman
31 Batas yang Tak Terlihat
32 Penculikan di Tengah Senja
33 Pesan Ancaman
34 Mencari keberadaan Marsha
35 Saat Sean Menemukan Marsha
36 Jejak Dendam
37 Batasan Dalam Dendam
38 Luka yang Tak Terlihat
39 Dalam Dekapan yang Sesungguhnya
40 Pagi yang Berbeda
41 Pemburuan di Balik Bayangan
42 Keputusan yang Menentukan
43 Kepulangan yang Penuh Pertanyaan
44 Bayang-Bayang Masa Lalu
45 Ancaman yang Tak Terlihat
46 Musuh di Sekitar
47 Maya Kembali?
48 Hangatnya Malam Itu
49 Janji dalam Diam
50 Kebenaran atau Kebohongan
51 "Rahasia, Rencana, dan Masa Depan Kita"
52 Liburan Tanpa Batas
53 Ketika Ragu Mulai Menyusup
54 Antara Kata dan Bukti
55 Cinta atau Ilusi
56 Kebenaran yang Terungkap
57 Akibat Bermain Api
58 Hanya Ada Satu Pilihan
59 Jarak yang Harus Dijaga
60 Kepemilikan dan Rasa Cemburu
61 Rahasia Sean
62 Menggali Masa Lalu
63 Jejak yang Mulai Terungkap
64 Sean, Apa yang Kamu sembunyikan?
65 Rahasia yang Mulai Terbuka
66 Rahasia yang Menyakitkan
67 Flashback: Awal Mula
68 Marsha dan Diana: Menerima Kebenaran
69 Terikat Tanpa Sadar
70 Kehangatan yang Nyata
71 Diantara Bisnis dan Dendam
72 Perang yang Dimulai dari Meja Makan
73 Permainan yang Semakin Rumit
74 Investigasi Dimulai
75 Mengungkap Kebenaran
76 Pertemuan dengan Olivia Lancaster
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Pengorbanan yang Dipaksakan
2
Malam Pertama tanpa Cinta
3
Sangkar Emas
4
Makan Malam yang Dipaksakan
5
Dini Hari yang Kacau
6
Dalam Pelukan yang Tak Terduga
7
Hadirnya Vano
8
Pertanyaan yang Menghantui
9
Kedatangan yang Tak Terduga
10
Kebebasan yang Semu
11
Batas yang Ditetapkan
12
Warna dalam Kehidupan Marsha
13
Keputusan Sean
14
Dibalik Kilauan Berlian
15
Masa Lalu yang Kembali
16
Jarak yang Memisahkan
17
Hadiah yang Tak Terduga
18
Kepergian Sean
19
Sang Ibu
20
Benturan dengan Keluarga
21
Pulang Kerumah
22
Dalam Dekapan Sean
23
Pulang Bersama Sean
24
Bukan Pilihan, Hanya Kewajiban
25
Diantara Jarak dan Keheningan
26
Di Antara Cemas dan Harapan
27
Menemani dalam Luka
28
Sean yang Kembali Pulih
29
Rahasia yang Terungkap
30
Bayang-Bayang Ancaman
31
Batas yang Tak Terlihat
32
Penculikan di Tengah Senja
33
Pesan Ancaman
34
Mencari keberadaan Marsha
35
Saat Sean Menemukan Marsha
36
Jejak Dendam
37
Batasan Dalam Dendam
38
Luka yang Tak Terlihat
39
Dalam Dekapan yang Sesungguhnya
40
Pagi yang Berbeda
41
Pemburuan di Balik Bayangan
42
Keputusan yang Menentukan
43
Kepulangan yang Penuh Pertanyaan
44
Bayang-Bayang Masa Lalu
45
Ancaman yang Tak Terlihat
46
Musuh di Sekitar
47
Maya Kembali?
48
Hangatnya Malam Itu
49
Janji dalam Diam
50
Kebenaran atau Kebohongan
51
"Rahasia, Rencana, dan Masa Depan Kita"
52
Liburan Tanpa Batas
53
Ketika Ragu Mulai Menyusup
54
Antara Kata dan Bukti
55
Cinta atau Ilusi
56
Kebenaran yang Terungkap
57
Akibat Bermain Api
58
Hanya Ada Satu Pilihan
59
Jarak yang Harus Dijaga
60
Kepemilikan dan Rasa Cemburu
61
Rahasia Sean
62
Menggali Masa Lalu
63
Jejak yang Mulai Terungkap
64
Sean, Apa yang Kamu sembunyikan?
65
Rahasia yang Mulai Terbuka
66
Rahasia yang Menyakitkan
67
Flashback: Awal Mula
68
Marsha dan Diana: Menerima Kebenaran
69
Terikat Tanpa Sadar
70
Kehangatan yang Nyata
71
Diantara Bisnis dan Dendam
72
Perang yang Dimulai dari Meja Makan
73
Permainan yang Semakin Rumit
74
Investigasi Dimulai
75
Mengungkap Kebenaran
76
Pertemuan dengan Olivia Lancaster

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!