Warna dalam Kehidupan Marsha

Marsha tengah duduk di dekat jendela kamarnya ketika seorang pelayan mengetuk pintu dan masuk, membawa beberapa kotak besar.

"Bu, ini kiriman dari Pak Sean," ucap pelayan itu dengan sopan sambil meletakkan kotak-kotak tersebut di atas meja.

Marsha mengernyit, sedikit terkejut. "Apa ini?"

Pelayan itu tersenyum kecil. "Ini peralatan melukis, Bu. Pak Sean mau Bu Marsha bisa menikmati waktu luang selama beliau tidak di rumah."

Mata Marsha melebar. Dengan hati-hati, ia membuka salah satu kotak dan mendapati isinya—kanvas berbagai ukuran, cat minyak, cat air, kuas berkualitas tinggi, serta palet kayu yang terlihat elegan.

Jari-jarinya menyusuri perlahan permukaan peralatan itu, merasakan teksturnya yang halus. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia memegang kuas. Bagaimana Sean bisa tahu bahwa melukis adalah hobinya?

Marsha menghela napas, mencoba mengabaikan pertanyaan itu. Tidak ada gunanya terlalu memikirkan sikap pria itu. Jika ia sudah diberikan kesempatan untuk menikmati sesuatu yang dulu sangat ia cintai, maka ia akan memanfaatkannya.

Dengan semangat, ia mulai menata peralatannya. Ia menggulung lengan bajunya, mengatur kanvas di depan jendela agar cahaya matahari pagi bisa memberikan pencahayaan yang baik.

Saat kuas pertama kali menyentuh kanvas, perasaan nostalgia menyelimuti dirinya. Perlahan, garis-garis tipis terbentuk, warna-warna mulai mengisi ruang kosong. Marsha tenggelam dalam dunianya sendiri, membiarkan perasaannya mengalir melalui setiap sapuan kuas.

Berjam-jam berlalu tanpa ia sadari. Ketika akhirnya berhenti, matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat. Ia mundur selangkah, mengamati lukisan yang telah ia buat.

Di kanvas itu, tergambar sebuah pemandangan hutan dengan cahaya senja yang temaram, menciptakan suasana hangat namun juga sedikit melankolis. Sebuah refleksi dari perasaannya sendiri.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka tanpa diketuk. Marsha menoleh cepat dan melihat Sean berdiri di sana, masih mengenakan jasnya dengan dasi yang sedikit longgar—tanda bahwa ia baru saja pulang.

Mata pria itu tertuju pada lukisan di depan Marsha, ekspresinya sulit ditebak.

"Kamu udah pulang?" tanya Marsha, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

Sean melangkah masuk tanpa menjawab. Ia berjalan mendekati lukisan itu, mengamati detailnya dengan saksama.

"Kamu berbakat," ucapnya akhirnya.

Marsha merasa pipinya sedikit memanas. Ia tidak terbiasa menerima pujian, apalagi dari pria yang selama ini lebih banyak menunjukkan sisi dinginnya.

"Aku cuma melakukannya untuk mengisi waktu," jawabnya pelan.

Sean meliriknya. "Kamu suka?"

Marsha mengangguk. "Udah lama aku nggak melukis. Aku bahkan hampir lupa gimana rasanya."

Sean menatapnya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku senang kalau kamu suka."

Hening mengisi ruangan. Marsha ingin bertanya kenapa Sean memberikan peralatan melukis itu padanya. Kenapa pria itu seolah peduli, tapi di saat yang sama juga menciptakan batasan yang begitu ketat?

Tapi sebelum ia bisa mengeluarkan pertanyaan itu, Sean lebih dulu berbicara.

"Aku lapar," katanya singkat, lalu berbalik menuju pintu.

Marsha mengerjap. "Itu artinya… kamu mau makan malam bareng?"

Sean berhenti sejenak sebelum menjawab, "Kalau kamu mau."

Marsha tidak tahu kenapa, tetapi hatinya sedikit bergetar mendengar jawaban itu. Saat mereka duduk di meja makan, suasana terasa canggung. Ini pertama kalinya mereka makan malam bersama tanpa ada ketegangan berarti.

Marsha mencuri pandang ke arah Sean yang tengah menyantap makanannya dengan tenang. Pria itu terlihat begitu tenang dan berwibawa, tetapi di balik ekspresi dinginnya, ada sesuatu yang sulit ditebak.

"Kamu memang selalu kerja terus bahkan akhir pekan?" tanyanya akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Sean meletakkan garpunya dan menatapnya. "Kenapa kamu tanya itu?"

Marsha mengangkat bahu. "Aku cuma penasaran. Aku jarang lihat kamu melakukan sesuatu di luar pekerjaan."

Sean terdiam sesaat sebelum menjawab, "Bekerja adalah bagian dari hidupku."

Marsha menghela napas. "Tapi kamu juga manusia, Sean. Kamu butuh waktu untuk menikmati hidup."

Sean tersenyum kecil, tetapi senyum itu tidak mencapai matanya. "Dan menurutmu, bagaimana cara menikmati hidup?"

Marsha berpikir sejenak sebelum menjawab, "Melakukan sesuatu yang kamu sukai. Seperti aku dengan melukis."

Sean tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Marsha dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan.

"Dan kamu?" tanya Marsha pelan. "Apa yang kamu sukai?"

Sean terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkata, "Aku nggak tahu."

Jawaban itu membuat Marsha terkejut. Bagaimana mungkin seseorang tidak tahu apa yang ia sukai? Mungkin selama ini, Sean terlalu sibuk membangun benteng di sekelilingnya, hingga ia lupa bagaimana rasanya benar-benar hidup.

Setelah makan malam, Marsha kembali ke kamarnya. Tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh Sean. Pria itu adalah sebuah paradoks dalam hidupnya. Marsha menghela napas, bertanya-tanya sejak kapan dirinya begitu tertarik mencari tahu lebih banyak tentangnya.

Sementara itu, di ruang kerjanya, Sean duduk di sofanya, menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca dokumen yang terbuka di sana. Pikirannya juga dipenuhi oleh MarshA. Wanita itu adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan. Dan ia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.

...***...

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Sean dah mulai jatuh cinta sm istrinya.
...

2025-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 Pengorbanan yang Dipaksakan
2 Malam Pertama tanpa Cinta
3 Sangkar Emas
4 Makan Malam yang Dipaksakan
5 Dini Hari yang Kacau
6 Dalam Pelukan yang Tak Terduga
7 Hadirnya Vano
8 Pertanyaan yang Menghantui
9 Kedatangan yang Tak Terduga
10 Kebebasan yang Semu
11 Batas yang Ditetapkan
12 Warna dalam Kehidupan Marsha
13 Keputusan Sean
14 Dibalik Kilauan Berlian
15 Masa Lalu yang Kembali
16 Jarak yang Memisahkan
17 Hadiah yang Tak Terduga
18 Kepergian Sean
19 Sang Ibu
20 Benturan dengan Keluarga
21 Pulang Kerumah
22 Dalam Dekapan Sean
23 Pulang Bersama Sean
24 Bukan Pilihan, Hanya Kewajiban
25 Diantara Jarak dan Keheningan
26 Di Antara Cemas dan Harapan
27 Menemani dalam Luka
28 Sean yang Kembali Pulih
29 Rahasia yang Terungkap
30 Bayang-Bayang Ancaman
31 Batas yang Tak Terlihat
32 Penculikan di Tengah Senja
33 Pesan Ancaman
34 Mencari keberadaan Marsha
35 Saat Sean Menemukan Marsha
36 Jejak Dendam
37 Batasan Dalam Dendam
38 Luka yang Tak Terlihat
39 Dalam Dekapan yang Sesungguhnya
40 Pagi yang Berbeda
41 Pemburuan di Balik Bayangan
42 Keputusan yang Menentukan
43 Kepulangan yang Penuh Pertanyaan
44 Bayang-Bayang Masa Lalu
45 Ancaman yang Tak Terlihat
46 Musuh di Sekitar
47 Maya Kembali?
48 Hangatnya Malam Itu
49 Janji dalam Diam
50 Kebenaran atau Kebohongan
51 "Rahasia, Rencana, dan Masa Depan Kita"
52 Liburan Tanpa Batas
53 Ketika Ragu Mulai Menyusup
54 Antara Kata dan Bukti
55 Cinta atau Ilusi
56 Kebenaran yang Terungkap
57 Akibat Bermain Api
58 Hanya Ada Satu Pilihan
59 Jarak yang Harus Dijaga
60 Kepemilikan dan Rasa Cemburu
61 Rahasia Sean
62 Menggali Masa Lalu
63 Jejak yang Mulai Terungkap
64 Sean, Apa yang Kamu sembunyikan?
65 Rahasia yang Mulai Terbuka
66 Rahasia yang Menyakitkan
67 Flashback: Awal Mula
68 Marsha dan Diana: Menerima Kebenaran
69 Terikat Tanpa Sadar
70 Kehangatan yang Nyata
71 Diantara Bisnis dan Dendam
72 Perang yang Dimulai dari Meja Makan
73 Permainan yang Semakin Rumit
74 Investigasi Dimulai
75 Mengungkap Kebenaran
76 Pertemuan dengan Olivia Lancaster
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Pengorbanan yang Dipaksakan
2
Malam Pertama tanpa Cinta
3
Sangkar Emas
4
Makan Malam yang Dipaksakan
5
Dini Hari yang Kacau
6
Dalam Pelukan yang Tak Terduga
7
Hadirnya Vano
8
Pertanyaan yang Menghantui
9
Kedatangan yang Tak Terduga
10
Kebebasan yang Semu
11
Batas yang Ditetapkan
12
Warna dalam Kehidupan Marsha
13
Keputusan Sean
14
Dibalik Kilauan Berlian
15
Masa Lalu yang Kembali
16
Jarak yang Memisahkan
17
Hadiah yang Tak Terduga
18
Kepergian Sean
19
Sang Ibu
20
Benturan dengan Keluarga
21
Pulang Kerumah
22
Dalam Dekapan Sean
23
Pulang Bersama Sean
24
Bukan Pilihan, Hanya Kewajiban
25
Diantara Jarak dan Keheningan
26
Di Antara Cemas dan Harapan
27
Menemani dalam Luka
28
Sean yang Kembali Pulih
29
Rahasia yang Terungkap
30
Bayang-Bayang Ancaman
31
Batas yang Tak Terlihat
32
Penculikan di Tengah Senja
33
Pesan Ancaman
34
Mencari keberadaan Marsha
35
Saat Sean Menemukan Marsha
36
Jejak Dendam
37
Batasan Dalam Dendam
38
Luka yang Tak Terlihat
39
Dalam Dekapan yang Sesungguhnya
40
Pagi yang Berbeda
41
Pemburuan di Balik Bayangan
42
Keputusan yang Menentukan
43
Kepulangan yang Penuh Pertanyaan
44
Bayang-Bayang Masa Lalu
45
Ancaman yang Tak Terlihat
46
Musuh di Sekitar
47
Maya Kembali?
48
Hangatnya Malam Itu
49
Janji dalam Diam
50
Kebenaran atau Kebohongan
51
"Rahasia, Rencana, dan Masa Depan Kita"
52
Liburan Tanpa Batas
53
Ketika Ragu Mulai Menyusup
54
Antara Kata dan Bukti
55
Cinta atau Ilusi
56
Kebenaran yang Terungkap
57
Akibat Bermain Api
58
Hanya Ada Satu Pilihan
59
Jarak yang Harus Dijaga
60
Kepemilikan dan Rasa Cemburu
61
Rahasia Sean
62
Menggali Masa Lalu
63
Jejak yang Mulai Terungkap
64
Sean, Apa yang Kamu sembunyikan?
65
Rahasia yang Mulai Terbuka
66
Rahasia yang Menyakitkan
67
Flashback: Awal Mula
68
Marsha dan Diana: Menerima Kebenaran
69
Terikat Tanpa Sadar
70
Kehangatan yang Nyata
71
Diantara Bisnis dan Dendam
72
Perang yang Dimulai dari Meja Makan
73
Permainan yang Semakin Rumit
74
Investigasi Dimulai
75
Mengungkap Kebenaran
76
Pertemuan dengan Olivia Lancaster

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!