Kejutan di Cafe

Alyissa memutuskan untuk bertemu Dafa di sebuah kafe yang cukup terkenal di kota mereka. Ia ingin mendengar klarifikasi langsung dari Dafa mengenai foto itu.

Alyissa terlihat sangat cantik. Ia mengenakan dress berwarna baby blue yang sangat pas di tubuhnya, dipadukan dengan sepatu hak tinggi berwarna putih. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai, menambah kesan anggun pada penampilannya. Ia juga memakai aksesoris yang tepat, sehingga penampilannya terlihat sempurna. Mobil mewah milik keluarganya mengantarnya ke kafe, dengan supir pribadi yang membukakan pintu mobil untuknya. Alyissa terlihat begitu percaya diri dan elegan. Ia ingin terlihat terbaik di depan Dafa, meskipun hatinya masih dipenuhi rasa cemburu dan khawatir.

Sesampainya di kafe, Alyissa langsung menuju meja yang sudah dipesan Dafa. Dafa sudah menunggu dengan sabar. Ia terlihat sangat tampan dan elegan. Dafa mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan outer berwarna abu-abu gelap yang stylish. Celana jeans berwarna gelap dan sepatu sneakers putih menambah kesan kasual namun tetap terlihat rapi dan modis. Penampilannya mencerminkan gaya anak muda yang up-to-date, namun tetap sopan dan menawan. Ia terlihat sedikit gugup, tetapi tetap tersenyum ramah ketika Alyissa datang.

"Hai, Cil," sapa Dafa, sambil berdiri menyambut Alyissa. Matanya langsung tertuju pada Alyissa, dan ia langsung memuji, "Kamu… cantik banget, Cil. Bener-bener cantik banget!"

Alyissa tersenyum tipis, pipinya merona mendengar pujian Dafa. Lalu ia duduk di hadapan Dafa. "Hai," jawabnya, masih sedikit ragu.

Dafa langsung memulai penjelasannya. "Cil, aku mau jelasin soal foto itu. Aku jujur, itu fans aku, temen sekolahan. Tapi… itu foto terakhir aku di sekolah lama."

Alyissa mengerutkan kening, bingung. "Maksudnya?"

Dafa menghela napas. "Aku… aku pindah sekolah, Cil. Ke sekolah kamu."

Alyissa tercengang. Ia tidak menyangka sama sekali. "Hah? Serius?"

Dafa mengangguk. "Iya, serius. Aku mau kasih surprise ke kamu. Aku sengaja nggak bilang sebelumnya karena aku mau kasih kejutan."

Alyissa terdiam, mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Ia merasa sedikit malu karena telah salah paham dan cemburu. Ia tidak menyangka bahwa Dafa pindah sekolah hanya untuk bisa lebih dekat dengannya. Ia merasa bersalah karena telah mencurigai Dafa.

Dafa melanjutkan, "Aku tahu, kamu pasti cemburu lihat foto itu. Maaf ya, Cil. Aku nggak ada niat apa-apa sama dia. Aku cuma mau kasih kamu surprise yang spesial."

Alyissa tersenyum, rasa cemburunya sedikit sirna tergantikan dengan rasa haru. Ia merasa sangat beruntung memiliki Dafa. "Jadi, itu… kamu pindah sekolah cuma buat aku?" tanyanya, masih sedikit tidak percaya.

Dafa mengangguk lagi, sambil tersenyum tulus. "Iya, Cil. Buat kamu."

...****************...

Alyissa menggenggam tangan Daf, merasakan kehangatannya. "Gak papa, Daf," jawabnya, sambil senyum. "Aku seneng banget. Tapi… ada satu hal yang pengen aku omongin."

Daf mengerutkan dahi sedikit. "Apa, Cil?"

Alyissa menghela napas. "Aku… aku mikir, mungkin sebaiknya kita sembunyiin dulu hubungan kita, setidaknya buat sementara."

Daf agak kaget. "Hah? Kenapa harus disembunyiin? Jangan-jangan kamu udah nggak suka lagi sama aku, ya?" Dia pura-pura cemberut.

Alyissa buru-buru jelasin. "Bukan gitu, Daf! Aku masih suka banget sama kamu. Tapi… aku mikir tentang fans kamu, dan juga media."

Daf masih cemberut. "Terus? Kenapa harus disembunyiin gara-gara mereka?"

Alyissa lanjutin penjelasannya. "Kamu kan artis terkenal, Daf. Punya banyak banget fans yang suka banget sama kamu. Kalo hubungan kita ketauan, aku takut mereka kecewa, mungkin malah benci sama kamu. Aku juga takut media bakal heboh banget, dan itu bisa bikin reputasi kamu jelek."

Daf diem sebentar, mikir ucapan Alyissa. Dia ngerti kekhawatiran Alyissa. Dia juga tau pentingnya menjaga image di mata fans dan media.

"Jadi, kamu mau kita sembunyi-sembunyi biar nama baikku tetep aman?" tanya Daf, masih agak cemberut, tapi udah nggak separah tadi.

Alyissa angguk. "Iya, Daf. Aku nggak mau kamu kehilangan fans gara-gara aku. Aku juga nggak mau reputasi kamu rusak gara-gara kita."

Daf menghela napas panjang. "Aku ngerti kok, Cil. Oke deh, gimana caranya kita tetep bisa pacaran, tapi hubungan kita tetep rahasia?"

Alyissa senyum lega. Seneng Daf ngerti dan mau kerja sama. "Kita bisa janjian ketemu diam-diam aja, terus harus hati-hati banget kalo lagi di tempat umum. Jangan sampe foto bareng di sosmed juga."

Daf angguk setuju. "Oke, deal. Kita tetep pacaran, tapi hubungan kita rahasia dulu. Tapi, Cil…" Daf deketin wajahnya ke Alyissa. "Janji ya, kamu nggak bakal ninggalin aku?"

Alyissa senyum. "Janji, Daf. Aku nggak bakal ninggalin kamu, takut amat."

"Yaiyalah, kan kamu pacar semata wayangku" tawanya

Alyissa pun menceritakan kembali kronologi kejadian, dari awal ia melihat foto tersebut hingga ia bertemu Daf di kafe. Ia menceritakan kekhawatiran dan kesalahpahamannya dengan detail, dan Daf mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia sesekali menyela untuk bertanya, menunjukkan ketertarikannya pada cerita Alyissa

...****************...

Setelah Alyissa selesai bercerita, Daf menghela napas lega. "Untungnya udah kelar semuanya. Gimana kalo aku traktir kamu makan? Kamu mau apa?"

Alyissa langsung memasang wajah berpikir keras, menggerakkan-gerakkan bibirnya seolah sedang menghitung sesuatu. "Hmm… aku mau… es krim! Dua! Yang rasa cokelat sama stroberi!" ujarnya, dengan nada manja khas anak kecil.

Dafa tertawa melihat tingkah Alyissa yang seperti bocil. "Lucu amat, Cil," katanya, sambil menggelengkan kepala. Ia ingin sekali memegang pipi Alyissa yang terlihat memerah karena malu dan gembira, tapi ia urungkan niatnya. "Eh, jangan-jangan nanti kena terkena jerawat kecilnya yang hanya satu,nanti ngomel."

Alyissa langsung memasang wajah cemberut. "Ih, Daf! Aku lagi perawatan tau!" ujarnya, menggerutkan hidungnya.

Dafa kembali tertawa. "Iya, iya. Aku cuma bercanda, Cil." Ia mengulurkan tangannya, mengusap lembut rambut Alyissa. "Kamu ini, kadang-kadang kayak anak kecil banget."

Alyissa tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Ya gimana dong, aku kan emang masih kecil di hati Daf." Ujarnya, dengan nada sedikit usil.

Dafa terkekeh. "Iya deh, iya. Kamu emang masih kecil di hati aku." Ia meraih menu makanan, menawarkan berbagai pilihan makanan dan minuman kepada Alyissa. "Sekarang, kita pesan makanan. Kamu mau makan apa lagi selain es krim?"

Alyissa kembali memasang wajah berpikir keras, menggerakkan-gerakkan bibirnya lagi. Ia tampak sangat menikmati momen ini, bertingkah seperti anak kecil yang sedang memilih mainan kesukaannya. Dafa hanya bisa tersenyum melihat tingkah Alyissa yang menggemaskan. Ia merasa sangat beruntung memiliki Alyissa, gadis yang mampu membuatnya tertawa dan merasa bahagia. Ia tidak pernah menyangka bahwa kesalahpahaman yang terjadi justru membawa mereka pada momen-momen indah seperti ini.

...****************...

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di kafe, Daf dan Alyissa memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang, Daf menerima telepon dari bundanya, Bunda Shakira.

"Halo, Bun," sapa Daf.

"Daf, bunda kangen banget sama Alyissa. Kapan-kapan Alyissa main ke rumah ya?" Suara Bunda Shakira terdengar ramah dan hangat dari seberang telepon.

Daf tersenyum mendengar suara bundanya. "Iya, Bun. Nanti aku bilang ke Cil."

Setelah menutup telepon, Daf menoleh ke Alyissa. "Bunda kangen banget sama kamu, Cil. Besok kamu mau main ke rumah nggak?"

Alyissa tersenyum. "Mau banget, Daf! Aku juga kangen sama Bunda Shakira."

"Selesai sekolah ya" senyumnya Dafa membuat Alyissa meleleh.

"Yaudah bye! " sapanya. Hari ini adalah moment dimana mereka menghabiskan waktu yang cukup panjang dan menyenangkan. Alyissa sangat Ceria. Ia langsung Lompat lompat dan bernyanyi sepanjang Ia berjalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!