Pagi pagi sekali, tiwi sudah bangun dan bersiap siap, semalaman dia sudah tidur karna terus kefikiran dengan abang nya yang sudah menipu usaha milik suami nya.
Bukan masalah apa, dia malu kepada dimas karna dua bulan yang lalu, dia lah yang meminta kepada sang suami untuk memberikan pekerjaan kepada abang nya yang nomor 3 tersebut.
Akan tetapi, kepercayaan yang di berikan jelas jelas tidak di pergunakan dengan sangat baik oleh bang farhan.
Bang farhan memanipulasi data, dia cukup berani, padahal bukan hanya dia yang menjadi pengawas di lokasi tersebut.
Dimas sudah bangun, dan sekarang hanya tinggal menunggu tika untuk siap siap.
“Ayok kita berangkat,” Ucap tiwi
“Janji sama aku jangan terbawa emosi nanti nya? Ingat sayang jangan berfikir singkat, Ingat pesan ku yang tadi malam,” Sahut dimas
“Aku tidak berani janji, mungkin aku akan sakit jika unek² di dalam dada ku ini tidak di keluarkan,” Sahut tiwi
Tiwi masuk ke dalam mobil, tidak ada raut wajah tersenyum sedikit pun yang terpancar dari wajah nya.
Tika takut kepada kakak nya, Karna dia sudah tau karakter dan jiwa kakak nya yang satu ini.
Tika dan tiwi tinggal dalam Satu rumah sejak kecil, meskipun sekarang umur tika sudah 17 tahun, tapi dia sangat sangat takut dengan kakak nya, Tiwi.
Kampung pura menjadi tempat tinggal bang farhan sejak menikah dengan istri nya.
Bang farhan di karuniai dua orang anak, yang dimana anak pertama sudah masuk Smp, dan anak kedua baru kelas 4 SD.
“Mobil tidak bisa masuk?,” Ucap dimas
“Bisa kak, tapi di depan ada perbaikan jembatan, kalo kita putar balik lewat tikungan yang tadi bisa kok kak,” Sahut tika
“Masih jauh gak dari sini?,” sahut dimas
“Masih kak kalo jalan kaki, Sekitar 1km lagi kira kira,” Sahut tika
“Baik lah kalo begitu, sebaik nya kitar putar balik saja, lumayan jauh kalo 1km,” Sahut dimas
Dimas me cari tempat untuk putar balik, kemudian ia pun mencari jalan lain untuk sampai ke tempat bang farhan.
*
Akhir nya mereka pun sudah sampai di sebuah rumah yang terlihat sangat kokoh, namun pembangunan nya masih dalam tahap pemasangan bata merah.
Terlihat dari ukuran rumah, Rumah itu sangat lah besar, berkisar antara 20×10 meter.
Dimas turun dari mobil bersamaan dengan tiwi dan juga tika.
Dan tidak perlu susah payah untuk mencari dimana farhan, baru saja mereka keluar dari dalam mobil, ternyata farhan ada di situ juga, Ekspresi terkejut dari farhan melihat kedatangan dimas dan juga tiwi.
Tiwi berjalan cukup cepat menghampiri abang nya itu.
“Tiwi,” Ucap bang farhan
“Bang farhan buat rumah tanpa sepengetahuan ku? Kenapa bang farhan tidak memberitahuku, siapa tau aku bisa membantu bang farhan,” Sahut tiwi yang masih basa basi kepada bang farhan
“Assalamualaikum,” Ucap dimas
“Waalaikumussalam wr wb, Dimas kenapa tidak bilang² kalo mau ke sini,” Sahut bang farhan
“Haha aku sengaja bang, Aku sengaja datang tidak memberitahu karna ingin memberikan surprize, rumah nya sangat besar, Aku tidak tau bang farhan bikin rumah, kenapa tidak memberitahuku?,” Sahut dimas
“Bukan begitu dek, tapi bang farhan tidak enak sama kalian jika harus memberitahu, hanya rumah kecil saja, apalagi kamu sangat sibuk, makanya abang tidak memberitahu,” Sahut bang farhan
“Setidak nya basa basi saja bang, Bang boleh kita berbicara? Tapi jangan di sini, di rumah saja, tidak enak berbicara di sini,” Sahut tiwi
“Berbicara apa? Di sini saja kebetulan abang sedang menunggu orang toko bangunan mengantar barang barang, nanti tidak ada yang membayar,” Sahut bang farhan
“Berikan saja uang nya pada mereka yang ada di sini, Nanti biar mereka yang memberikan uang nya jika barang² sudah datang,” Sahut tiwi
“Iya bang, Kebetulan dimas sudah jual timah kemarin, mari kita bicara di dalam saja,” Sahut dimas
Bang farhan berfikir dua kali, ia sedikit gugup dengan dimas dan juga tiwi.
Dia sudah faham akan jalan pembicaraan mereka.
Bang farhan tidak bisa mencari alasan lagi, mau tidak mau dia harus mengiyakan dimas untuk berbicara di dalam.
“Baik lah ayok kita bicara di dalam,” Ucap bang farhan
Tatapan bang farhan bukan kepada tiwi dan dimas, melainkan mengarah kepada tika yang dimana tatapan itu tatapan sebuah kebencian.
Ingin sekali bang farhan menjambak rambut tika, akan tetapi ia tidak enak karna ada dimas di sana.
Bang farhan tidak bisa macam macam jika ada dimas, dimas bukan orang sembarangan, dia adalah bos besar, namun karna kesederhanaan nya, ia terlihat seperti orang biasa saja.
Mereka sudah sampai di rumah bang farhan, rumah yang dari dulu ia tempati.
Dimas dan tiwi dan juga tika duduk di sofa rumah.
Baru saja mereka duduk, Kak aini keluar dan melihat ada dimas di ruang tamu nya.
Seketika saja kak aini sangat terkejut, keterkejutan kak aini adalah sebuah pertanda akan sebuah ketakutan yang tengah mereka rasakan sekarang.
“Assalamualaikum kak,” Ucap dimas
Dimas bangkit lalu bersalaman dengan kak aini, begitupun dengan tiwi.
“Kenapa kalian tidak memberitahu jika kalian ingin datang kemari, kakak belum ada persiapan apapun, kakak tidak masak banyak,” Ucap kak aini
“Ah kakak tidak usah repot², Kami juga sudah makan tadi, Kebetulan di rumah tiwi masak pagi² sekali, Mari kak duduk dulu, ada beberapa yang ingin dimas bicarakan di sini,” Sahut dimas
Kak aini menatap penuh arti, dengan menelan ludah nya dengan kasar.
Ia pun duduk berdekatan dengan suami nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments