Bab 5 – Wanita yang Tak Mudah Menyerah

selamat membaca guys ❤️ 🐸 ❤️ ❤️

******

Matahari mulai tenggelam menyelimuti sawah dengan sinar keemasan yang indah. Meski pemandangan itu menenangkan, Maya tidak bisa menikmati keindahan nya sepenuh nya.

Punggung nya terasa pegal, tangan nya mulai memerah karena gesekan gagang cangkul, dan napas nya sedikit tersengal akibat pekerjaan berat yang baru pertama kali ia lakukan.

namun, ia menolak menyerah.

Di sekeliling nya, para petani masih bekerja dengan cekatan, seolah kelelahan bukan bagian dari kamus hidup mereka. Sesekali mereka melirik nya dengan tatapan heran atau geli, mungkin berpikir bahwa ia akan segera menyerah dan kembali ke rumah dengan wajah letih.

Tetapi Maya bukan tipe wanita yang mudah menyerah.

Tak jauh dari nya, Dimas masih bekerja dengan tenang. Lengan baju nya tergulung hingga siku, memperlihatkan otot-otot kuat yang bergerak setiap kali ia mencangkul tanah. Peluh mengalir di pelipis nya, tetapi ekspresi nya tetap tenang dan fokus.

Maya mengerutkan kening. Pria ini benar-benar tak peduli padaku, ya?

Ia menunggu, berharap Dimas akan mendekati nya dan menyuruh nya berhenti, mungkin dengan sedikit nada khawatir. Tapi sejak tadi, pria itu hanya sesekali melirik nya sebelum kembali sibuk dengan pekerjaan nya.

Maya mendengus pelan. Baiklah. Kalau dia tidak peduli, aku juga tidak butuh perhatian nya.

Ia mengeratkan pegangan pada cangkul nya dan kembali bekerja. Kali ini, ia mencoba mengamati para petani lain dan mengikuti gerakan mereka. Awal nya sulit, tetapi semakin lama, ia mulai memahami ritme nya.

"Riani, kau benar-benar berubah," ujar seorang wanita tua yang duduk di pematang sawah sambil mengunyah sirih.

Maya menoleh dan tersenyum kecil. "Ya, aku sadar kalau aku tidak bisa terus diam dan mengandalkan orang lain."

Wanita tua itu terkekeh. "Itu bagus. Tapi jangan sampai terlalu memaksakan diri. Tubuh mu tidak terbiasa dengan pekerjaan berat seperti ini."

Maya hanya mengangguk. Meski tubuh nya sudah mulai terasa lelah, ia masih ingin terus mencoba. Bagi nya, ini bukan hanya soal membantu di sawah, tapi juga membuktikan bahwa ia bisa bertahan di dunia yang asing ini.

 

Saat matahari semakin rendah, satu per satu para petani mulai berkemas untuk pulang. Maya akhir nya berhenti bekerja, mengusap keringat di dahi nya dengan lengan baju. Napas nya masih sedikit terengah, tetapi ada perasaan bangga dalam diri nya.

"Sudah cukup untuk hari ini," ujar pria tua yang sejak tadi memperhatikan nya.

 "Besok, kalau kau masih ingin membantu, datanglah lebih pagi."

Maya tersenyum. "Terima kasih, Pak. Aku akan berusaha lebih baik lagi."

Saat ia berjalan kembali ke rumah, ia melihat Dimas sudah lebih dulu sampai di sana. Pria itu duduk di teras, membasuh tangan nya di ember berisi air. Maya melangkah mendekat, lalu tanpa berkata apa-apa, duduk di kursi di sebelah nya.

Dimas melirik nya sekilas. "Aku tidak menyangka kau akan bertahan sepanjang hari."

Maya tersenyum tipis. "Aku bilang aku bukan wanita lemah."

Dimas tidak menjawab, tetapi ada sesuatu dalam tatapan nya yang berbeda dari sebelum nya—seperti seseorang yang baru menyadari sesuatu. Namun, ekspresi itu hanya bertahan sebentar sebelum kembali menjadi dingin dan datar.

Hening sejenak. Hanya suara jangkrik dan semilir angin yang terdengar.

Lalu, tiba-tiba Dimas berkata, "Tanganmu."

Maya menoleh. "Apa?"

Dimas mengulurkan tangan nya, lalu tanpa peringatan, mengambil tangan Maya. Jari-jari kasarnya menyentuh telapak tangan Maya yang kini memerah dan lecet.

"Kau terlalu memaksakan diri," katanya dengan nada datar, tetapi suara nya terdengar sedikit lebih pelan dari biasa nya.

Maya terdiam. Ini pertama kali nya Dimas menunjuk kan perhatian, meski hanya sedikit.

"Aku baik-baik saja," kata nya akhir nya, menarik tangan nya perlahan.

Dimas tidak menahan nya, hanya mengangguk kecil sebelum kembali sibuk dengan diri nya sendiri.

Maya menatap pria itu dalam diam. Mungkin dia bukan pria yang hangat, tetapi dia bukan orang yang benar-benar tak peduli.

Setidak nya, perhatian kecil ini cukup untuk memberinya harapan bahwa suatu hari nanti, Dimas akan mulai melihat nya sebagai seseorang yang lebih dari sekadar istri yang di jodoh kan dengan nya.

Ia menghela napas panjang, lalu berdiri. "Aku masuk dulu. Aku perlu membersihkan diri sebelum makan malam."

Dimas hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa.

Maya berjalan masuk ke dalam rumah, tetapi sebelum ia benar-benar menghilang di balik pintu, ia sempat menoleh ke belakang. Sekilas, ia melihat Dimas masih duduk di beranda, menatap ke arah sawah yang mulai gelap.

Untuk pertama kali nya, Maya merasa bahwa pria itu tidak benar-benar dingin—dia hanya belum terbiasa memiliki seseorang di sisi nya.

Dan Maya siap mengubah itu.

******

Terima kasih sudah membaca guys ❤️ 🐸 ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️

Episodes
1 Bab 1 – Terbangun di Dunia yang Asing
2 Bab 2 – Pernikahan yang Tidak Diinginkan
3 Bab 3 – Suami yang Dingin
4 Bab 4 – Bukan Wanita Lemah
5 Bab 5 – Wanita yang Tak Mudah Menyerah
6 Bab 6 – Langkah Kecil Menuju Perubahan
7 Bab 7 – Tantangan Baru di Ladang
8 Bab 8 – Langkah Pertama Menuju Kemandirian
9 Bab 9 – Awal Mimpi Baru
10 Bab 10 – Langkah Kecil, Harapan Besar
11 Bab. 11 – Benih Perubahan
12 Bab 12 – Langkah Baru, Tantangan Baru
13 Bab 13 – Ujian Kepercayaan
14 Bab 14 – Bayangan Masa Lalu
15 Bab 15 – Rahasia yang Belum Terungkap
16 Bab 16 – Luka Lama yang Terbuka
17 Bab 17 – Bayangan Masa Lalu
18 Bab 18 – Api dalam Sekam
19 Bab 19 – Ombak Masalah yang Menerjang
20 Bab 20 – Badai yang Semakin Dekat
21 Bab 21 – Ancaman yang Tak Terduga
22 Bab 22 – Rencana Licik
23 Bab 23 – Serangan yang Tidak Terduga
24 Bab 24 – Perangkap yang Dipasang
25 Bab 25 – Langkah Balasan
26 Bab 26 – Badai di Balik Tenang
27 Bab 27 – Permainan Berbahaya
28 Bab 28 – Serangan Balik
29 Bab 29 – Ujian Kepercayaan
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: jejak masa lalu
35 Bab 35: Batas Waktu dan Batu Sandungan
36 Bab 36: Sang Penjaga Ingatan
37 Bab 37: Meja Perundingan yang Panas
38 Bab 38: Titik Balik dan Pengakuan Tersembunyi
39 Bab 39: Benih Kolaborasi dan Harapan Baru
40 Bab 40: Harmoni yang Diperjuangkan
41 Bab 41: Membangun Jembatan Baru
42 Bab 42: Aroma Kejutan dan Bisikan Masa Lalu
43 Bab 43: Mengurai Simpul Takdir
44 Bab 44: Kekuatan yang Tumbuh dan Bayangan Teror
45 Bab 45: Harmoni Meluas, Misi Baru Terbit
46 Bab 46: Menguak Tabir "Rumah Gemerlap yang Terlupakan"
47 Bab 47: Gema Keadilan dan Bayangan Baru
48 Bab 48: Aura Pertahanan dan Kejutan yang Menembus Hati
49 Bab 49: Harmoni yang Meluas, Misi Baru Terbit
50 Bab 50: Cahaya di Ujung Terowongan
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 – Terbangun di Dunia yang Asing
2
Bab 2 – Pernikahan yang Tidak Diinginkan
3
Bab 3 – Suami yang Dingin
4
Bab 4 – Bukan Wanita Lemah
5
Bab 5 – Wanita yang Tak Mudah Menyerah
6
Bab 6 – Langkah Kecil Menuju Perubahan
7
Bab 7 – Tantangan Baru di Ladang
8
Bab 8 – Langkah Pertama Menuju Kemandirian
9
Bab 9 – Awal Mimpi Baru
10
Bab 10 – Langkah Kecil, Harapan Besar
11
Bab. 11 – Benih Perubahan
12
Bab 12 – Langkah Baru, Tantangan Baru
13
Bab 13 – Ujian Kepercayaan
14
Bab 14 – Bayangan Masa Lalu
15
Bab 15 – Rahasia yang Belum Terungkap
16
Bab 16 – Luka Lama yang Terbuka
17
Bab 17 – Bayangan Masa Lalu
18
Bab 18 – Api dalam Sekam
19
Bab 19 – Ombak Masalah yang Menerjang
20
Bab 20 – Badai yang Semakin Dekat
21
Bab 21 – Ancaman yang Tak Terduga
22
Bab 22 – Rencana Licik
23
Bab 23 – Serangan yang Tidak Terduga
24
Bab 24 – Perangkap yang Dipasang
25
Bab 25 – Langkah Balasan
26
Bab 26 – Badai di Balik Tenang
27
Bab 27 – Permainan Berbahaya
28
Bab 28 – Serangan Balik
29
Bab 29 – Ujian Kepercayaan
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: jejak masa lalu
35
Bab 35: Batas Waktu dan Batu Sandungan
36
Bab 36: Sang Penjaga Ingatan
37
Bab 37: Meja Perundingan yang Panas
38
Bab 38: Titik Balik dan Pengakuan Tersembunyi
39
Bab 39: Benih Kolaborasi dan Harapan Baru
40
Bab 40: Harmoni yang Diperjuangkan
41
Bab 41: Membangun Jembatan Baru
42
Bab 42: Aroma Kejutan dan Bisikan Masa Lalu
43
Bab 43: Mengurai Simpul Takdir
44
Bab 44: Kekuatan yang Tumbuh dan Bayangan Teror
45
Bab 45: Harmoni Meluas, Misi Baru Terbit
46
Bab 46: Menguak Tabir "Rumah Gemerlap yang Terlupakan"
47
Bab 47: Gema Keadilan dan Bayangan Baru
48
Bab 48: Aura Pertahanan dan Kejutan yang Menembus Hati
49
Bab 49: Harmoni yang Meluas, Misi Baru Terbit
50
Bab 50: Cahaya di Ujung Terowongan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!