Tanpa terasa kehamilan Naya sudah menginjak usia 9 bulan.
Naya sedang berjalan-jalan di mall di temani oleh Rhea, ia sedang berbelanja perlengkapan bayi untuk calon buah hatinya. Saat sedang berjalan, Rhea menerima telpon dari 2 orang yang memesan kue bahwasannya ia akan mengambil pesanannya.
"Nay, gimanan nih apa kita pulang aja? ada yang mau ngambil pesenan katanya." Tanya Rhea.
"Gapapa, kamu balik duluan aja. Masih ada beberapa lagi yang mesti di beli, pumping aja belum sama gendongannya." Jawab Naya.
"Gak bisa, Nay. Gimana kalo terjadi sesuatu sama kamu, aku gak mau ninggalin kamu." Ucap Rhea penuh kekhawatiran.
"Ya makanya kalo ngomong tuh yang baik-baik, udah nanti gampang tinggal telpon Papa aja." Ucap Naya.
"Beneran nih?" Tanya Rhea memastikan.
"Beneran, lagian hpl kan masih 2 minggu lagi. Udah tenang aja, bumil masih pengen jalan-jalan keburu punya bocil nanti kan repot." Ucap Naya seraya mendorong tubuh Rhea agar cepat pergi.
"Yaudah, jaga diri baik-baik ya, kalau ada apa-apa cepet kabarin!" Pesan Rhea pada Naya.
"Siap komandan!" Canda Naya.
Rhea pun pergi meninggalkan Naya di mall, ia sedikit berlari agar cepat sampai ke kontrakan dan bisa lebih cepat lagi kembali ke mall menjemput Naya.
Naya pun kembali masuk ke tempat perlengkapan bayi mencari gendongan yang nyaman untuknya, ia juga memerlukan pumping dan juga perlengkapan perawatan bayi.
Selesai membeli barang yang di butuhkannya, Naya berkeliling mall menikmati waktunya. Tetapi ia merasakan nyeri di bagian perut bawahnya, Naya berusaha menghubungi nomor Rhea dan Egi, namun keduanya tak kunjung menjawab panggilannya.
"Mending sambil jalan aja, semoga sakitnya gak berlangsung lama." Ucap Naya.
Brukkk...
Saat sedang berjalan, bahu Naya di tabrak oleh seseorang sampai barang belanjaannya jatuh dari tangannya karena refleks.
"Awsss.. Perutku." Ringis Naya seraya memegangi perutnya yang terasa semakin nyeri.
Orang yang menabrak Naya pun mengalihkan pandangannya dari hp yang di pegangnya begitu mendengar suara ringisan Naya. Tubuh Naya merosot ke bawah, rasa nyeri di perutnya semakin tak tertahankan lagi.
"Loe!" Suara seorang pria kala melihat wajah Naya.
"Ah, loe lagi? Aishhhh, sial sekali." Ucap Naya memalingkan wajahnya dari wajah pria di hadapannya.
Arzan memeriksa keadaan Naya yang terus merintih memegangi perutnya, dan alangkah terkejutnya Arzan saat Naya berusaha berdiri ada cairan yang membasahi kakinya.
Naya mencengkram tangan Arzan dengan kuat, keringatnya bercucuran di dahinya membuat wajah Arzan seketika membeku.
"T-Tolong a-aku.." Pinta Naya dengan suara tertahan.
Mata Arzan tertuju kearah perut buncit Naya, ia segera membantu Naya dengan menggendongnya. Melihat kondisi Naya mengingatkannya akan pengalaman Zoya saat melahirkan adik-adiknya, Arzan meminta orang yang menghalangi jalannya menyingkir bahkan ia menabrak apapun yang menghalangi jalannya.
Arzan membawa Naya masuk ke dalam mobilnya, ia menyusul duduk setelah memastikan Naya aman Arzan pun menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Aakhhh... Sakit!"
Naya terus merintih, tangannya mencengkram lengan Arzan yang sedang fokus menyetir.
"Tenangin diri loe! Ah elah... Sakit nyet!" Arzan menahan rasa sakit di tangannya, pasalnya cengkraman Naya sangat kuat.
"S-sakit...."
Tiiiiiiinnnnnn....
Arzan menekan klaksonnya saat ada pengendara yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
"Minggir @nj!n9! Kalo mau berenti jangan di tengah, dasar tolol!" Arzan menyembulkan kepalanya hanya untuk membentak pengendara di depannya.
Emosi Arzan naik karena panik, terlebih lagi ada yang menghalangi jalannya dan begitu ia mensejajarkan kendarannya dengan kendaraan tersebut serta melihat orang di dalamnya pun berdecak kesal.
"Kalo mau n9*w* jangan di jalan a$*, cuiihhh!!" Ketus Arzan sembari meludahi pengendara di sampingnya.
"Berisik b@ngzat!" Balas pengendara lain.
Arzan kembali melajukan kendaraannya menuju rumah sakit terdekat.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit, Arzan sudah sampai di sebuah rumah sakit yang biasa Naya kunjungi saat kontrol kehamilan. Naya di gendong oleh Arzan masuk ke dalam rumah sakit, Arzan memanggil perawat yang ada di sana dan beberapa orang datang membawakan brangkar.
"Dokter, tolong ada yang mau melahirkan!" Arzan berteriak meminta pertolongan.
Naya di baringkan diatas brangkar, Arzan ikut mendorong Naya menuju ruang persalinan.
"Kenapa tidak ikut masuk? Istrinya mau lahiran loh, cepat masuk pak!" Salah seorang perawat menarik tangan Arzan karena mengira kalau Arzan adalah suami Naya.
Dokter kandungan datang dan langsung menangani Naya, Arzan di buat bingung karena tidak seharusnya ia ikut masuk.
"Dok, saya b-buk..." Ucap Arzan terpotong.
"Aakhhhh... Sakit...!" Teriak Naya.
"Bapak, tolong tenangkan istrinya ya. Jangan biarkan istri anda terua berteriak, hal itu akan membuat energinya terkuras dan beresiko saat mengejan nanti." Titah Dokter.
Arzan berdiri dengan gelisah, ia tak tahu harus melakukan apa dan bagaimana. Arzan menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia mencoba berdiri di samping Naya dan siapa sangka, Naya langsung mencengkram lengan bajunya dan mulai mengejan saat bayinya sudah tak sabar ingin segera keluar.
Beberapa kali Naya berusaha mengeluarkan bayinya, ia mengatur nafasnya yang memburu bersamaan dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Sedangkan Arzan melirik kearah bagian bawah Naya dimana para suster dan Dokter menatap area sensitif Naya.
"Ayo bu, kepalanya sudah kelihatan!" Seru Dokter.
"Ayo, loe harus semangat! Kasihan bayi loe ke cekek kalo gak langsung di keluarin." Bisik Arzan tepat di telinga Naya.
Mendengar bisikan Arzan membuat semangat Naya terbakar, ia takut terjadi sesuatu pada anaknya dan ia segera mengeluarkan semua tenaganya sampai terdengar suara tangisan bayi melengking di dalam ruangan.
"Oeekkkkk.... Oekkkk...!!!"
Proses lahiran terjadi cukup cepat, Naya berhasil melahirkan nayi mungil nan lucu itu. Dokter mengelap wajah bayi Naya dan setelah itu memperlihatkannya kepada Naya dan Arzan, mata Naya berkaca-kaca dan senyum haru terlukis di bibirnya.
Arzan menatap bayi mungil itu, ia ikut bahagia dan juga terharu apalagi saat Dokter membawa bayi tersebut ke pelukan ibunya.
Tubuh Arzan tiba-tiba membeku begitu ia melihat yang tak seharusnya ia lihat, bukan tentang bayinya namun tentang dua gundukan yang menjadi sumber nutrisi bagi si bayi. Arzan memalingkan wajahnya, ia menelan salivanya dengan kasar serta pikirannya yang sudah traveling kemana-mana.
Buset, gede banget!' Batin Arzan.
Arzan adalah pria normal, melihat hal yang indah tentu ia takjub dan hal itu pasti mengganggu pikirannya.
Semenjak mengetahui kalau dirinya hamil, nafsu makan Naya meningkat sampai mengalami kenaikan berat badan yang cukup signifikan. Naya yang kurus kering berubah menjadi Naya gemoy, namun hanya bagian-bagian tertentu saja yang membesar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Nur Faris
lhah si Tarzan jd bapak pengganti nich crtnya,dapat bonus + lagi😁🤣😁
2025-04-04
1
Dewi kunti
arzan iku musibah opo anugrah 🤭🤭🤭
2025-04-04
0
jaran goyang
𝚖𝚗𝚝𝚙 𝚋𝚞𝚔𝚗😂😂😂
2025-04-07
0