Begitu sampai di rumah sakit. Naya langsung mendapatkan penanganan dari Dokter, Rhea dan Egi menunggu dengan gelisah takut sesuatu terjadi kepada Naya.
Beberapa saat kemudian, Dokter memanggil pihak keluarga pasien dan Egi pun menghadap kearah Dokter perempuan yang memintanya untuk ikut ke ruangannya. Egi mengekor di belakang, Rhea di minta untuk menunggu Naya di dalam ruangannya.
Di ruangan Dokter.
"Menurut keterangan yang saya terima, pasien mengalami muntah-muntah sampai pingsan, begitu saya cek di bagian perutnya tidak ada masalah. Akan tetapi, untuk memastikan dugaan saya terhadap pasien alangkah lebih baiknya kalau pasien di bawa ke spesialisnya yaitu Dokter obgyn." Jelas Dokter tersebut.
Egi mengernyitkan dahinya, setahunya Dokter Obgyn adalah spesialis untuk menangani orang hamil. Ada banyak tanda tanya di kepalanya, mengingat status Naya yang sudah tak bersuami dan Naya pula tidak mengatakan apapun padanya.
"Kenapa harus Dokter Obgyn?" Tanya Egi.
"Begini tuan, begitu saya memeriksa perut pasien terdapat ada detak jantung dan perut pasien pun berbeda dari wanita pada umumnya. Untuk memastikan apakah ada janin di dalamnya atau tidak, keputusannya ada pada anda jika menyetujui untuk pemeriksaan lebih lanjut."Jawab Dokter.
"Lakukanlah yang menurut Dokter itu baik, saya ikut saran dari ibu Dokter." Egi memberi keputusan kepada Dokter.
Dokter menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, hingga akhirnya Dokter mengajak Egi untuk mendaftarkan Naya ke Dokter Obgyn. Berhubung Obgyn sedang tidak ramai orang yang datang untuk di periksa, hanya butuh waktu sebentar bagi Naya agar bisa langsung melakukan USG.
Tak berselang lama, Naya di bawa menggunakan kursi roda karena tubuhnya masih terasa lemas dan di dorong oleh Rhea. Tetapi begitu hendak masuk, Egi mengambil alih kursi roda Naya.
"Silahkan berbaring diatas." Ucap Dokter Obgyn.
Naya di bantu berbaring diatas brangkar oleh Egi, tidak banyak bertanya apapun karena Naya seolah kehabisan tenaga.
"Sus, tolong oleskan dulu gelnya." Titah Dokter Fajri yang tengah mengganti sarung tangan medisnya.
Suster pun menganggukkan kepalanya, dengan ramah ia meminta Naya menyingkap kemeja yang dipakainya dan ia pun mulai melakukan tugasnya yaitu mengoleskan gel khusus di perut Naya.
"Baik, kita mulai ya." Ucap Dokter Fajri.
Dokter Fajri pun mulai mengambil alatnya, ia menggerakkannya diatas perut Naya yang terlihat sedikit membuncit namun tidak terlalu menonjol.
"Ini ada kantung janinnya, dan usia kandungannya sudah menginjak 15 minggu. Kita coba dengar detak jantungnya ya." Ucap Dokter Fajri yang mana membuat Naya dan Egi melongo.
Dug... Dug.. Dug...
Suara detak jantung janin yang ada di perut Naya terdengar begitu merdu di telinga, tanpa terasa Naya meneteskan air matanya.
"J-jadi, s-saya h-hamil?" Tanya Naya lirih.
"Betul, kondisi bayinya sehat dan atas laporan yang saya terima juga itu adalah hal yang biasa terjadi kepada ibu hamil. Memangnya ibu sendiri tidak merasakan akan kehadirannya? Biasanya, selain telat menstruasi biasanya ada flek darah atau pipis lebih sering dan masih banyak tanda-tanda lainnya." Jawab Dokter Fajri.
Naya menggelengkan kepalanya. "Siklus menstruasi saya tidak tentu, sudah 4 tahun saya menikah namun Tuhan belum memberikan anugerah seorang anak pada saya. Setiap kali tak kunjung mens, saya cek tetap saja hasilnya negatif, sekitar dua bulan lebih juga Dokter di salah satu klinik menyarankan saya cek menggunakan testpack dan lagi-lagi hasilnya sama negatif dan saya tak mau kecewa lagi, saya berpikir mungkin bukan rezeki saya." Jela Naya.
"Em, begitu ya bu. Sekarang coba lihat ke layar, ini kepalanya dan ini jantungnya." Dokter menunjukkan kepada Naya bagian-bagian tubuh janinnya di dalam kandungan dan itu sukses membuat Naya semakin terharu, Egi tak kalah senangnya kala melihat cucunya hadir di dalam perut Naya.
"Tolong di jaga buah hatinya ya, bu. Banyak pejuang garis dua yang senasib dengan ibu, kemarin juga ada yang sudah 10 tahun tak kunjung di karuniai anak dan setelah cek kesuburan keduanya pun tidak memiliki masalah, mungkin memang belum waktunya. Tapi begitu kemarin si ibunya periksa, bayinya sudah masuk bulan ke enam, perutnya sama seperti anda tidak begitu terlihat perubahan bentuknya dan hal ini pun memang biasa terjadi di beberapa ibu hamil lainnya. Mereka sadar dan mulai memeriksakan diri untuk memastikan kebenarannya saat si ibu mengalami pendarahan dengan rasa sakit di perutnya, anggap saja ini kejutan dari Tuhan sebagai bentuk buah kesabaran anda dan juga suami anda ya, bu." Ucap Dokter Fajri.
'Suami? Bahkan aku sudah pisah dengannya, Dok. Tapi aku bersyukur saat tahu kalau ada anak di dalam perutku, akan ku jaga dengan sepenuh hati dan memberikan seluruh kasih sayangku padanya. Aku tidak seberuntung wanita yang anda ceritakan, Dok. Tapi aku berharap aku menjadi wanita paling beruntung agar bisa menjaga anakku tanpa dampingan seorang suami.' Batin Naya.
Selesai USG, Naya di bantu untuk turun dari Brangkar di bantu oleh Suster dan juga Egi. Sementara Dokter mulai mendengarkan apa saja yang Naya keluhkan untuk membuatkan resep obat dan juga vitamin, Egi nampak berkaca-kaca menahan air matanya yang sudah siap jatuh.
Setelah semuanya sudah beres, Naya dan Egi pun pamit undur diri dari ruangan Obgyn tersebut dan di balas dengan ramah oleh Dokter dan susternya.
"Gimana hasilnya, Nay?" Tanya Rhea begitu Naya keluar.
"A-aku hamil, Rhea." Jawab Naya bergetar.
"A-apa? H-hamil?" Rhea beberapa kali mengerjapkan matanya, ia mencoba mencerna ucapan yang keluar dari mulut Naya.
Naya memberikan hasil USGnya kepada Rhea, disana terlihat ada sebuah janin dan tertera usianya 15 weeks 2 day.
"Nay, udah mau 4 bulan? Itu artinya janinnya udah ada sebelum kamu gugat mantanmu?" Tanya Rhea lagi, sebuah keajaiban yang luar biasa. Rhea bisa membaca sedikit hasil dari foto USG nya, karena dulu ia melihat milik saudaranya yang ada di luar kota.
"Benar, dan aku sangat bersyukur karena anakku bisa bertahan meskipun kondisiku saat itu sangat... Hiks..." Naya tak dapat melanjutkan kata-katanya, membayangkannya saja sudah sakit dan ia merasa bersalah karena tidak mengetahui kehadiran sang buah hati lebih awal.
"Tuhan memiliki cara di luar nalar manusia, Papa bersyukur kita masih bisa tahu akan hadirnya." Ucap Egi.
Rhea sedikit membungkukkan badannya, ia memeluk Naya yang menangis dengan perasaan campur aduknya. Egi izin kepada keduanya untuk menebus obat, mereka pun menoleh sebentar dan menganggukkan kepalanya.
"Kamu tenang saja, Nay. Kita akan besarkan dia sama-sama, jangan pikirkan apapun selain kesehatan calon keponakanku. Aku yakin kamu adalah calon ibu yang kuat, aku percaya padamu." Ucap Rhea menyemangati Naya.
Air mata Naya kian mengalir deras, ia mengeratkan pelukannya dan Rhea membalasnya dengan usapan lembut di punggungnya. Naya tidak tahu apa yang akan terjadi di hidupnya kalau Rhea dan Egi tidak ada, entah seberantakan apa isi kepalanya menyikapi alur hidup yang ia jalani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
Alhamdulillah..sehat² ya naya jg bayinya smg lahir dengan selamat..pa,ego seneng banget de mau punya cucu.
2025-04-02
0
Sindy Sintia
iya walau udah mantan mantu tetap aja cucu kandung nya pak egi
2025-04-03
0
Sani Srimulyani
moga aja Naya dan janinnya sehat2 ya
2025-04-02
0