Semakin menyakitkan

Naya tak bisa melakukan apa-apa selain menangis, entah sampai kapan penderitaannya ini berakhir. Suaminya sudah banyak berubah, cinta dan juga kelembutan serta perhatiannya perlahan lenyap seiring berjalannya waktu.

Rasanya Naya ingin menyerah, tetapi ia masih tetap mau mempertahankan rumah tangganya dengan harapan suaminya itu akan berubah kembali seperti dulu lagi.

Lain halnya dengan Naya, Neti justru menghubungi temannya yang memiliki putri cantik incarannya untuk Sendi.

****

Sendi melajukan motornya menuju sebuah warung kopi dimana teman-temannya sudah berkumpul menunggu dirinya tiba, di tengah perjalanan Sendi menghentikan motornya karena mendapat sebuah panggilan telpon.

Sebuah nama sang ibu tertera di layar ponsel, Sendi menerima panggilan ibunya dan begitu terhubung Neti langsung meminta Sendi menjemput anak temannya sepulang dari nongkrong. Wajah Sendi mengukir bahagia, ia sangat senang karena ibunya memberikan sebuah ide yang bagus dikala ia sudah sangat bosan dengan istrinya.

Sambungan telpon sudah Sendi putuskan, ia kembali melajukan motornya ke tempat tujuan.

10 menit kemudian. Sendi memarkirkan motornya di depan warung kopi, ada sekitar 7 orang teman satu bengkelnya yang sedang bersantai sambil memainkan gitar.

Sendi pun bergabung dengan temannya yang lain, ia tak memikirkan bagaimana nasib Naya yang tak makan dari pagi hari, ia malah membiarkan sang istri kelaparan.

****

Egi membawa sebungkus makanan untuk menantunya, sebelum ia masuk ke dalam kamar Naya pastinya ia melihat situasi rumah. Seni sudah pergi ke sekolahnya, sedangkan Neti tengah sibuk menelpon dengan seseorang di luar rumah.

Diam-diam Egi membeli makanan yang ia sembunyikan di balik jaketnya, hatinya ikut perih atas perlakuan istri dan anaknya kepada sang menantu.

Egi mengetuk pintu dan Naya langsung membukakan pintunya.

"Cepat bawa makanan ini ke dalam, jangan lupa makan dan buang sampahnya jangan sampai ketahuan ibu. Maaf ya bapak gak bisa berbuat banyak. Cepatlah bawa masuk!" Ucap Egi mendorong Naya masuk ke dalam kamarnya dan ia segera menutup pintunya.

"Terimakasih, pa." Lirih Naya dari balik pintu.

Egi langsung pergi ke kamarnya, sedangkan Naya menatap plastik hitam dimana di dalamnya berisikan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Tak menunggu lama lagi, Naya langsung membuka bungkusnya dan makan seperti orang yang tidak makan berhari-hari.

Tetesan air mata kembali berjatuhan, sikap Egi membuatnya tersentuh karena hanya Egi yang membelanya di rumah sekaligus pedulu pada Naya. Usai makan, Naya haus dan ia tak mungkin keluar dari kamar karena pasti ibu mertuanya itu mengoceh kembali, apalagi suaminya tidak ada di rumah, maka ia akan semakin berani. Alhasil, Naya pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, ia minum dari air keran meskipun rasanya berbeda dari air minum yang biasa di konsumsi.

Naya sangat bersyukur, ia masih bisa makan atas kebaikan bapak mertuanya. Lama menangis dalam kondisi perut sudah terisi membuat Naya mengantuk, ia pun tidur karena seingatnya pekerjaan rumah pun sudah beres.

*

*

Sore harinya.

Naya masih belum menunjukkan batang hidungnya, Neti mendapat pesan dari Sendi bahwasannya putranya itu akan mampir ke rumahnya bersama perempuan cantik anak dari teman ibunya sebelum benar-benar mengantarnya pulang.

Ruang tamu sedikit berantakan, Neti menggedor-gedor pintu kamar Nay sampai Naya terbangun dan segera berjalan membukakan pintu.

Ceklek.

"Bagus ya! Di cariin dari tadi malah enak-enakan molor, cepat beresin rumah sekalian bikin jus yang enak soalnya bakalan ada tamu yang dateng!" Perintah Neti kepada Naya.

"I-iya, ma." Jawab Naya dengan suara seraknya.

Tanpa memperdulikan mata Naya yang sembab, Neti pergi begitu saja. Naya menyugar rambutnya ke belakang, rasa pusing menyerang kepalanya tetapi ia harus segera mengerjakan apa yang ibu mertuanya perintahkan.

Naya membersihkan wajahnya terlebih dahulu, setelah itu ia pun pergi membersihkan area yang kotor dan menyiapkan buah-buahan segar untuk membuat jus.

Begitu jusnya sudah jadi, terdengar Neti membuka pintu depan dan menyapa dengan ramah tamu yang datang. Naya di panggil untuk membawakan minuman yang sudah ia buat dan juga air putih, bukan hanya itu saja, melainkan makanan ringan juga.

Saat Naya membawa nampan ke ruang tamu, ia terkejut melihat suaminya duduk berdekatan dengan seorang perempuan sexy berbaju minim.

"Ngapain masih berdiri disitu? Kasihan loh nak Sesi pasti haus, masa tamu di biarin kehausan sih." Tegur Neti pada Naya.

Karena Naya tak ada pergerakan sama sekali karena syok melihat suaminya, Neti pun mengambil alih nampannya dan segera meletakkan diatas meja, ia mempersilahkan Sesi menyicipi jamuannya.

"Naya, tolong kamu setrikain baju Seni ya, besok dia ada acara katanya." Titah Neti.

Terlihat Sesi bergelayut manja di lengan Sendi, seakan mereka tak malu sedikit pun. Naya hanya menatap nanar kepada suaminya, wajah Sesi begitu familiar di matanya karena Naya masih mengingat betul kalau Sesi adalah mantan Sendi.

Gereget dengan Naya yang masih berdiri di tempatnya, Neti pun menarik tangan Naya ke belakang agar pergi dari hadapan Sendi dan calon menantunya.

"Sendi, aku gak nyangka banget loh, ternyata kamu yang mau di jodohin sama aku." Manja Sesi.

"Loh, emangnya kalian udah saling kenal ya?" Tanya Neti yang datang kembali ke ruang tamu.

"Iya kita udah kenal lama, tante. Kita kan mantan semasa sekolah SMA dulu, aku sama Sendi itu beda sekolah dan putus pas mau naik kelas 11 soalnya Mama aku pindah ke solo." Jawab Sesi.

"Wah, kebetulan banget ya. Tante masih inget banget, dulu Mama kamu tuh pamitan juga sama tante, dia bilang mau pindah ke solo soalnya Papa kamu ada kerjaan disana. Andai saja Mama tahu kalau dulu kalian pacaran, udah Mama nikahin." Ucap Neti.

"Makin kesini kok kamu makin cantik aja, sampe aku gak bisa ngenalin." Puji Sendi.

"Ah, kamu bisa aja." Wajah Sesi bersemu merah, ia sangat senang kembali di pertemukan dengan Sendi yang sedari dulu tak berbah.

Cinta lama bersemi kembali, cerita yang dulu sempat terputus kini terjalin kembali. Sendi masih menyimpan Sesi di ruang tersendiri, walau bagaimana pun Sesi adalah cinta pertamanya dan ketika mereka akan di jodohkan oleh kedua orangtuanya, justru mereka merasa ada kesempatan untuk kembali bersama.

Naya mengintip dari balik tembok, rasanya ribuan jarum dan benda tajam lainnya mengumpul di dadanya sampai untuk bernafas saja rasanya tak sanggup. Susah payah dulu ia membantu Sendi melupakan mantannya, ternyata takdir berkata lain, orang yang dulu mati-matian untuk di lupakan justru datang kembali sebagai duri dalam pernikahannya.

"Mas, kamu lebih mendengarkan ibumu di bandingkan memperdulikan aku sebagai istrimu. Kamu terang-terangan membawa wanita lain ke rumah, disaat aku sangat hancur." Lirih Naya.

Sendi terlihat mesra dengan Sesi, mereka kembali mengenang masa lalu yang pernah di lewati. Neti pergi dari hadapan mereka agar mereka memiliki ruang untuk berbincang tanpa perlu segan, ia akan pergi mengawasi Naya yang langsung berlari menuju tempat menyetrika ketika melihat mertuanya itu pergi.

Terpopuler

Comments

ir

ir

sendi atau sandi sih kak

2025-03-15

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

klu sdh ga kuat knp di pertahankn naya mending tinggalin dan kamu bisa hodup bahagia nanti tsnpa sendi..lsnjuut bun

2025-03-15

0

kaylla salsabella

kaylla salsabella

ealah laki kayak gitu udah tak ulekin cabe😡

2025-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!