Ancaman Sarah

Pagi datang dengan begitu cepat, membawa sinar matahari yang menembus sela-sela tirai jendela. 

Hana mengerjapkan mata, tubuhnya masih terasa lemas setelah semua yang terjadi semalam. Ia melirik ke samping, menemukan 

Dominic masih tertidur dengan napas teratur.

Wajah pria itu terlihat begitu damai, berbeda dengan aura tegas dan dominannya saat terjaga.

Hana menatapnya lama, hatinya berdebar tanpa alasan yang jelas.

Apa yang baru saja ia lakukan?

Ia menggigit bibirnya, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Ia tidak menyesal, tetapi ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik pikirannya.

Bagaimana jika ini semua hanya sesaat bagi Dominic? Bagaimana jika pria itu tidak benar-benar serius?

Ia masih 20 tahun, sementara Dominic sudah 36 tahun. Jarak usia mereka bukan hanya sekadar angka, tetapi juga kehidupan, pengalaman, dan pemikiran.

Apakah Dominic benar-benar ingin bersamanya, atau hanya terbawa suasana?

Hana menghela napas pelan, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi semakin ia mencoba, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.

Saat ia masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, Dominic bergerak. Matanya terbuka perlahan, lalu menatap Hana dengan sorot yang sulit diartikan.

“Kamu bangun lebih dulu,” suaranya berat, serak karena baru saja terbangun.

Hana tersenyum kecil. “Aku nggak bisa tidur lagi.”

“Kamu kelihatan bingung.” Dominic mengangkat alis, lalu menyelipkan tangan di belakang kepala, menatapnya dengan penuh perhatian.

Hana menunduk, tidak ingin Dominic melihat kegelisahan yang jelas terpancar di wajahnya.

“Aku cuma… sedang berpikir.”

 “Tentang apa?” Dominic menyentuh dagunya, membuat Hana menatapnya lagi.

Hana ragu sejenak, tapi akhirnya menghela napas. “Tentang kita.”

Dominic terdiam. Sorot matanya berubah sedikit lebih dalam, seolah bisa membaca seluruh isi pikiran Hana tanpa perlu dijelaskan.

“Kamu ragu?” tanyanya pelan.

Hana menggigit bibirnya. “Aku hanya takut. Kita beda jauh, Dom. Aku masih kuliah, sementara kamu sudah mapan. Aku nggak tahu apakah aku bisa menyesuaikan diri dengan hidupmu.”

Dominic menatapnya lama sebelum akhirnya tersenyum kecil.

“Kamu tahu?” katanya sambil mengusap pipi Hana. “Aku justru menyukai kamu karena kamu bukan bagian dari dunia yang penuh kepalsuan ini. Kamu jujur, apa adanya, dan nggak pernah berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirimu.”

Hana terdiam.

“Tapi kalau kamu ragu, aku bisa kasih kamu waktu,” lanjut Dominic. “Aku nggak akan maksa kamu buat percaya sama aku sekarang juga. Aku akan buktikan sendiri kalau aku serius.”

Hana menatapnya, perasaannya masih campur aduk. Ia ingin percaya, tetapi ketakutan itu masih ada.

Dominic menariknya ke dalam pelukan, menenangkannya tanpa perlu banyak kata.

Hana memejamkan mata. Mungkin, untuk saat ini, ia hanya perlu menikmati setiap momen tanpa terlalu banyak berpikir.

Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu…

Pertanyaannya belum terjawab sepenuhnya.

Hana masih terdiam dalam pelukan Dominic, merasakan kehangatan yang entah kenapa membuatnya nyaman sekaligus takut. Ia tahu dirinya sudah melangkah terlalu jauh, tapi ada sesuatu dalam diri Dominic yang membuatnya sulit untuk mundur.

Dominic tiba-tiba tertawa kecil, membuat Hana mengangkat kepala dan menatapnya bingung. 

“Kenapa?” tanyanya.

Pria itu mengusap rambutnya pelan, menatapnya dengan tatapan menggoda. “Aku nggak ambil kesempatan, Hana.”

Hana mengerjap, belum sepenuhnya mengerti.

“Aku nggak akan melanggar batas,” lanjut Dominic dengan suara rendah. “Kecuali kamu yang maksa.”

Hana membelalak, pipinya langsung memanas.

“Domi!” Ia menepuk dada pria itu dengan kesal, tapi Dominic hanya tertawa semakin keras.

“Apa? Aku cuma bilang yang sebenarnya, aku menghargai kamu, Hana. Aku nggak akan melakukan apa pun kalau kamu nggak siap.” katanya santai. 

Hana masih menatapnya dengan wajah merah padam. Entah kenapa, ucapan Dominic membuat hatinya semakin berdebar.

Pria ini benar-benar tahu cara membuatnya merasa spesial.

Tapi justru karena itu, ia semakin takut.

Hana menunduk, menggigit bibirnya. “Kalau aku bilang aku nggak tahu apa yang aku mau?”

Dominic mendekatkan wajahnya, suaranya terdengar lebih lembut. “Maka aku akan tunggu sampai kamu tahu.”

Jantung Hana berdegup semakin cepat. Ia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Dulu bersama Dion, semuanya terasa datar, hambar. Tapi dengan Dominic, segalanya terasa begitu dalam dan nyata.

Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Domi… apa aku hanya sebuah tantangan buat kamu?”

Dominic langsung mengernyit. “Apa maksudnya?”

Hana menggigit bibirnya. “Aku lebih muda dari kamu. Aku nggak ada di level kamu. Gimana kalau kamu cuma tertarik karena aku beda dari wanita-wanita di sekeliling kamu?”

Dominic menatapnya lama sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Kalau aku cuma cari tantangan, Hana, aku nggak akan sebegini sabar sama kamu.”

Hana masih diam.

Dominic mengusap pipinya pelan, menatapnya dalam. “Aku serius sama kamu. Bukan karena kamu muda atau beda, tapi karena kamu… kamu, Farhana.”

Hana terdiam, dadanya terasa sesak oleh emosi yang bercampur aduk.

Ia ingin percaya, ingin menyerahkan hatinya sepenuhnya pada pria ini. Tapi bisakah ia benar-benar yakin?

Dominic tersenyum kecil lalu mencium keningnya lembut. “Ambil waktu kamu, Hana. Aku di sini, nggak akan ke mana-mana.”

Hana mengangguk pelan, meski di dalam hatinya, ia tahu…

Perasaan ini sudah mulai tumbuh lebih dalam dari yang ia bayangkan.

Di sebuah apartemen kecil yang disewa Sarah, suasana penuh ketegangan. Ponsel di tangannya terus bergetar, tapi tak satu pun pesan atau panggilannya mendapat balasan dari Dion.

Sarah menggigit bibirnya dengan gelisah, menahan kemarahan yang mendidih dalam dirinya.

“Brengsek!” gerutunya sambil melempar ponsel ke atas meja.

Sejak ia mengatakan bahwa dirinya hamil, Dion berubah drastis. Pria itu yang dulu selalu mengejarnya, memberi perhatian dan menghamburkan uang demi dirinya, kini justru menghindar seakan ia adalah masalah besar yang harus disingkirkan.

Sarah menekan pelipisnya, kepalanya mulai pening. Ia tak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika Dion terus menghindar, maka ia harus mengambil langkah besar.

Ia meraih ponselnya kembali, lalu mengetik pesan dengan penuh amarah.

“Kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan ke rumah orang tuamu besok. Kita lihat apa mereka bangga punya anak laki-laki pengecut seperti kamu.”

Ia menekan tombol kirim dengan tangan gemetar.

Sarah tahu, ini adalah langkah terakhirnya untuk memastikan Dion bertanggung jawab. Jika pria itu tetap mengabaikannya, maka ia akan benar-benar pergi ke rumah keluarga Dion.

Dan ia tahu betul bahwa Dion paling takut dengan ayahnya.

Setelah mengirim pesan itu, ia menunggu dengan penuh kegelisahan. Setiap detik terasa seperti siksaan.

Lima menit. Sepuluh menit.

Tidak ada balasan.

“Dion, dasar bajingan!” Sarah meremas selimutnya dengan frustrasi. 

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk.

Dion.

Sarah langsung mengangkatnya tanpa ragu. “Akhirnya kamu nelpon juga, dasar pengecut!”

Di ujung sana, suara Dion terdengar datar. “Jangan macam-macam, Sarah.”

Sarah tertawa sinis. “Oh, sekarang kamu berani bicara setelah aku bilang mau ke orang tuamu? Takut, ya?”

Dion menghela napas panjang. “Dengar, aku butuh waktu.”

Sarah memutar bola matanya. “Waktu? Kamu pikir aku punya waktu untuk menunggu? Aku hamil, Dion! Ini anak kamu! Atau kamu mau aku kasih tahu keluargamu langsung?”

Dion terdiam beberapa detik.

Lalu, suaranya terdengar lebih dingin. “Jangan main-main sama gue, Sarah.”

Sarah mencengkeram ponselnya dengan keras. “Gue nggak main-main, Dion! Besok pagi gue bakal ke rumah lo. Lo pikir gue takut?”

Dion mengumpat pelan. “Tunggu. Gue akan urus ini. Jangan nekat.”

Sarah tersenyum licik. “Gue kasih waktu sampe besok pagi. Kalau lo nggak nemuin gue sebelum itu, lo tahu apa yang bakal gue lakuin.”

Ia menutup panggilan tanpa menunggu jawaban.

Sarah tersenyum puas.

Sekarang, Dion tidak punya pilihan selain menemuinya.

Bersambung... 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!