Cinta Terlarang Yang Menggoda

Cinta Terlarang Yang Menggoda

Kejutan yang Menyakiti

Sebuah restoran romantis yang sudah didekorasi penuh dengan lilin dan bunga. Hana berdiri di tengah, mengenakan gaun merah yang dia pilih khusus untuk malam ini.

Tangan kecilnya menggenggam kotak kecil berisi jam tangan yang dia beli dengan tabungan sendiri sebagai hadiah ulang tahun untuk Dion. Matanya berbinar, membayangkan senyuman Dion saat menerima kejutan ini.

."Sebentar lagi dia datang… Aku harap dia suka kejutan ini." Hana tersenyum sambil melihat ke arah pintu

Tapi menit demi menit berlalu, Dion tak kunjung muncul. Hana mulai gelisah. Dia mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Dion, tetapi panggilannya tak dijawab.

"Mungkin dia masih di jalan…" Hana bergumam pelan.

Namun, ketika dia hendak menunggu lebih lama, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya di sudut restoran.

Dion, kekasihnya.

Tapi yang membuat napasnya tercekat adalah wanita lain yang duduk di dipangkuannya, tangannya menggenggam tangan Dion dengan erat, sesekali mencium wanita di depannya.

Wanita itu tertawa manja, sementara Dion menatapnya dengan tatapan yang dulu hanya dia berikan pada Hana.

"Jijik banget!" Jantung Hana berdetak tak beraturan. Tangannya bergetar, hampir menjatuhkan kotak kecil yang ia genggam. Dengan langkah perlahan, ia mendekat, hatinya masih berusaha menyangkal apa yang baru saja dilihatnya.

"Dion?" panggil Hana dengan suara bergetar.

Dion tersentak, wajahnya seketika memucat saat melihat Hana berdiri di hadapannya. Wanita di depannya pun tampak bingung, namun tetap menggenggam tangan Dion tanpa merasa bersalah.

"H-Hana? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Hana tertawa pahit, "Harusnya aku yang tanya, Dion. Apa yang kamu lakukan di sini… dengan dia?"

Dion terdiam, tak bisa menjawab. Matanya melirik wanita di depannya yang tampak enggan melepaskan genggamannya.

Wanita itu tersenyum miring, "Oh, jadi ini Hana? Pacar yang selama ini kamu bilang membosankan itu?"

Darah Hana seakan berhenti mengalir. Matanya membesar, bibirnya sedikit terbuka, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Matanya beralih ke Dion, berharap pria itu menyangkalnya.

Tapi Dion hanya terdiam, tak berani menatap Hana.

"Membosankan? Jadi itu yang kamu pikirkan tentang aku, Dion?" Hana tertawa getir, suaranya bergetar menahan air mata.

Dion mencoba meraih tangan Hana, tapi Hana mundur, menghindar seakan sentuhan itu adalah racun.

*Hana… aku bisa jelaskan." lirih Dion.

"Jelaskan? Jelaskan apa? Bahwa aku hanya pelarian? Bahwa aku hanya seseorang yang selama ini kamu manfaatkan?! Aku menghabiskan waktu, tenaga, bahkan hatiku untukmu! Dan ini balasan yang aku dapatkan?" bentak Hana, tidak terima.

Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh. Hana menggigit bibirnya, tak ingin tampak lebih lemah di depan pria yang telah mengkhianatinya.

Dion berbisik, "Aku… Aku minta maaf."

Hana menatap tajam, "Maaf? Setelah semua ini, kamu pikir maaf bisa memperbaiki semuanya?"

Dengan tangan gemetar, Hana merogoh kotak kecil dalam genggamannya. Ia membuka kotaknya, memperlihatkan jam tangan yang ia beli dengan penuh cinta. Namun, kini benda itu terasa tak berarti lagi.

"Aku bahkan sudah menyiapkan kejutan untuk ulang tahunmu. Tapi ternyata, kejutan yang sebenarnya datang darimu duluan." Hanna tertawa sinis.

Tanpa berkata lagi, Hana meletakkan kotak itu di meja, tepat di depan Dion. Ia menghapus air matanya, lalu berbalik dan berjalan menjauh dengan langkah mantap, meninggalkan Dion yang hanya bisa menatap punggungnya tanpa bisa berbuat apa-apa.

Hana tahu, ini akhir dari segalanya.

Sepanjang jalan, Hana hanya bisa menangisi kebodohannya. Air matanya tak terbendung, mengalir tanpa henti seperti hujan yang turun di hatinya.

Langkahnya gontai, seakan kehilangan arah. Suara kendaraan di sekitar terdengar samar di telinganya, karena pikirannya hanya dipenuhi satu hal, pengkhianatan Dion.

"Betapa bodohnya aku..." gumamnya pelan, suaranya tercekat di tengah isakan.

Dulu, Marini, sahabatnya, sudah berkali-kali mengingatkan bahwa Dion bukan pria yang baik.

Tapi Hana selalu membela Dion, selalu percaya bahwa pria itu mencintainya seperti dia mencintai Dion. Dan ternyata, hari ini semuanya terjawab.

Dion memang bukan untuknya. Dion memang bukan pria yang pantas ia perjuangkan.

Hana tertawa miris di sela tangisnya, "Marini pasti akan bilang, 'gue sudah bilang, kan?'"

Pikirannya melayang ke semua percakapan mereka. Bagaimana Marini selalu memperingatkannya, bagaimana sahabatnya selalu melihat sesuatu yang Hana pilih untuk abaikan.

Marini (beberapa bulan lalu) menatap Hana serius, "Gue nggak yakin sama Dion. Dia terlalu banyak alasan tiap kali lo butuh dia. Gue cuma nggak mau lo tersakiti, Han."

Hana tersenyum kecil, mencoba meyakinkan diri sendiri lebih dari Marini, "Dia sibuk, Mar… Lo harus ngerti dan gue percaya dia."

Marini mendesah, "Gue nggak bilang dia nggak sibuk. Tapi kalau dia beneran sayang, dia pasti selalu nyempatin waktu buat lo. Cinta itu bukan soal ada waktu atau nggak, tapi mau atau nggak, Han."

Kata-kata Marini itu kini terasa seperti tamparan keras. Benar, Dion tidak pernah mau berusaha untuknya. Sementara Hana selalu berlari ke Dion, pria itu hanya berdiri di tempat, bahkan melangkah mundur.

Sesak itu semakin menyesakkan. Hana memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan diri, tapi sia-sia. Rasa sakit itu terlalu menusuk.

Tanpa sadar, kakinya membawanya ke depan apartemen Marini. Ia menatap pintu itu ragu, takut mendengar ucapan 'Gue sudah bilang' dari sahabatnya. Tapi lebih dari itu, Hana butuh seseorang. Butuh tempat untuk menangis tanpa merasa sendirian.

Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu. Tak butuh waktu lama, pintu terbuka, dan Marini berdiri di sana dengan ekspresi terkejut. Tapi begitu melihat wajah Hana yang basah oleh air mata, ekspresinya berubah menjadi lembut.

"Hana…" lirih Marini.

Tanpa berkata apa-apa, Hana langsung memeluk sahabatnya erat, menangis di pundaknya.

Marini tak bertanya, tak menghakimi. Dia hanya membiarkan Hana menangis sepuasnya. Karena dia tahu, ini bukan saatnya berkata, 'Gue sudah bilang.' Ini saatnya menjadi tempat Hana bersandar.

Hana masih terisak di pelukan Marini, tapi rasa malu mulai menyelinap di hatinya. Ia tak sanggup mengatakan apa yang baru saja terjadi.

Mengakui semuanya hanya akan membuatnya terlihat semakin bodoh di mata sahabatnya. Marini sudah berulang kali memperingatkannya, dan sekarang Hana harus menelan pil pahit akibat kebutaannya sendiri.

Perlahan, ia melepas pelukan itu. Matanya masih basah, tapi ia memaksakan senyum kecil, senyum yang lebih mirip usaha menyembunyikan kepedihan daripada kebahagiaan.

Hana suara lirih, hampir berbisik, "Gue pergi dulu, Mar."

Marini mengernyit, menatap Hana khawatir, "Hana, lo kenapa? Lo nangis… Lo bisa cerita ke gue, apa pun itu."

Hana menggeleng cepat, menundukkan kepala untuk menyembunyikan matanya yang bengkak. Ia tak sanggup membiarkan Marini melihat betapa hancurnya dia sekarang.

Hana memaksakan suara tegar, "Nggak apa-apa. Gue cuma… butuh waktu sendiri."

Marini masih menatapnya ragu, tapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, Hana sudah berbalik dan berjalan pergi dengan langkah cepat. Ia takut jika tetap di sana lebih lama, ia akan hancur lebih dalam di depan sahabatnya.

"Gue bodoh." Hana menggigit bibirnya, menahan tangis yang kembali mengancam di tenggorokannya.

"Gue terlalu bodoh buat dengerin orang yang bener-bener peduli sama gue."

Malam itu, Hana berjalan tanpa tujuan. Tangannya menggenggam dadanya yang terasa sesak, berharap bisa menghapus rasa sakit ini. Tapi tidak peduli seberapa jauh ia melangkah, luka itu tetap ada, mengingatkannya bahwa beberapa cinta memang tak seharusnya diperjuangkan.

"Sendirian? Mau ditemani?"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mastutikeko Prasetyoningrum

Mastutikeko Prasetyoningrum

semangat buat kakak penulisnya smoga ini awal cerita yg alurnya bagus

2025-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!