Bab 2: Penguntit Resmi

Zack berpikir kalau kesepakatan mereka akan memberi sedikit ketenangan dalam hidupnya. Tapi ternyata, ia sudah meremehkan kekuatan seorang Elly Putri.

Pagi ini, seperti biasa, Zack berjalan menuju ruangannya dengan tenang. Namun, saat melewati koridor, ia merasakan sesuatu yang aneh—seperti ada yang mengawasinya.

Ia berhenti. Matanya menyapu sekeliling. Tidak ada siapa-siapa.

Mungkin hanya perasaannya.

Zack melanjutkan langkahnya. Tapi beberapa detik kemudian, ia mendengar suara langkah kaki kecil… lalu suara sesuatu yang bergeser cepat.

Zack menoleh. Tidak ada siapa-siapa.

Alisnya berkerut. Ia memejamkan mata sebentar, menarik napas, lalu mendadak berbalik cepat—

“HAH!”

Di ujung lorong, Elly langsung mematung di balik tiang, setengah badannya masih kelihatan.

Zack menatapnya tanpa ekspresi. “Elly.”

Elly bergerak pelan, mencoba mundur sedikit. “Umm… hai?”

Zack berjalan mendekat, menyilangkan tangan di dada. “Apa yang kau lakukan?”

Elly tertawa canggung. “Ehehe… mengamati dari jauh?”

Zack menghela napas panjang. “Jadi begini caramu menepati perjanjian? Mengintip dari balik tiang?”

Elly buru-buru menggeleng. “Tunggu dulu! Aku tidak melanggar perjanjian! Dokter Zack bilang aku tidak boleh menyelinap ke ruanganmu atau mengikutimu seperti anak bebek, kan?”

Zack mengerutkan kening. “Dan menurutmu ini bukan menguntit?”

Elly tersenyum lebar. “Aku cuma berjalan ke arah yang sama dengan dokter Zack! Aku bahkan menjaga jarak! Lihat, aku nggak di belakang dokter Zack seperti anak bebek, aku ada di samping tiang!”

Zack menatapnya lama, lalu memijat pelipisnya. “Ini masih pagi… dan kepalaku sudah mulai sakit.”

Elly berjalan mendekat dengan wajah polos. “Mungkin dokter Zack kurang tidur? Harusnya dokter Zack lebih banyak istirahat.”

Zack menatapnya tajam. “Aku tidak bisa istirahat kalau ada seseorang yang suka mengintip dari balik benda.”

Elly tertawa kecil. “Oh, kalau gitu aku akan mengintip lebih diam-diam!”

Zack menutup matanya sebentar, mencoba menahan diri untuk tidak mengetuk kepalanya sendiri ke tembok. “Elly, kalau kau benar-benar ingin belajar jadi dokter, kenapa kau tidak meminta ayahmu mengajarimu?”

Elly mendengus. “Ayahku terlalu sibuk mengurus rumah sakit ini. Lagipula, dia selalu bilang aku masih terlalu kecil.”

Zack mengangkat alis. “Dan kau pikir aku tidak sibuk?”

Elly tersenyum jahil. “Tapi dokter Zack lebih menarik buat diamati!”

Zack nyaris tersedak udara sendiri. “Apa-apaan alasan itu?”

Elly mengangkat bahu santai. “Soalnya dokter Zack itu beda dari yang lain. Kalau dokter lain tegas dan serius, dokter Zack tegas dan… galak.”

Zack menatapnya dengan ekspresi kosong. “Terima kasih, aku sangat tersanjung.”

Elly terkikik. “Aku nggak bercanda! Dokter Zack tuh kayak punya aura misterius gitu. Kayak… tokoh utama di novel misteri!”

Zack memijat pelipisnya lagi. “Baiklah. Aku menyerah. Terserah kau mau melakukan apa, asal kau tidak mengganggu pekerjaanku.”

Elly bersorak kecil. “Yay! Terima kasih, dokter Zack! Aku janji akan diam-diam mengamatimu dengan cara yang lebih profesional!”

Zack menatapnya dengan wajah lelah. “Aku tidak yakin itu hal yang bagus.”

Elly mengacungkan jempol. “Pokoknya dokter Zack nggak usah khawatir! Aku ini murid yang baik!”

Zack menghela napas. Hari-hari tenang sudah berakhir… dan aku bahkan tidak tahu kenapa aku masih membiarkan ini terjadi.

---

Zack mulai menyadari sesuatu—gadis ini terlalu nyaman mengganggunya.

Elly datang setiap hari setelah pulang sekolah, selalu menemukan cara untuk “diam-diam” mengamatinya. Awalnya, Zack mencoba mengabaikannya. Tapi semakin lama, semakin ia merasa seperti hewan percobaan yang diteliti oleh ilmuwan amatir.

Dan sebagai seseorang yang sudah hidup ratusan tahun, Zack tahu satu cara efektif untuk menghentikan seorang gadis yang terlalu percaya diri: membuatnya tersipu malu.

Baiklah, Elly. Kau mau bermain? Ayo kita lihat siapa yang akan kalah duluan.

---

Hari itu, seperti biasa, Elly muncul di lorong rumah sakit, mengintip dari balik dinding sambil berusaha terlihat kasual—gagal total, tentunya.

Zack, yang sudah menunggu momen ini, berjalan mendekatinya dengan ekspresi serius. “Elly.”

Elly menoleh dengan wajah cerah. “Ya, dokter Zack?”

Zack tidak langsung menjawab. Ia menatap dalam-dalam ke mata Elly, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat.

Elly tampak bingung. “Eh? Ada apa?”

Zack menghela napas pelan, lalu menatapnya seolah sedang memikirkan sesuatu yang mendalam. “Aku baru sadar sesuatu.”

Elly mengerutkan kening. “Apa?”

Zack tetap menatapnya tanpa berkedip, lalu berkata dengan suara rendah, “Kau cantik.”

Hening.

Satu detik. Dua detik.

Wajah Elly langsung memerah seperti tomat. “A-APA?”

Zack tersenyum tipis. Kena.

Elly mundur selangkah, matanya membesar. “T-tunggu, dokter Zack serius?”

Zack melipat tangan dan berpura-pura berpikir. “Hmm… mungkin aku harus mengatakannya dengan cara yang lebih romantis?”

Elly mengibaskan tangannya panik. “EHHH?! Tidak perlu, tidak perlu!”

Zack tetap mendekat, mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah Elly yang semakin terpojok ke dinding. Ia sengaja menurunkan suaranya menjadi lebih lembut. “Kau tahu, Elly… aku pernah melakukan ini ratusan tahun lalu.”

Elly masih berusaha memproses semuanya. “A-apa? Melakukan apa?”

Zack mengangkat tangannya, menyentuh dinding di sebelah kepala Elly, membuat gadis itu terjebak dalam perangkapnya. “Membuat seorang gadis tersipu malu hanya dengan kata-kata.”

Elly menelan ludah. “D-dokter Zack…”

Zack menatapnya lama, lalu tersenyum setengah. “Ah… Tapi kurasa kau masih terlalu muda untuk ini.”

Elly langsung tersedak udara sendiri. “APA?!”

Zack tertawa kecil dan mundur dengan santai. “Hah, ternyata benar. Bahkan gadis yang percaya diri sepertimu masih bisa gugup.”

Elly menatapnya dengan wajah merah padam. “DOKTER ZACK, ITU NGGAK ADIL!”

Zack hanya tersenyum puas sambil berjalan pergi. “Selamat belajar, murid kecil.”

Elly hanya bisa berdiri di tempat, masih berusaha memahami kejadian barusan.

Untuk pertama kalinya, Elly kalah telak.

---

Zack menemukan hobi baru—mengusik Elly sampai gadis itu kabur dengan wajah merah.

Setelah sukses membuat Elly tersipu kemarin, Zack jadi semakin tertarik untuk melihat reaksinya yang lucu. Biasanya, Elly selalu percaya diri, penuh semangat, dan terlalu nyaman mengganggunya. Tapi sekarang? Begitu ia memandang gadis itu dengan tatapan sedikit lebih lembut dari biasanya, Elly langsung panik seperti kucing basah.

Hari ini, Zack memutuskan untuk bereksperimen lagi.

---

Ketika ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit, ia sudah menangkap sosok kecil yang bersembunyi di balik rak brosur.

Zack tersenyum kecil. Waktunya berburu.

Ia berjalan dengan tenang ke arah Elly, lalu berhenti tepat di depan tempat persembunyiannya. “Elly.”

Elly, yang berusaha memasang wajah santai, menoleh dengan canggung. “E-eh? Hai, dokter Zack!”

Zack menatapnya dalam-dalam, matanya sedikit menyipit. “Apa kau sedang bersembunyi dariku?”

Elly langsung mengibaskan tangannya panik. “T-tentu saja tidak! Aku cuma… membaca brosur! Ya! Membaca brosur!”

Zack melirik ke tangannya. “Brosur tentang perawatan pasien lanjut usia?”

Elly menunduk dan baru sadar kalau brosur yang dipegangnya adalah tentang perawatan lansia.

“O-oh…” Elly menelan ludah. “Hehehe… ilmunya penting untuk masa depan?”

Zack menahan tawa. “Menarik. Tapi aku lebih tertarik dengan ekspresimu saat ini.”

Elly langsung menegang. “E-eh?”

Zack mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, lalu menatap matanya dengan serius. “Kenapa wajahmu merah, Elly?”

Elly mundur selangkah. “A-aku nggak merah!”

Zack tersenyum kecil. “Oh? Kau yakin?”

Ia sengaja menurunkan suaranya, sedikit lebih lembut, sedikit lebih dalam—mirip dengan suara aktor drama romantis yang sering muncul di TV.

“Apa mungkin kau merasa gugup… karena aku?”

“HUWAAAAAA!!”

Elly langsung berbalik dan lari secepat kilat.

Zack berdiri di tempatnya sambil tertawa pelan. Ini lebih menyenangkan dari yang kuduga.

---

Sejak hari itu, Elly resmi jadi pelari tercepat di rumah sakit.

Setiap kali Zack memandangnya terlalu lama… Elly lari.

Setiap kali Zack mendekat sambil tersenyum… Elly lari.

Setiap kali Zack berkata sesuatu dengan nada lembut… Elly lari sambil menutup wajahnya.

Para perawat mulai bingung melihat keanehan ini.

“Kenapa Elly selalu lari kalau melihat dokter Zack?” bisik salah satu perawat.

“Aku nggak tahu… apa dia takut sama dokter Zack?”

“Tapi dulu dia selalu menguntit dokter Zack, kan?”

Zack hanya mendengar percakapan itu sambil tersenyum puas.

Akhirnya, aku punya cara untuk membalas dendam.

Tapi tentu saja, Zack juga sadar akan satu hal…

Cepat atau lambat, gadis itu pasti akan melawan balik.

---

Sudah seminggu sejak terakhir kali Zack melihat Elly di rumah sakit.

Awalnya, ia menikmati ketenangan itu. Tidak ada lagi gadis yang mengintip dari balik tiang, tidak ada yang tiba-tiba berteriak dan lari begitu ia menatapnya, dan yang paling penting—tidak ada yang menguntitnya seperti anak bebek setiap sore.

Zack akhirnya bisa duduk santai di ruangannya, menikmati secangkir kopi tanpa gangguan.

Namun, setelah beberapa hari…

Kenapa terasa… aneh?

Zack mendapati dirinya sesekali menoleh ke pintu, seolah mengharapkan seseorang masuk dengan senyum cerah dan suara ceria. Tapi pintu itu tetap tertutup.

Tiba-tiba, kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan.

Apa dia sakit? Apa dia kena demam lagi? Atau… apa dia kehilangan minat padaku?

Zack mendadak mengerutkan kening. Kenapa aku berpikir seperti itu? Bukankah ini yang kuinginkan?

Ia menghela napas. “Aku pasti terlalu banyak bekerja…”

Sementara itu, di tempat lain…

---

Di dalam kelas, Elly duduk di bangkunya dengan tenang. Kali ini, ia benar-benar fokus belajar.

Sejak kejadian "serangan balik" dokter Zack, Elly memutuskan untuk menjaga jarak dulu. Ia sadar kalau dirinya terlalu mudah terpancing dan mulai merasa seperti mangsa di depan pemangsa.

Tapi bukan berarti dia bisa melupakan Zack begitu saja.

Elly diam-diam membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah buku harian kecil. Ia membuka halaman yang penuh coretan tangannya sendiri.

Di sana, ada foto Dokter Zack.

Elly menatapnya dengan senyum kecil. “Huhuhu… tetap saja, dia keren.”

Di sekitar foto itu, ada banyak tulisan pujian seperti:

“Dokter Zack itu misterius, tapi keren!”

“Kenapa dia bisa setampan ini?! JANGAN-JANGAN DIA VAMPIRE???”

“Matanya itu lho… serem tapi ganteng. FIX!”

“Walaupun suka bikin kesal, tetap saja aku nggak bisa nggak suka.”

Dan di sudut foto itu, ada hati kecil yang digambar dengan pulpen pink.

Elly menggigit bibirnya, lalu menggeleng cepat. “Aduh, aduh! Aku harus fokus belajar! Ini ujian akhir, aku nggak bisa mikirin dokter Zack terus!”

Ia buru-buru menutup buku hariannya, pipinya sedikit memerah.

Tapi jauh di dalam hati, ia tahu… rasa sukanya pada dokter Zack tidak akan hilang begitu saja.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1: Kedatangan Makhluk Luar Angkasa
2 Bab 2: Penguntit Resmi
3 Bab 3: Ketenangan yang Terlalu Sunyi
4 Bab 4: Pertemuan yang Tak Terduga
5 Bab 5: Perasaan yang Sulit Dijelaskan
6 Bab 6: Pasien Langganan
7 Bab 7: Perjuangan Elly Melawan 'Penyakitnya'
8 Bab 8: Elly dan Ujian Kesabaran Dokter Zack
9 Bab 9: Kompetisi Medis yang Menggelegar
10 Bab 10: Ayah Elly Datang
11 Bab 11: Fokus pada Sekolah dan Cita-cita
12 Bab 12: Tantangan Baru dan Tugas Panggilan
13 Bab 13: Mengingat yang Terlupakan
14 Bab 14: Menjalani Kehidupan
15 Bab 15: Jejak yang Tertinggal
16 Bab 16: Pertemuan Tanpa Makna
17 Bab 17: Kehilangan Separuh Kehidupan
18 Bab 18: Kehidupan yang Berkurang
19 Bab 19: Rasa Hampa di Hati
20 Bab 20: Dunia Baru Bagiku
21 Bab 21: Apakah Ini Asli Nyata (Season 2)
22 Bab 22: Rencana Balasan
23 Bab 23: Cemburu? Aku? Tidak Mungkin!
24 Bab 24: Elly vs Perasaannya Sendiri
25 Bab 25: Zack yang Gelisah
26 Bab 26: Perhatian yang Tak Terduga
27 Bab 27: Pertemuan Selanjutnya
28 Bab 28: Perasaan yang Begitu Dalam
29 Bab 29: Restu yang Diam-Diam Terucap
30 Bab 30: Rasa Malu Karena Sesuatu
31 Bab 31: Apakah Aku Sudah Mulai Gila
32 Bab 32: Hampir Terlambat Karena Kesiangan
33 Bab 33: Sesuatu yang Membingungkan
34 Bab 34: Perasaan yang Membingungkan
35 Bab 35: Momo Jadi Takut
36 Bab 36: Keheningan di Ruang Kelas
37 Bab 37: Kejadian Tidak Terduga
38 Bab 38: Seolah Tak Pernah Terjadi
39 Bab 39: Jangan Ada Harapan
40 Bab 40: Bukan Sekadar Rasa
41 Bab 41: Bayang yang Kembali (Season 3)
42 Bab 42: Bayangan yang Terwujud Nyata
43 Bab 43: Rasa Kesal
44 Bab 44: Jebakan dan Fitnah
45 Bab 45: Langkah Kecil Merubah Segalanya
46 Bab 46: Badai Bernama Elly
47 Bab 47: Momen Bahagia yang Tidak Sengaja Tertangkap
48 Bab 48: Apakah ini Rasa Nyaman
49 Bab 49: Hari Kedua Liburan
50 Bab 50: Masih Malu untuk Mengungkapkannya
51 Bab 51: Rasa yang Diam-diam Tumbuh
52 Bab 52: Ciuman Tersembunyi dan Kejutan
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab 1: Kedatangan Makhluk Luar Angkasa
2
Bab 2: Penguntit Resmi
3
Bab 3: Ketenangan yang Terlalu Sunyi
4
Bab 4: Pertemuan yang Tak Terduga
5
Bab 5: Perasaan yang Sulit Dijelaskan
6
Bab 6: Pasien Langganan
7
Bab 7: Perjuangan Elly Melawan 'Penyakitnya'
8
Bab 8: Elly dan Ujian Kesabaran Dokter Zack
9
Bab 9: Kompetisi Medis yang Menggelegar
10
Bab 10: Ayah Elly Datang
11
Bab 11: Fokus pada Sekolah dan Cita-cita
12
Bab 12: Tantangan Baru dan Tugas Panggilan
13
Bab 13: Mengingat yang Terlupakan
14
Bab 14: Menjalani Kehidupan
15
Bab 15: Jejak yang Tertinggal
16
Bab 16: Pertemuan Tanpa Makna
17
Bab 17: Kehilangan Separuh Kehidupan
18
Bab 18: Kehidupan yang Berkurang
19
Bab 19: Rasa Hampa di Hati
20
Bab 20: Dunia Baru Bagiku
21
Bab 21: Apakah Ini Asli Nyata (Season 2)
22
Bab 22: Rencana Balasan
23
Bab 23: Cemburu? Aku? Tidak Mungkin!
24
Bab 24: Elly vs Perasaannya Sendiri
25
Bab 25: Zack yang Gelisah
26
Bab 26: Perhatian yang Tak Terduga
27
Bab 27: Pertemuan Selanjutnya
28
Bab 28: Perasaan yang Begitu Dalam
29
Bab 29: Restu yang Diam-Diam Terucap
30
Bab 30: Rasa Malu Karena Sesuatu
31
Bab 31: Apakah Aku Sudah Mulai Gila
32
Bab 32: Hampir Terlambat Karena Kesiangan
33
Bab 33: Sesuatu yang Membingungkan
34
Bab 34: Perasaan yang Membingungkan
35
Bab 35: Momo Jadi Takut
36
Bab 36: Keheningan di Ruang Kelas
37
Bab 37: Kejadian Tidak Terduga
38
Bab 38: Seolah Tak Pernah Terjadi
39
Bab 39: Jangan Ada Harapan
40
Bab 40: Bukan Sekadar Rasa
41
Bab 41: Bayang yang Kembali (Season 3)
42
Bab 42: Bayangan yang Terwujud Nyata
43
Bab 43: Rasa Kesal
44
Bab 44: Jebakan dan Fitnah
45
Bab 45: Langkah Kecil Merubah Segalanya
46
Bab 46: Badai Bernama Elly
47
Bab 47: Momen Bahagia yang Tidak Sengaja Tertangkap
48
Bab 48: Apakah ini Rasa Nyaman
49
Bab 49: Hari Kedua Liburan
50
Bab 50: Masih Malu untuk Mengungkapkannya
51
Bab 51: Rasa yang Diam-diam Tumbuh
52
Bab 52: Ciuman Tersembunyi dan Kejutan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!