PML 3 - Gilang Yang Menyebalkan

Keesokan harinya, Naomi nampak keluar dari dalam kamar bersiap untuk berangkat bekerja. Seperti biasanya, Naomi tidak sarapan lebih dulu sebelum berangkat bekerja. Dia lebih suka membawa bekal sarapan paginya ke puskesmas dan memakannya setelah tiba di sana.

Saat baru keluar dari dalam rumah dan hendak mengunci pintu. Naomi mendengarkan suara keributan dari kontrakan sebelah. Rupanya keributan itu berasal dari pergerakan Gilang yang sedang mengeluarkan motor dari dalam rumah.

Naomi mengalihkan pandangan dari wajah Gilang yang kini sedang menatap ke arahnya setelah mengeluarkan motor dari dalam rumahnya. Tanpa suara, Naomi beranjak pergi meninggalkan rumah menuju puskesmas dengan berjalan kaki.

“Tumben gak ada tukang ojek yang mangkal pagi ini.” Gumam Naomi saat ia tiba di pangkalan ojek. Biasanya, Naomi menggunakan ojek untuk mengantarkannya lebih cepat tiba di puskesmas.

“Kalau begini aku gak punya pilihan selain berjalan kaki!” Mau tak mau Naomi kembali melanjutkan perjalanan menuju puskesmas dengan berjalan kaki.

Saat sedang berjalan menyusuri jalanan desa yang cukup mendaki, motor Gilang nampak melintas melewati Naomi. Meski Gilang melihat ke arah Naomi yang sedang berjalan kaki. Namun, tak membuat Gilang menghentikan laju motornya untuk memberikan tumpangan pada Naomi.

“Dia tidak pernah berubah. Selalu acuh kepadaku.” Gumam Naomi. Untuk kali ini Naomi berusaha tak menggunakan perasaan menanggapi sikap Gilang. Toh mereka memang tidak sedekat itu. Naomi juga tahu kalau Gilang tidak suka berdekatan dengan dirinya.

Hampir sepuluh menit berjalan, Naomi melintasi proyek pembangunan klinik milik Gilang. Dilihatnya Gilang sedang memasang helm pengaman sembari berbicara dengan mandor di lokasi proyek tersebut. Sejenak, Naomi terdiam di posisinya menatap wajah Gilang yang nampak serius saat berbicara dengan mandor proyek.

“Dia tidak pernah berubah. Selalu fokus saat bekerja.” Tanpa Naomi sadari, dia kembali mengingat masa lalu di saat dirinya masih suka memperhatikan Gilang hingga akhirnya menghilang dari hidup Gilang.

Menyadari kebodohannya, Naomi kembali melanjutkan langkah menuju puskesmas. Beberapa pemuda desa yang melewati dirinya terdengar memberikan tawaran untuk Naomi. Namun, Naomi menolak halus tawaran mereka.

“Dasar wanita tak tahu malu. Cuma sebagai pendatang di desa ini, tapi udah berani merebut pria yang aku sukai aja!” Gerutu Sindy saat melihat Naomi melintas di depan rumahnya.

Sejak Naomi mengabdi di desanya, Sindy merasa sangat tersaingi oleh Sindy. Bukan hanya dari segi wajah, tapi juga dari kedekatan dengan Raka. Selama ini Sindy selalu berusaha mendekati Raka. Namun, Raka seperti enggan untuk dekat dengannya. Tapi saat bersama Naomi, justru Raka yang mendekatinya.

Setelah lelah berjalan, akhirnya tiba juga Naomi di puskesmas. Meski merasa lelah, tak membuat Naomi mengeluh. Sudah menjadi resikonya bekerja di pedesaan yang minim transportasi seperti ini. Jadi Naomi berusaha untuk memakluminya.

Seperti biasanya, Naomi menikmati sarapan paginya lebih dulu sebelum memulai harinya. Dia memakan sebuah apel merah dan meminum susu untuk mengisi perutnya yang kosong.

“Kamu udah lihat belum Mas Gilang pemilik proyek pembangunan klinik yang kemarin datang ke sini?” Di saat tengah fokus bekerja, samar-sama Naomi mendengar pembicaraan para tenaga kesehatan yang sedang membicarakan sosok Gilang. Dari yang Naomi simpulkan, merek begitu mengagumi sosok Gilang dan berencana untuk mendekatinya.

“Tidak dimana-mana, selalu ada saja wanita yang menyukai Gilang.” Naomi menghembuskan napas bebas di udara. Rasanya sudah menjadi hal yang wajar jika Gilang digilai banyak wanita mengingat wajah dan postur tubuh Gilang sangat sempurna jika dilihat dari sisi manapun.

**

Waktu istirahat siang tiba, Naomi dan beberapa rekan kerjanya diajak oleh Pak Ramzi untuk makan siang bersama dengan Gilang di sebuah rumah makan. Ajaka dari Pak Ramzi tentu saja langsung diterima dengan senang hati oleh rekan kerja Naomi. Tapi tidak dengan Naomi sendiri. Dia rasanya malas untuk menerima ajakan tersebut. Apa lagi ada Gilang nantinya.

“Hai, Mas Gilang!” Beberapa rekan kerja Naomi langsung mendekati Gilang setelah berada di rumah makan untuk menyapa dan menyaliminya.

Naomi tidak melakukan hal yang sama dengan mereka. Dia memilih diam di tempat seolah enggan untuk menyapa Gilang.

“Dokter Naomi, apa anda gak mau menyapa Mas Gilang?” Tanya rekan kerja wanita Naomi.

Naomi tersenyum kaku dan mengangguk. Meski enggan, dia terpaksa menyalimi tangan Gilang. Lagi, jantungnya dibuat berdebar-debar saat melihat kedua bola mata Gilang. Apa lagi saat ini Gilang tengah menatap wajahnya dengan intens.

“Oh ya, Dokter Naomi dan Pak Gilang ini kan sama-sama berasal dari ibu kota. Apa sebelumnya kalian tidak saling mengenal?” Tanya Pak Ramzi.

Naomi tercenung. Bingung untuk menjawab pertanyaan Pak Ramzi. Sementara Gilang, pria itu menggeleng merespon perkataan Pak Ramzi.

“Kami tidak saling kenal sebelumnya.” Kata Gilang.

Wajah Pak Ramzi tersenyum. “Wajar saja kalau kalian gak saling kenal. Kan ibu kota itu luas. Gak kayak di desa ini.” Balas Pak Ramzi.

Gilang mengangguk membenarkannya. Sementara Naomi masih diam dan berbicara di dalam hati.

“Apa dia begitu membenciku sampai tidak ingin jujur kalau kami saling mengenal?”

Selama berada di rumah makan bersama Gilang dan yang lainnya, Naomi lebih banyak diam. Dia hanya sesekali merespon pertanyaan dari Pak Ramzi dan beberapa rekan kerjanya. Sementara pada Gilang, Naomi enggan berbicara dengannya. Memandangnya pun tidak.

Satu minggu berlalu, Naomi merasa perasaannya tidak bisa tenang karena Gilang masih setia berada di desa. Entah kenapa pria itu tak kunjung kembali ke kota padahal Debby bilang kalau urusan Gilang di desa hanya beberapa hari saja.

“Pergilah… pergilah kamu dari sini…” gumam Naomi dalam hati setelah lagi-lagi dia bertemu dengan Gilang di depan rumah. Andai saja dia menjabat sebagai kepala desa, Naomi pasti sudah berani mengusir Gilang pergi dari sana.

Sedikit banyaknya, Naomi heran dengan pria itu. Bagaimana tidak, tinggal di desa bukanlah hal yang menyenangkan bagi Gilang yang sudah terbiasa hidup serba berkecukupan sejak kecil. Begitu banyak fasilitas yang tidak bisa ia dapatkan dan makanan di sana juga pasti tidak sesuai dengan selera Gilang. Namun, pria itu masih saja betah berada di sana. Seolah dia sangat nyaman dan tidak memikirkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin perusahaan.

Meski posisi tempat tinggal mereka sangat dekat bahkan hanya menghitung langkah, tak membuat Naomi dan Dean saling dekat atau sekedar berbincang satu sama lain. Keduanya tetap bersikap acuh ketika bertemu, bahkan tidak pernah bertegur sapa.

Contohnya saja seperti saat ini, Gilang yang tengah duduk bersantai di teras rumah dan melihat Naomi terpeleset di teras rumahnya memilih diam saja duduk dengan nyaman di teras rumahnya seolah tidak ada kejadian apa-apa yang terlihat olehnya.

“Duh, bokongku sakit banget!” Keluh Naomi sembari berusaha berdiri tegak dari posisi duduk. Melihat Gilang sama sekali tidak peduli dengan dirinya, membuat Naomi tiba-tiba menjadi kesal.

“Apa dia gak punya perasaan sedikit saja untuk membantuku? Padahal dia pasti melihatku habis terpeleset!” Gerutu Naomi pelan sambil menatap sebal wajah Gilang yang nampak fokus menatap layar ponselnya.

***

Teman-teman, sekali lagi jangan lupa klik tombol like dan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan halaman buku ini ya. Agar shy masih tetap semangat nulis di sini🤍

Rate bintang 5nya juga jangan lupa. Terima kasih yang masih tetap setia membaca karya shy🤗

Terpopuler

Comments

Nurma septina🤍💙

Nurma septina🤍💙

Apa c Gilang emang sebenci itu sama Naomi,sampe sampe dia seperti enggk perduli sama Naomi bahkan dia begitu jutek .
Sampe sampe ada yg nanya sama dia,kenal apa enggak sebelumnya sama Naomi krn mereka sama sama dari ibu kota,eh dia bilang nya enggak.
Pasti jengkel banget jadi Naomi,krn gilang ngomong kya gitu sama dia

2025-03-11

4

Kar Genjreng

Kar Genjreng

Naomi kalau kamu jadi lurah,, berarti ibu lurah dan pak lurahnya Gilang ya,,,dan Kamu jadi dokter di klinik nanti milik Gilang,,,jadi pasangan dong Secara kan sejak lama tu Gilang inginkan Kamu jadi istri nya hehe ayo,

2025-03-11

1

faridah ida

faridah ida

perlu di curigain nih Gilang ... bisa jadi kan Gilang sebenar nya suka sama Naomi , cuma dia gengsi aja ...😜😁

2025-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 PML 1 - Pertemuan Tak Terduga
2 PML 2 - Tinggal Bersebelahan
3 PML 3 - Gilang Yang Menyebalkan
4 PML 4 - Digrebek Warga
5 PML 5 - Jalan Keluar
6 PML 6 - Tidak Punya Pilihan
7 PML 7 - Kenapa Harus Menikah Dengannya?
8 PML 8 - Tidur Di Rumah Yang Sama
9 PML 9 - Tolong Jaga Naomi
10 PML 10 - Aku Tidak Pulang
11 PML 11 - Kejadian Lima Tahun Lalu
12 PML 12 - Jangan Mengabaikannya
13 PML 13 - Menunggu Penjelasan
14 PML 14 - Jangan Ikut Campur
15 PML 15 - Aku Hanya Memastikannya
16 PML 16 - Amarah Gilang
17 PML 17 - Frustrasi?
18 PML 18 - Sudah Biasa Seperti Ini
19 PML 19 - Kepulangan Melvina
20 PML 20 - Mengabdi Kembali?
21 PML 21 - Melvina…
22 PML 22 - Aneh Sekali
23 PML 23 - Cemburu
24 PML 24 - Tidak Mau Ikut
25 PML 25 - Gilang Yang Menyebalkan
26 PML 26 - Merindukan Naomi
27 PML 27 - Sekretaris Baru Gilang
28 PML 28 - Berdebat Lagi
29 PML 29 - Tidak Perlu Mengajaknya
30 PML 30 - Menikah Ulang?
31 PML 31 - Tidak Sibuk
32 PML 32 - Apa Dia Serius?
33 PML 33 - Jangan Berbohong!
34 PML 34 - Takut Darah?
35 PML 35 - Mengintrogasi Debby
36 PML 36 - Mode Cemburunya Kambuh
37 PML 37 - Hubungan Yang Lebih Baik
38 PML 38 - Semakin Tidak Ramah
39 PML 39 - Tidak Senang
40 PML 40 - Aku Tidak Nyaman
41 PML 41 - Jantungkuuu
42 PML 42 - Melawan
43 PML 43 - Nikahi Saja Dia!
44 PML 44 - Tidak Akan Berpisah!
45 PML 45 - Jauhi Melvina?
46 PML 46 - Debby Ikut Marah
47 PML 47 - Kembali Memaafkan
48 PML 48 - Berjalan Sesuai Harapan (Sah!!)
49 PML 49 - Ridho Suami?
50 PML 50 - Meminta Hak Sebagai Suami
51 PML 51 - Unboxing!!
52 PML 52 - Sama-sama Menjaga Hati
53 PML 53 - Jangan Salahkan Naomi!
54 PML 54 - Dia Mencintaiku?
55 PML 55 - Aku Tahu Kamu Mencintainya
56 PML 56 - Drama Melvina
57 PML 57 - Apa Kamu Sudah Yakin?
58 PML 58 - Perdebatan Panas
59 PML 59 - Menjodohkan Melvina
60 PML 60 - Perjodohan
61 PML 61 - Malu-malu Mau
62 PML 62 - Bagaimana Kalau Hamil?
63 PML 63 - Jelas, Aku Mencintaimu
64 Bab 64 - Sejak Kapan Mencintaiku?
65 Bab 65 - Terpaksa Berpura-pura
66 Bab 66 - Semoga Berjodoh
67 Bab 67 - Berpikirlah, Naomi…
68 Bab 68 - Sungguh Tak Nyaman
69 Bab 69 - Pacaran!!
70 Bab 70 - Sama-sama Menjaga
Episodes

Updated 70 Episodes

1
PML 1 - Pertemuan Tak Terduga
2
PML 2 - Tinggal Bersebelahan
3
PML 3 - Gilang Yang Menyebalkan
4
PML 4 - Digrebek Warga
5
PML 5 - Jalan Keluar
6
PML 6 - Tidak Punya Pilihan
7
PML 7 - Kenapa Harus Menikah Dengannya?
8
PML 8 - Tidur Di Rumah Yang Sama
9
PML 9 - Tolong Jaga Naomi
10
PML 10 - Aku Tidak Pulang
11
PML 11 - Kejadian Lima Tahun Lalu
12
PML 12 - Jangan Mengabaikannya
13
PML 13 - Menunggu Penjelasan
14
PML 14 - Jangan Ikut Campur
15
PML 15 - Aku Hanya Memastikannya
16
PML 16 - Amarah Gilang
17
PML 17 - Frustrasi?
18
PML 18 - Sudah Biasa Seperti Ini
19
PML 19 - Kepulangan Melvina
20
PML 20 - Mengabdi Kembali?
21
PML 21 - Melvina…
22
PML 22 - Aneh Sekali
23
PML 23 - Cemburu
24
PML 24 - Tidak Mau Ikut
25
PML 25 - Gilang Yang Menyebalkan
26
PML 26 - Merindukan Naomi
27
PML 27 - Sekretaris Baru Gilang
28
PML 28 - Berdebat Lagi
29
PML 29 - Tidak Perlu Mengajaknya
30
PML 30 - Menikah Ulang?
31
PML 31 - Tidak Sibuk
32
PML 32 - Apa Dia Serius?
33
PML 33 - Jangan Berbohong!
34
PML 34 - Takut Darah?
35
PML 35 - Mengintrogasi Debby
36
PML 36 - Mode Cemburunya Kambuh
37
PML 37 - Hubungan Yang Lebih Baik
38
PML 38 - Semakin Tidak Ramah
39
PML 39 - Tidak Senang
40
PML 40 - Aku Tidak Nyaman
41
PML 41 - Jantungkuuu
42
PML 42 - Melawan
43
PML 43 - Nikahi Saja Dia!
44
PML 44 - Tidak Akan Berpisah!
45
PML 45 - Jauhi Melvina?
46
PML 46 - Debby Ikut Marah
47
PML 47 - Kembali Memaafkan
48
PML 48 - Berjalan Sesuai Harapan (Sah!!)
49
PML 49 - Ridho Suami?
50
PML 50 - Meminta Hak Sebagai Suami
51
PML 51 - Unboxing!!
52
PML 52 - Sama-sama Menjaga Hati
53
PML 53 - Jangan Salahkan Naomi!
54
PML 54 - Dia Mencintaiku?
55
PML 55 - Aku Tahu Kamu Mencintainya
56
PML 56 - Drama Melvina
57
PML 57 - Apa Kamu Sudah Yakin?
58
PML 58 - Perdebatan Panas
59
PML 59 - Menjodohkan Melvina
60
PML 60 - Perjodohan
61
PML 61 - Malu-malu Mau
62
PML 62 - Bagaimana Kalau Hamil?
63
PML 63 - Jelas, Aku Mencintaimu
64
Bab 64 - Sejak Kapan Mencintaiku?
65
Bab 65 - Terpaksa Berpura-pura
66
Bab 66 - Semoga Berjodoh
67
Bab 67 - Berpikirlah, Naomi…
68
Bab 68 - Sungguh Tak Nyaman
69
Bab 69 - Pacaran!!
70
Bab 70 - Sama-sama Menjaga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!