2

Di kota yang sama, di tempat yang berbeda. Seorang gadis sedang berlari sekuat tenaga. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan kalau tidak ada yang mengejarnya.

"Hah..., hah..., haaaah...!!"

Nafas gadis itu tersengal karena dia sudah terlalu lama berlari. Baru saja dia duduk di trotoar, telinganya samar-samar mendengar suara orang meneriakkan namanya.

"Aaleeeaaa...!! Keluar kamu...!!"

"Nggak, jangan...!!" gumam gadis yang bernama Alea itu.

Dia kembali berdiri, lalu berlari dengan energi yang belum sepenuhnya pulih. Jalanan yang sepi membuatnya bingung kemana harus pergi, dan pada siapa harus minta tolong.

"Aaleeeaaa...!!"

Suara itu kembali terdengar, dan semakin jelas saja. Tak ada pilihan lain, Alea harus mencari tempat sembunyi. Dia tidak sanggup berlari lagi. Jalanan yang dia lalui seakan tak berujung, bahkan tak ada tanda-tanda kehidupan. Suara kendaraan bermotor pun nyaris tak terdengar.

Alea terpaksa melompat ke semak-semak di tepian trotoar. Dirasa semak itu tak cukup rimbun dan tak bisa menyembunyikan dirinya. Alea melangkah lebih dalam lagi. Namun tiba-tiba...

"Aaaahh...!!!"

Bruk...

Tubuh lelahnya tergelincir dan terjatuh.

"Pa..., ma..., Aleaaa..., sakiiit..." ujarnya lirih dengan mata terpejam.

Sementara di atas sana, beberapa pria menghentikan langkah setelah mendengar suara teriakan.

"Apa itu dia?!" tanya seorang pria.

"Pasti dia. Siapa lagi." sahut rekannya.

"Itu artinya dia jatuh ke dasar lembah?" balas yang lain.

"Sial!! Ayo kita turun. Kita harus menemukan gadis itu. Dia asset berharganya si bos. Atm hidup kita juga. Dia hilang, bisa jadi nyawa kita melayang." ujar pria yang pertama bicara.

Pada akhirnya satu persatu dari mereka melompat ke semak-semak untuk mencari Alea.

___

"Harus banget sekarang?! Oh my God...!!"

Ardiaz merutuki dirinya sendiri, lantaran tiba-tiba dia ingin buang air kecil di tengah perjalanan pulang ke rumah. Tak ada pom bensin atau toilet umum, fasilitas umum itu sudah sejak tadi dia lewati. Sehingga Ardiaz terpaksa menepikan mobilnya. Setelah mengambil sebotol air mineral, dia turun dari mobilnya. Dia masuk lebih dalam melewati pembatas jalan.

Sraaak... Sraaak...

Ardiaz terdiam setelah membuang botol air yang telah kosong. Dia menajamkan indra pendengarannya. Memastikan suara itu lagi.

"Siapa?!" seru Ardiaz kemudian.

"To-long...!!" suara itu terdengar sangat pelan dan seolah tercekat di tenggorokan.

"Siapa di situ?!!" tanya Ardiaz lagi.

Tanpa rasa takut, Ardiaz mencari sumber suara itu. Baru beberapa langkah, dia mendapati seorang gadis meringkuk dalam kegelapan di antara semak-semak.

"Ya Tuhan...!! Hei..., lo kenapa...?!" Ardiaz berlari mendekatinya.

"Bawa aku pergi, sekarang. Mereka, mereka..., akan menyakitiku..." ujarnya lemah.

Melihat kondisi si gadis yang cukup mengenaskan, Ardiaz pun mengangkat tubuh lemah itu tanpa banyak bertanya. Yang penting pergi dulu, urusan lainnya dipikir nanti. Begitu yang ada di benak Ardiaz.

"Aleeeaa...!!"

Ardiaz bisa mendengar suara itu dengan jelas.

"Apa namanya Alea?"

Ardiaz menatap gadis dalam gendongannya yang sudah memejamkan mata. Entah karena lelah atau menahan rasa takut. Nalurinya berkata, gadis itu memang dalam bahaya. Dia memutuskan untuk langsung pergi dari tempat itu. Sebelum orang-orang itu menemukannya.

Ardiaz memutuskan untuk membawa gadis itu ke UGD. Karena tubuhnya penuh luka. Ardiaz menatap iba sosok yang berbaring di atas brankar. Beberapa luka sudah ditutup perban. Sedangkan luka-luka goresan kecil dibiarkan terbuka, dan sudah diberi krim luka.

"Aku dimana?" suara lirih itu terdengar menyedihkan.

"Lo di rumah sakit." jawab Ardiaz singkat.

Gadis itu, Alea, menatap sosok yang berada di sampingnya.

"Terimakasih sudah menolongku." kata Alea.

"Sama-sama." jawab Ardiaz. "Dokter bilang tidak perlu dirawat inap. Karena tidak ada luka serius. Jadi lo bisa istirahat di rumah."

"Rumah..." gumam Alea sambil menatap langit-langit rumah sakit.

"Di mana rumah lo? Gue bisa antar lo pulang." kata Ardiaz.

"Aku tidak ingin pulang..." ujarnya pelan.

Alea menoleh pada Ardiaz, dia meraih tangan Ardiaz.

Deg

Tiba-tiba Ardiaz merasakan debaran yang tidak normal di dadanya.

"Apa ini...?!!"

"Aku mohon, bawa aku pergi kemanapun. Asal jangan ke rumah. Kamu boleh bawa aku ke panti asuhan atau apapun. Asal tidak ada yang menemukanku. Aku tidak mau kembali. Aku mohon, tolong aku. Aku tidak akan melupakan budi baikmu setelah ini. Tolong...!!" tutur Alea memohon dengan air mata yang berderai.

Ardiaz berpikir keras untuk kesekian kalinya. Malam ini otaknya seakan diperas habis-habisan. Dia tidak mungkin tidak menolong gadis malang di hadapannya. Kondisinya benar-benar memprihatinkan.

"Baiklah. Untuk malam ini saja." batin Ardiaz.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!