Shevi sedang cemas di luar ruang operasi. Saat ini bundanya sedang berjuang mempertaruhkan hidup dan matinya untuk melahirkan adiknya.
Setengah jam yang lalu mami Lira menelfonya dan memberi tahu bahwa bundanya pingsan dan akan segera menjalankan opera SC karena ketubannya sudah pecah.
beruntung Karina cepatsadarkan diri sesampainya di Rumah Sakit. Sehingga Proses operasi bisa segera dijalankan.
Alvin dan maminya pun berada disana menunggu tak kalah cemasnya dengan shevi. Shera juga duduk dikursi roda didampingi oleh neneknya yang tak kalah cemas dengan yang lain.
Sudah satu jam bundanya memasuki ruang bersalin. Tapi belum ada tanda-tanda bahwa adiknya telah lahir. Dia selalu antusias ketika mengantar bundanya periksa kandungan. Selalu setia membuatkan susu untuk bundanya. Dia ingin menggantikan sang ayah yang harusnya menemani bundanya disaat-saat kehamilannya.
Dihari pemakaman ayah Shevi berjanji dalam hatinya akan melindungi keluarganya dan membuat mereka bahagia seperti yang ayah selama ini lakukan untuk mereka. Janji anak umur sepuluh tahun didepan makam ayah tercintanya.
" Shevi dududk dulu sayang.. " ajak mami Lira maminya Alvin sambil menarik tangan shevi lembut agar gadis itu mau duduk.
Karna sedari Karina sang bunda masuk ruang persalinan anak itu tak henti mondar mandir dengan wajah yang teramat khawatir.
Ada kecemasan dalam hatinya takut bunda juga meninggalkannya seperti ayah. Atau takut jika adik yang selama ini dia nantikan tidak lahir dengan selamat. Atau banyak lagi pikiran buruk yang berkecambuk di dalam otaknya.
" Shevi takut mih.. " kata shevi memeluk Lira dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Dia sudah menahan diri agar tidak menangis. Karna dia harus tegar demi kakaknya agar tidak ikutan menangis. Tapi saat mami mengajaknya duduk dia tak kuasa menahan tangisnya.
" Kamu tenang saja sayang.. Kita berdoa biar bunda bisa melahirkan dengab lancar ya " Lira mengusap punggung Shevi.
Bagi Lira semua anak Karina sudah seperti anaknya sendiri. Begitu pula sebaliknya, Alvin sudah dianggap anak sendiri oleh Karina.
Shera sebenernya juga ingin menangis sejak tadi. Dia takut bundanya tak selamat dan meninggalkan dia seperti sang ayah. Tapi tak lama kemudian terdengan suara tangis bayi dari dalam ruang persalinan. Seketika membuatanya bernafas lega.
Beberapa menit kemudian suster keluar memberitahukan bahwa operasi Karina berjalan dengan lancar. Ibu dan bayinya juga sehat semua.
Bayinya akan segera dipindahkan keruangan khusus bayi dan meminta salah satu perwakilan untuk mengadzankan sang bayi.
" Alvin.. Kamu masuk nak, tolong adzanin adek " pinta sang mami kepada anak sulungnya
" Iya mih.. " Alvin lekas masuk kedalam ruangan dan mengadzankan adik sikembar ditelinga kanan dan mengiqomahkan ditelinga kiri.
***
Satu minggu berlalu dan hari ini Karina sudah diperbolehkan pulang. Semuanya bahagia menyambut kepulangan Karina dan si kecil. Sikembar paling antusias menyiapkan semuanya dirumah untuk menyambut adik yang sudah lama mereka nantikan.
Mereka tahu bunda selalu meneteskan air matanya setiap kali menyusui adik mereka sendirian. Mungkin bunda masih terpukul dengan kepergian ayah. Mungkin bunda sedih karena seharusnya ayah yang paling bahagia dengan kelahiran putra mereka.
Dia selalu berpura-pura tegar didepan anak-anaknya. Berpura-pura bahagia agar sikembar juga bahagia dan menghilangkan duka dihati mereka.
Akan tetapi disaat malam saat dia sendiri. Karina akan menagis meraung-raung dengan ditutupi bantal agar tidak didengar siapapun.
Kehilangan suami sama saja kehilangan separuh jiwanya. Jika bukan mengingat ada tiga nyawa yang harus dia besarkan dan dia jaga. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya dan menyusul suaminya.
Tapi dia harus kuat. Kuat demi anak-anak mereka. Jika bukan dia yang memberi kekuatan siapa lagi?.
Si kecil diberi nama Rasya Jovan Shandika. Karina berharap Rasya bisa menjadi seperti yang Jovan inginkan. Dan dia berharap Rasya bisa menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggung jawab serta sayang kepada keluarganya seperti sosok sang ayah.
" Yeay adek pulang.. " teriak shevi saat melihat bunda masuk dengan nenek dan adik bayinya yang menurut dia sangat tampan seperti ayah.
Sedangkan Shera hanya mendekat tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi ada binar kebahagiaan seperti Shevi saat melihat bunda dan adiknya yang sedang digendong nenenk mereka.
" Sssttt adek lagi bobo " bunda menempelkan jari telunjuknya ke depan mulut kemudian tersenyum kearah shevi.
" Bunda adek bobo sama shevi aja ya bun.. biar kamar shevi rame. " manjanya sambil memeluk lengan bunda dan menyandarkan kepalanya
" Kalo kakak pengen kamarnya rame ajak aja kak shera sekamar sama kakak. " tawar sang bunda sambil mengusap lembut kepala putrinya yang manja ini.
" Ahh kak shera gak seru bun.. Ngomongnya pelit. " adunya sambil memanyunkan bibirnya.
Shera yang sedang mencium pipi merah adiknya hanya melirik mendengar ucapan Shevi. Dia tidak marah karena dia tahu Shevi hanya bercanda dan mereka saling menyayangi.
" Sama aku aja shev yang seru. " goda Alvin sambil menaik turunkan kedua alisnya.
" Iih ogah.. " shevi melirik sinis ke arah Alvin kemudian membuang muka.
" Kamu bilang apa Alvin! Kamu mau macem-macem sama anak bunda!." bunda menjewer telinga Alvin
" Awww sakit bunda ampun! Alvin kan cuma becanda.. " Alvin mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap telinganya setelah jeweran sang bunda terlepas.
" Dia itu adek kamu yang udah gede Alvin inget!." peringatan sang bunda.
" Kalian bukan lagi anak TK yang boleh tidur bareng seperti dulu! Apa lagi kamu udah besar Alvin. Sudah SMP sudah bisa macem-macem! "
" Hahaha sukurin abang dijewer.." kelakar Shevi melihat Alvin dijewer dan dimarahin bunda.
" Kalo mau macem - macem tar aja kalo kalian udah gede. Biar kalian berjodoh dan kita bisa jadi keluarga beneran " Lira menyahuti sambil tertawa melihat Karina yang menajamkan pandangan kearahnya.
" bercanda Rin.. sensi amat " dirangkulkan ibu yang baru melahirkan itu dan mengajaknya duduk sofa ruang keluarga dan diikutin yang lainnya.
Hari itu banyak tawa kebahagiaan dirumah itu. Banyak kebahagiaan yang hadir dengan hadirnya baby Rasya.
Hati Karina menghangat memandang anak - anaknya yang tertawa dan tersenyum bahagia. Inilah hartanya yang paling berharga yang akan selalu dia jaga. Melihat binar kebahagiaan muncul dimata anak - anak itu yang akan selalu ia usahakan untuk hadir. Karina tak ingin lagi ada tangis kesedihan.
Karena salah satu kebahagiaan terbesar adalah saat melihat senyum dan keceriaan menghias diwajah setiap anggota keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Heny Ekawati
semoga kuat bunda
2021-10-12
2
buna tianfian
hadirrrr
2021-09-14
1
Andi Nursiah Salsay
mat datang baby Rasya
2021-05-17
1