Bab 5. Peringatan!

" Ini semua karena Puang Sori tidak tegas. Dia membiarkan orang-orang dibawahnya memanjat di kepalanya." I Nintang masih mengomel.

"Sikapnya ini merugikan anaknya."

"Jangan terlalu menyalahkannya. Dia sudah sibuk selama berbulan-bulan dan mengembang tugas untuk kerajaan."Kata Puang Gau dengan lemah lembut membujuk kakak sepupunya yang terkenal tegas dan keras kepala.

" Aku juga mengambil bagian dari kesalahan ini. Aku lalai dan membiarkan anak Puang Tonggeng itu merajalela." Puang Gau menghela napas.

" Dibeberapa kesempatan di acara keluarga, dia memang sering mengisyaratkan diri sebagai nona muda keluarga La Wero.Kupikir karena dia masih anak sepupu kita, Puang Tonggeng jadi aku menutup mata."

"Siapa yang tahu, ternyata dia juga berani memasukkan hidungnya di lingkaran keluarga bangsawan."

I Nintang menyesap tehnya."Untuk apa mengatakan banyak hal. Terpenting sekarang adalah melakukan hal praktis untuk mencegah dia merajalela."

"Kakak sepupu benar." Puang Gau mengangguk mendukung perkataan I Nintang.

"Tumbuhan liar harus cepat dipangkas agar tidak merambat terlalu jauh dan tumbuh tinggi."

"Aku mengerti."

"Minta pelayan membicarakan pemulangan undangan ini keseluruhan kediaman. Biar mereka mengerti peringatanku." Perintah I Nintang.

Orang yang mereka bicarakan juga tengah berbincang di rumahnya.

Naharia sengaja memanggil anaknya untuk memberinya peringatan.

" Ramalla, kalau kamu keluar harap jaga sikapmu. Jangan bertingkah sembarangan."

"Memangnya ada apalagi, ma?."Tanya Ramalla acuh.

"I Nintang telah datang.Jangan sampai kamu membuat keributan."

"Kenapa sih, wanita tua itu datang la...."

"Ramalla!." Bentak Naharia seketika menakuti Ramalla yang nyaris terjatuh dari tempat duduknya.

"Jaga bicaramu! Kamu mau kita diusir dari keluarga La Wero?! Hha?!."

Naharia memijit dahinya, dia sakit kepala karena tingkah ceroboh anaknya.

Ramalla terdiam menghadapi kemarahan ibunya.

"Kalau kamu membuat masalah yang membuat I Nintang marah, sepuluh ayahmu tidak akan sanggup menghadapinya."

"Ingat! Kita ini hanya keluarga cabang. Belum lagi identitas ayahmu sebagai anak selir yang sangat diremehkan keluarga inti."

"Kita tidak akan memiliki jalan keluar yang baik kalau kamu tertangkap berbuat salah oleh I Nintang. Dia sangat jelas tidak menyukai keluarga kita."

Ramalla menunduk."Aku tidak berani buat masalah."

"Kamu akhirnya tahu maksud ibu." Naharia lega mendengarnya.

"Satu lagi, kabarnya puteri bungsu La Guritcie akan datang dan tinggal disini. Sebaiknya kamu berteman dengannya. Dia bisa memudahkan mu dalam pergaulan para bangsawan dimasa depan."

*****

" Puang!." Seorang pejabat rendah berlari menemui walikota.

"Undangan anda dikembalikan oleh keluarga La Wero."

Mendengar nama keluarga La Wero, La Rannu si tuan kota memusatkan perhatiannya pada pejabat rendah itu.

"Apa yang terjadi? Siapa yang datang mengembalikannya?."

"Ini adalah Ata' Sati dan ata' Jana, pelayan pribadi disisi puteri bangsawan I Nintang dan Puang Gau."

Nama I Nintang semakin membuat tuan kota waspada. Karakter I Nintang terkenal megah, tegas dan berani. Dia sangat menjunjung tinggi adab dan etika. Belum lagi, sejak muda dia dikenal sebagai pemimpin para wanita bangsawan di kota Leppang ini.

"Apa mereka menyampaikan sesuatu?."

"Keluarga La Wero hanya memiliki nona muda ke tiga di kediaman. Entah siapa nona muda yang tertulis disini."

La Rannu membaca nama di undangan.

"Kalau tidak salah, nona muda kediaman La Wero hanyalah anak bungsu La Guritcie. Memang sudah tidak ada lagi. Putri LaTodi sudah menikah dan putri pertama La Guritcie juga sudah menikah. Jadi, siapa orang yang ditulis ini?."

La Rannu membanting undangan itu.

"Puang Sibi bingung dan ceroboh. Dia benar-benar menyinggung keluarga kuat di kota." Dia marah pada keteledoran istrinya.

"Panggil kepala bagian ritus."

Pejabat rendah itu segera berlari melihat tuannya sangat marah.

"Hormat puang, keperluan apa yang bisa saya bantu?."

"Undangan untuk keluarga La Wero dikembalikan!."

"Apa yang salah?." Tanya kepala ritus bingung.

"Jelaskan padanya!." La Rannu menunjuk pejabat rendah untuk mengulang perkataan utusan keluarga La Wero pada kepala ritus.

Kepala ritus mengamati undangan itu dan mengangguk memahami situasi masalah ini.

"Puang, ini bukan undangan yang ditulis puang Sibi. Kami menggunakan tinta emas dan ini tinta perak. Ini harusnya ditulis oleh Ye Sahe, selir anda."

"Nona muda ke tiga memang satu-satunya puteri keluarga La Wero yang belum menikah. Nama dalam undangan ini juga nona dari kediaman La Wero. Dia anak La Tonggeng, sepupu La Guritcie. Anda harusnya tahu orang ini."

"Ya. Dia keluarga cabang keluarga La Wero. Pantas saja I Nintang tidak terima dia mendapat undangan tunggal layaknya keluarga inti." La Rannu manggut-manggut.

Kepala ritus tersenyum" Tapi masih ada cerita dibalik ini."

Dia memperbaiki posturnya dan mulai bercerita.

"Ibu dari puang Tonggeng adalah pelayan yang menjebak tuannya untuk naik ke tempat tidur.Setelah hamil dia memaksa dijadikan selir tapi dia hanya diangkat jadi selir rendah. Setelah istri sah meninggal, dia meminta dijadikan istri setara karena melahirkan anak laki-laki tapi dia hanya dijadikan selir utama. Makanya puang Tonggeng hanya selalu jadi putera selir."

"Ternyata begitu. Posisinya dalam keluarga hanya kerabat jauh."

"Harusnya begitu tapi mendiang ayahnya sangat dihargai dalam keluarga La Wero dan jadi kepercayaan kepala keluarga."

"Pengembalian undangan ini jelas peringatan dari I Nintang, bukan?."

"Iya. Ini peringatan buat kita untuk memberikan sikap dan perlakuan sesuai porsi seseorang dan tidak membantu mereka yang ingin meremas kedalam lingkaran bangsawan."

La Rannu mendorong undangan itu kearah pejabat rendah.

"Minta puang Sibi menangani ini. Dia harus tegas pada pembuat onar."

Wajah puang Sibi merah padam karena marah.

"Ye Sahe makin merajalela karena merasa disukai oleh Petta, bukan? Dia mendambakan posisi istri setara jadi dia ingin memiliki hubungan baik dengan keluarga kuat di kota Leppang." Ujar Puang Sibi tersenyum sinis.

"Sayangnya, dia menemukan orang yang salah. Naharia mungkin punya sedikit wewenang di kediaman keluarga La Wero tapi itu tidak mengubah statusnya."

"Sepertinya dia juga tanpa sadar menyinggung I Nintang." Ata' disisi puang Sibi angkat bicara.

"Itu hal pentingnya. Tidak ada yang berakhir baik berseteru dengan beliau." Dia menepuk lengan ata' yang berdiri di sampingnya.

" Pergi siapkan hadiah permintaan maaf yang murah hati. Aku sendiri yang akan menemui I Nintang untuk meminta maaf."

"Mengapa puang mau kesana?."

Puang Sibi tersenyum penuh makna.

"Ini kesempatan untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan baik dengan I Nintang. Pergi secara langsung adalah ketulusanku meminta maaf."

"Jangan biarkan masalah ini sampai ke telinga Ye' Sahe." Para pelayan mengangguk tanda patuh.

"Kalau hal ini sampai bocor, aku tidak akan memberi ampun."

"Pergi mencari tahu tentang rencana Ye Sahe untuk Ramalla itu."

"Ata' tinggallah disini mengatur semuanya. Aku akan keluar dengan pelayan saja."

Setelah berganti baju, puang Sibi menuju kediaman keluarga La Wero.

Walikota yang mengetahui perjalanan istrinya secara langsung untuk meminta maaf memujinya karena bijaksana dan mengutuk selirnya karena membuat masalah untuknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!