Berita kedatangan putera sulung walikota menjadi pembicaraan, terutama para gadis-gadis. Bukan hanya di sekolah bahkan para gadis keluarga Lawero, kediaman Miang juga membahasnya.
“Katanya, Laraka akan tinggal beberapa waktu disini.”
“Tentu saja, ulang tahun walikota kan sebentar lagi.”
“Kita bisa melihatnya saat ulang tahun walikota, kan?.”
“Kalau acara ulang tahunnya dibuka secara umum, kita bisa pergin kesana dan melihat putera walikota.”
“Laraka pasti makin tampan, kan?.”
“Dulu aja dia sangat tampan apalagi sekarang.”
Miang berdiri disudut bersama pelayannya mendengar para gadis mengoceh tentang anak pak walikota. Dia tidak berniat bergabung.
“Meskipun ulang tahun walikota diadakan secara terbuka. Kalian tidak akan bisa bertemu secara langsung dengan Laraka karena hanya orang tertentu yang bisa masuk aula dalam walikota.” Seorang gadis berpakaian cerah membelah kerumunan.
“Berdasarkan pengenalan ata’ Sati, dia harusnya Ramalla. Anak dari puang Tonggeng.” Miang membatin.
Puang Tonggeng sendiri adalah sepupu angkat Lagutrici, ayah Miang.
Keluarga Lawero memiliki tiga putera dan satu puteri. Latodi tinggal di ibukota sebagai jenderal tingkat dua. Kemudian, Inintan yang menikah dengan jenderal tingkat tiga dan menetap di ibukota. Dia masih kadang kembali ke kota Leppang untuk mengurus bisnis pertanian yang dulunya menjadi sumber pendapatan keluarga Lawero.
Laguritci, pejabat tingkat tiga sebagai hakim kota. Ladacong, putera bungsu yang memilih menjadi pedagang dan salah satu pedagang terkaya di kota Leppang. Dia tidak menetap di kota ini karena sering bepergian membawa dagangannya. Baik ke ibukota ataupun antar kota dan kerajaan.
Walaupun Miang adalah puteri sah keluarga Lawero, dia tidak benar-benar tinggal di kediaman Lawero.sejak kecil dia dikirim belajar dan berlatih pada keluarga dan bawahan mendiang kakeknya. Begitupun kakaknya. Setelah sampai din keluarga Laweropun, Miang jarang bergabung dengan generasi muda keluarga Lawero. Ayahnya menyediakan tempat berlatih. Selain itu, bibinya mengijinkannya berlatih di ruang latihan leluhur yang memang memperbolehkan generasi muda keluarga inti menggunakannya.
Hari ini, dia berada di aula utama karena ada pengujian level spirit murid-murid keluarga Lawero. Pengujian ini dilakukan dua kali dalam setahun. Tujuannya tentu saja mengenali bakat para generasi muda dan menyesuaikan bimbingan pada mereka. Bagi yang memiliki bakat diatas rata-rata akan dikirim ke sekolah bergengsi untuk dilatih agar nanti memiliki karir yang baik sekaligus meningkatkan status keluarga Lawero di masa depan.
Kakak Miang, Latopa, salah satu generasi muda berbakat yang telah memasuki sekolah kerajaan dan telah ikut serta berkontribusi pada kerajaan dan mendapat jabatan di militer. Karena prestasi dan jabatan beberapa anggota keluarga, kini keluarga Lawero telah melampaui empat keluarga berpengaruh di kota Leppang.
Ratusan tahun lalu, keluarga Lawero pernah menjadi keluarga bangsawan nomor satu di kota Leppang dan keluarga intinya semua tinggal di ibukota menjadi menteri. Kemakmuran keluarga membuat generasi muda menjalani kehidupan mewah dan berfoya-foya. Tak ada yang memiliki kemampuan. Perlahan, keluarga Lawero mengalami penurunan bahkan sampai dibuang ke pedesaan.
Kebangkitan keluarga Lawero semakin nyata disaat kakek Miang menjadi kepala keluarga. Kakek Miang juga perna mengatakan kalua sebenarnya, keruntuhan keluarga Lawero saat itu karena pemimpin keluarga mengambil jalan salah dengan mengusir putera sahnya, yang merupakan paman kakek Miang. Demi memberi kuasa anak dari selir kesayangannya.
Karena itu, kakek tidak mengambil selir dan selalu menentang anak-anaknya untuk memiliki selir. Kakek Wira berpendapat, memiliki banyak wanita hanya akan membuat kekacauan dalam rumah tangga.
“Nona ketiga, apa kamu sudah sejak tadi disini?.” Itu Hining, cucu penatua pertama menghampirinya.
“Tidak juga.” Ujar Miang.
Hining murid di sekolah kerajaan cabang kota Leppang. Dia dikenal cerdas dan rendah hati. Dia lebih tua tiga tahun dari Miang.
“Aku menguping obrolan yang lain.” Kata Miang mengulum senyum.
“Oh… ini tentang anak pak walikota.” Ada tawa kecil di wajah Hining. “Tampaknya dia memiliki banyak peminat di keluarga ini.”
“Apa kamu tidak?.”
Hining menggeleng.” Sepertinya tipe seperti itu tidak cocok denganku. Miang sendiri bagaimana?.”
“Aku bahkan tidak mengenalnya.”
“Miang akan bertemu juga nanti.”
“Aku tidak mau terlibat dengan hal seperti itu.”Miang tidak menyuarakannya secara jelas, hanya menggerutu dalam hati.
“Seperti penatua kedua telah datang.”
Seorang pria paruh baya diapit dua pria dewasa memasuki aula.
“Kalian semua berkumpul di tengah aula dan berbaris rapi dan tertib.” Seorang dari pria tadi berteriak mengarahkan para murid keluarga Lawero.
Penatua kedua sendiri menuju meja batu dimana terdapat sebongkah batu putih tergeletak disana. Miang memilih berada di baris belakang dan Hining menemaninya.
Ramalla yang pertama maju.
“Letakkan tanganmu dan alirkan kekuatan spiritual mu!.” Pria yang berdiri disamping penatua kedua memberi perintah.
Ramalla meletakkan tangannya dan batu putih itu bersinar kemudian menampilkan warna hijau cerah.
“Nona, kamu berhasil mencapai tingkat empat!.”
“Wah, Ramalla! Perkembanganmu cepat juga.”
“Bakatmu lumayan juga.”
Ramalla tersenyum bangga menerima pujian.
Warna energy spiritual disesuaikan dengan tingkatan yang telah dicapai.
Warna merah adalah tanda tubuh memulai pembukaan titik spiritual. Titik spiritual ini akan menyerap energy spiritual untuk membentuk inti. Bila inti telah terbentuk dalam tubuh maka aura spiritual akan berwarna merah pekat. Inti ini akan menarik energy spiritual dan memadatkannya. Pemadatan awal spiritual akan berwarna orange yang menandakan orang tersebut telah mencapai tingkat pertama spiritual.
Tingkat 1 berwarna Jingga
Tingkat 2 berwarna kuning muda
Tingkat 3 berwarna kuning gelap
Tingkat 4 berwarna hijau muda
Tingkat 5 berwarna hijau terang
Tingkat 6 berwarna biru muda
Tingkat 7 berwarna biru terang
Tingkat 8 berwarna biru gelap
Tingkat 9 berwarna ungu muda
Tingkat 10 berwarna ungu terang
Tingkat 11 berwarna ungu gelap
Tingkat 12 berwarna hitam
Pencapaian tingkat 12 adalah puncak manusia spiritual. Berikutnya, adalah tingkat spirit yang telah melampaui kemampuan manusia dan menjadi roh spirit dengan aura spiritual berwarna putih. Dari tingkat roh spirit ini, seorang spiritual bisa memilih mengolah spirit dewa atau spirit iblis. Pengelola spirit dewa akan memiliki aura spiritual berwarna emas dan pengelola spirit iblis akan memiliki aura spirit berwarna ungu kemerahan.
Tingkatan spirit dewa atau spirit iblis dilihat dari jumlah cincin yang menyelimuti tubuh mereka saat menggunakan energy spiritual.
Selain pengguna spiritual, ada juga yang tidak bisa menggunakan energy spiritual dan lebih memilih mengolah tubuh. Mereka sering disebut pendekar sejati atau manusia sejati.
Namun, ada pengelola spirit terlarang yakni pengelola spirit zatan. Spiritual Zatan memiliki aura spiritual hitam pekat dengan bias merah menyala. Spiritual Zatan menggunakan metode jahat dalam meningkatan energy spiritualnya dan mereka sangat kejam.
Kekejaman spiritual Zatan selalu membawa bencana bagi kehidupan manusia, karena itu biasanya para spiritual bergabung dan bekerjasama membasmi spiritual zatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments