Di kediaman Max ada seorang gadis yang tengah siap-siap untuk pergi ke perusahaan Andersson,karena ia mendapatkan panggilan pekerjaan dan akan melakukan interview hari ini. Sebenarnya tanpa harus bekerja, aku sudah mendapatkan penghasilan sendiri. Karena selain papa dan kakak ku yang mengirim uang setiap bulannya, aku pun memiliki pendapatan dari bermain saham dan lainnya.
Tetapi karena aku bosan. Akhirnya aku memilih untuk melamar ke perusahaan yang cukup besar, di bagian penyimpanan arsip. Tempat yang menyenangkan menurutku, karena aku bisa bekerja tanpa ada orang lain di sampingku.Sangat jarang, orang yang berminat bekerja di bagian ini.
Dan hari ini, merupakan hari pertama aku interview.
"Kak, kamu yakin akan bekerja dengan penampilan seperti ini? " Tanya Rizky menghampiri sang kakak di kamarnya , ia merasa heran lalu ia duduk di ujung ranjang sang kakak. Seraya memperhatikan Nadia, di pantulan cermin.
"Memang kenapa? " Tanya Nadia balik, membuat Rizky menghembuskan nafas pelan. Pasalnya penampilan kakaknya saat ini, seperti gadis culun. Rambut yang di ikat separo, dan menggunakan kacamata tebal. Tentunya kacamata biasa, tanpa menggunakan lensa.
"Kenapa kakak, harus menyembunyikan kecantikan dan identitas kakak? Bahkan kakak malah mengajukan lamaran di bagian arsip, dengan ijazah admin. Aneh" Komentar sang adik.
Nadia yang melihat wajah kesal sang adik, dari pantulan cermin pun tersenyum. Nadia menyudahi merias dirinya, yang hanya menggunakan pelembab di wajah dan lip balm di bibir merahnya.
" Alasan kakak memilih hidup seperti ini, dan menyembunyikan identitas ini. Adalah agar kita bisa melihat, mana orang yang benar-benar tulus dan tidaknya menerima kita. Karena tidak semua orang akan senang, dengan apa yang kita miliki" Lanjut Nadia seraya mengacak rambut Rizky.
Rizky pun mengangguk mengerti dan keluarga nya pun tak bisa melarang keputusan Nadia. Asalkan putri nya itu bahagia,itu sudah lebih dari cukup untuk mereka.
"Widih... Udah siap aja nih princessnya Max. " Ucap Dion yang baru saja pulang joging keliling komplek nya.
"widih... Udah pulang aja nih kak, ko pulang nya ga nunggu sih kak? " Tanya Nadia.
" Nunggu apa? "Tanya Dion balik, lalu meneguk minumannya.
" Nunggu di kejar anj*ng" Nadia pun menjawab dengan santai dan langsung duduk di kursi.
" Uhuk... Uhuk... "Dion pun tersedak air.
"Dasar adek durjana, ngarep banget kakak di kejar anj*ng. Di kejar bidadari dong, adem kan dengernya" Ucap Dion tak terima.
" Kan ada kak bidadari di ujung komplek, masa lupa! " Sambung Rizky yang baru saja turun..
" Ujung komplek? " Gumam Dion seraya mengingat-ngingat.
"Ck... Pura-pura lupa nih si kakak, itu loh kak. Yang bulan lalu ngejar-ngejar kakak sampe depan gerbang" Ucap Rizky mengingatkan
" Asem emang lo, sini lo! " Dion yang mengingatnya pun langsung mengejar Rizky.
"Waaa.... Mamaaaaaaa, tolong adek! " Teriak Rizky seraya melarikan diri ke belakang Nadia, mereka saling kejar-kejaran mengelilingi meja makan.
Rizky yang berlari sambil tertawa, akhirnya menyerah karena merasakan kram pada perutnya.
" Ampun... Ampun kak, aku menyerah ... aku menyerah... Hahahha" Ucao Rizky yang langsung duduk di lantai seraya memegang perutnya.
" Emang yang mana sih, ko aku ga tau" Ucap Nadia yang ikut tertawa melihat adiknya di apit di ketiak Dion.
" Tidaaaakkk... Kak Dion, bauuuuu!! " Teriak Rizky lagi.
"Itu loh kak, manusia jadi-jadian yang di ujung komplek. Yang kalo malem-malem namanya Indri, tapi kalau siang jadi Indra. Yang jualan pempek, ngomong-ngomong masalah si Indra, ko udah seminggu ini ga nampak juga? Warungnya juga mama liat tutup mulu" Ucap Elsa yang keluar dari dapur.
"Oohhhhh... Mbk Indri toh,, ciee kakak nih. Ga dapet cewe tulen, yang jadi-jadian juga di embat, hahahah. " Nadia malah semakin menggoda kakaknya .
" Ada apa emang mah, kangen banget kayanya sama calon mantu. " Tambah Rizky seraya mendudukkan dirinya di kursi.
Elsa yang ingin mengomel pun akhirnya malah tertawa mendengar ucapan anak-anaknya.
" Emang kalian adek durukan semua ya, sini lo pada" Dion pun menangkap Nadia, Rizky dan menggelitik mereka sampai benar-benar lemas dan menyerah.
" Ampun kak, ampun" Ucap Nadia dan Rizky.
"Masih mau ngejek kakak lagi? " Tanya Dion.
"Nggak kak, nggak. Cape banget mas bro" Jawab mereka lagi.
Max yang baru turun pun ikut terkekeh melihat kekonyolan putra putrinya. Ia pun melangkah mendekati Elsa dan mencium sayang kening Elsa dan Nadia, saat akan mencium Rizky dan Dion. Mereka pun berteriak....
"Noooooo papa" Teriak mereka berdua.
"So soan nolak, nanti kalian pasti bakalan rindu sama papa" Ucap Max seraya duduk di kursinya, Elsa pun mengambilkan sarapan untuk suaminya. Lalu ia pun duduk di sebelah Max.
Dion dan Rizky pun saling tatap dan kembali
beralih menatap Max lalu berjalan mendekati nya.
" Bukan kami yang di cium, tapi papa yang kami cium" Dion dan Rizky seraya menciun pipi kiri dan kanan Max, sehingga membuat Elsa iri.
" Mama ko nggak? " Tajuk Elsa
"Tentu saja mama juga" Mereka berdua pun beralih mendekati Elsa dan mencium pipi dan keningnya, begitupun dengan Nadia.
Inilah pemandangan sehari-harinya di kediaman Max, membuat Max dan Elsa tak pernah bisa melepaskan anak-anaknya. Bahkan mereka berharap, bila putra-putrinya tetaplah menjadi anak kecil yang selalu ada di sampingnya. Begitupun saat mereka melepaskan putra pertama mereka Zaidan, mereka merindukannya. Sudah 4 bulan Zaidan dan keluarga kecilnya tidak pulang menjenguk mereka.
"Kak Nadia mau papa antar? " Tanya Max
" Big no papa, Nadia mau naik si jagur. Selain cepat,Nadia juga menghindari macet" Jawab Nadia yang baru saja meminum jusnya.
"Baiklah, ayo dek kita berangkat. Assalamualaikum" Ajak Max pada Rizky, Rizky pun mengangguk. Ia mencium punggung tangan Elsa, Dion, dan Nadia, Dion dan Nadia mencium punggung tangan Max.
" Ya sudah Nadia berangkat ya. Assalamualaikum " Pamitnya setelah mengambil tas dan menggunakan jaketnya, tak lupa mencium punggung tangan Elsa dan Dion.
" Waalaikumsalam "
" Sepi lagi deh" Ucap Dion
" Emang mama ga kebutik? " Tanya Dion
"Nanti agak siangan, mama mau nerusin design mama yang sedikit lagi beres" Jawab Elsa
" Ya udah Dion masuk kamar ya ma, mau mandi. Bentar lagi Dion juga harus ke studio " Dion pun masuk kamar setelah mencium kening sang mama.
Di bawah, tepatnya di parkiran perusahaan Andersson. Nadia baru saja sampai, ia pun melepas helmnya dan mendongak melihat tingginya bangunan ini.
" Ternyata benar, perusahaan nya sama besar dengan perusahaan papa " Gumam Nadia.
Ia pun turun dari motor dan merapihkan penampilannya, ada beberapa orang terpesona pada Nadia. Wanita culun yang turun dari motor sport, tapi beuh.. Damage nya dapet mas bro!! "
" Selamat pagi" Ucap Nadia dingin.
" Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu? " Tanya resepsionis .
"Saya dapat panggilan interview hari ini" Jawab Nadia
" Atas nama siapa ya? " Tanya resepsionis lagi
"Nadia" Jawab Nadia singkat, resepsionis itu pun langsung mengeceknya.
" Oh iya, nona sudah di tunggu bu Inna di lantai 10 . Nona langsung naik ke atas saja, mari saya antar" Ucap resepsionis.
"Nggak usah, saya bisa sendiri, makasih." Jawab Nadia dan berjalan ke arah lift.
" Siapa Nis?"
" Karyawan baru,"
"Ternyata ada ya cewek kaya si bos"
"Sutttt... Jangan ngegosip ini masih pagi, mending lanjuti kerjaan kita, nanti kita malah kena lagi! "
"Iya... Iya"
.
.
.
Setelah di Interview Nadia pun menandatangani kontrak. Untuk masa percobaan, ia di kontrak selama 6 bulan. Bila pekerjaannya baik, tentu perusahaan akan memperpanjang kontrak dan menjadikan Nadia karyawan tetap.
" Jadi nama mu Nadia putri? " Nadia hanya mengangguk, dengan wajah tanpa ekspresi nya.
" Baiklah, kamu bisa mulai kerja hari ini. Kamu langsung ke lantai 21 saja, di ujung merupakan ruangan arsip dan ini kartu tanda pengenal mu. Hanya kamu yang bisa masuk ke ruangan tersebut, dengan menggunakan ini dan beberapa orang penting tentunya. Kamu satu lantai dengan pemilik perusahaan, di lantai tersebut hanya 4 ruangan. Apapun yang ada di sana, usahakan tidak bocor keluar. Jangan sampai kamu kehilangan tanda pengenal ini, mengerti? "
" Baik terimakasih " Nadia mengambil tanda pengenalnya dan segera keluar dari ruangan tersebut.
"Ku kira hanya atasan perusahaan ini saja yang minim ekspresi, ternyata ada juga perempuan dingin sepertinya. Di antara banyaknya loker yang di buka, kenapa ia lebih tertarik dengan bagian arsip? Padahal kan kalau mau, dia bisa menjadi sekertaris ke dua atau bagian lainnya. Biarlah itu menjadi urusanya. Mungkin dia memiliki alasan lain, selama alasannya tidak merugikan perusahaan. Biarkan saja!! " Gumam santi, HRD di perusahaan tersebut.
.
.
.
Ting
Pintu lift terbuka, Nadia sudah sampai di lantai 21. Di sana ada beberapa ruangan, dan ruangan tempatnya bekerja adalah ruangan paling ujung. Saat keluar, ia berpapasan dengan seorang pria yang tak kalah dingin dengannya.
Dibelakang nya ada seorang pria dan satu perempuan, yang berpenampilan sexy.
Nadia hanya melihatnya sekilas dan sedikit mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya. Ia tau siapa mereka, CEO , Asisten dan Sekertaris.
Namun tak terlalu peduli, di sini ia hanya bekerja untuk mengisi hari-harinya.
" Siapa dia? " Tanya CEO perusahaan tersebut, seakan pernah melihatnya tapi dimana. Sang asisten melihat kebelakang. Kemana Nadia masuk, ternyata ia masuk ke ruangan paling ujung.
" Dia karyawan baru bagian arsip" Jawab sang asisten.
"Cari tahu tentang karyawan baru itu" Jawab Kevin, Doni pun mengangguk.
Bang itu cewek yang menolong mu semalam,apa karna dia cupu? Makanya tidak terlalu di perhatikan,yakin bang ga kenal?
Pintu lift terbuka, mereka pun masuk ke dalam kotak besi tersebut. Karena hari ini ada pertemuan, dengan klien nya di luar perusahaan.
Saat masuk ke ruangan arsip, Nadia menghembuskan nafasnya pelan. Untung ruangan ber Ac, sehingga tidak ada debu di sini. Untuk mempermudah pekerjaannya, Nadia mulai menyusun file sesuai abjad dan juga tahun. Dari rak satu, ke rak lain.
" Wahh... Banyak juga raknya, tentu saja inikan perusahaan besar" Gumam Nadia, ia melanjutkan pekerjaannya dengan bersenandung mengikuti musik yang terputar di telinganya.
Yups, ia bekerja dengan memasang headset di kedua telinganya. Terkadang kepalanya bergerak, sesuai nada yang ia dengarkan. Nadia mulai menikmati pekerjaannya, lebih tepatnya karena tidak ada yang mengganggu pekerjaannya.
Tugasnya tidak terlalu berat, namun memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Menjaga dan memelihara arsip fisik dan digital agar tetap teratur, mudah di akses, dan terjaga keamanan yang mengklasifikasikan, mengindeks, dan memberi label pada dokumen dan data perusahaan. Memastikan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan, dan prosedur pengarsipan yang relavan.
Tak terasa waktu istirahat telah tiba, ia meregangkan tubuhnya.
" Waktunya makan siang, ayo kita mencari makanan. Masih ada 3/4 lagi, tapi ini menyenangkan. Sebaiknya aku mengisi perutku terlebih dahulu, sebelum aku di demo oleh para penghuni lambung. "
Nadia merapihkan beberapa arsip yang ada diatas meja, lalu keluar. Pintu yang akan terkunci secara otomatis, namun Nadia tetap memastikan pintu itu benar-benar terkunci. Setelah yakin, ia pun melangkahkan kakinya untuk masuk lift dan turun.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai 1, dimana ada kantin. Nadia melihat ke segala penjuru, penuh. Ia tak suka, ia pun melihat ke pergelangan tangannya yang terpasang petunjuk waktu.
" Masih ada 50 menit, sebaiknya aku cari makan di luar saja" Nadia memilih untuk keluar perusahaan, tak jauh dari sana ada rumah makan sederhana. Ia masuk dan menempati tempat duduk paling belakang, ia pun memesan makanan dan minuman.
" Murah banget harga makanan di sini, semoga rasanya cocok dengan lidahku" Ucapnya.
Sembari menunggu, Nadia memilih untuk membuka ponsel khusus dirinya bermain saham. Mengecek perkembangan hari ini, ia pun tersenyum puas.
Isi rekeningnya kembali terisi dengan uang, uang dan uang. Tak lama, makanan yang ia pesan pun datang.
" Terimakasih " Ucap Nadia tanpa ekspresi,. Ia pun menyantap makan siangnya, Nadia menganggukan kepalanya.
" Enak, aku suka" Ia terus memakan makanan tersebut, sampai tak tersisa. Setelahnya, ia membayar makanannya dan keluar dari tempat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments