Raisa terkejut melihat wanita paruh baya yang sudah lama tidak dirinya lihat. Bagaimana wanita paruh baya itu bisa tahu tentangnya? Mereka sudah lama tidak bertemu, bahkan sejak Raisa dan Zion kecil Rhea meninggalkan mereka. Kenapa wanita paruh baya itu dapat mengenalinya?
"Maaf, mungkin anda salah orang." Raisa mencoba menghindari Rhea, tetapi wanita itu justri menahan tangannya. Terpaksa, Raisa menghentikan langkahnya dan beralih menatap Rhea.
"Maaf, saya bukan Raisa! Lepaskan!" Seru Raisa berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Rhea.
"Tadi kamu memanggilku mama, Raisa! Mama juga melihatmu di acara pernikahan Zion! Mama tahu, itu kamu!" Sentak Rhea dengan tatapan tajam. Ia melihat pernikahan Zion di tayangkan di media, dan dirinya melihat Raisa yang hadir dan di perkenalkan sebagai kakak dari Zionathan Axelo.
"Mama mau apa menemuiku?" Tanya Raisa dengan mata berkaca-kaca. Sekian lama, wanita paruh baya itu menemuinya. Hal yang tak pernah dia pikirkan sebelumnya. Sebagai seorang anak, tentu dia merindukannya. Merindukan sentuhan hangatnya dan perhatin sayangnya. Namun, dirinya harus menelan pil pahit jika Rhea sudah memiliki kebahagiaannya sendiri.
"Tolong bantu adik tirimu keluar dari penjara yah, nak. Minta Zion untuk membantunya keluar, masa depan adikmu itu masih panjang. Sudah cukup Zion menyakitinya dengan merebut istri dan anaknya. Mama tak akan meminta Zion menceraikan Naya, tapi ... tolong bantu keluarkan Rayyan dari penjara."
Raisa kaget mendengar permintaan sang mama yang menurutnya sangat aneh. Dia di minta membantu adik tirinya, sementara mama nya itu tak pernah ada untuknya di tengah kesulitan yang dia hadapi. Bagaimana mungkin, ada ibu sepertinya?
"Adik? Adikku hanya Zion! Putra mama itu pantas masuk penjara karena telah merugikan orang lain! Aku tidak akan meminta Zion untuk membebaskannya, walaupun Zion bisa melakukannya!" Sentak Raisa dan berniat akan pergi.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba Rhea berseru keras. Lobi rumah sakit terlihat sepi, hanya ada keduanya saja. Tentunya, suara Raisa terdengar menggema. Membuat langkahnya terpaksa berhenti dengan hatinya yang terasa berdebar.
"KAMU LUPA SIAPA YANG MELAHIRKAN KAMU RAISA?! KAMU SEORANG DOKTER KANDUNGAN BUKAN?! KAMU JUGA SEORNG IBU! KAMU TAHU RASANYA MEMPERTARUHKAN NYAWA DEMI ANAK! TAPI ANAK YANG DI LAHIRKAN JUSTRU MEMB4NGKANG SEPERTIMU!"
Air mata Raisa menetes membasahi pipi mulusnya. Tak ada kata yang menyakitkan di bandingkan apa yang Rhea katakan saai ini padanya. Raisa tak seperti Zion yang bisa hanya mengedepankan rasa dendamnya. Dia tak sekuat Zion untuk menerima semua perkataan yang sangat menyakitkan.
"Bagaimana kalau putrimu melawanmu hah?! Mama ini mama kandungmu! Mama yang sudah melahirkanmu! Apa tidak bisa kamu membantu Mama sedikit saja?! Kamu tahu kan, tak ada hal yang bisa membalas pengorbanan seorang ibu melahirkan anaknya! Kecewa Mama sama kamu!" Teriak Rhea dengan suara bergetar.
Kedua tangan Raisa terkepal kuat, menahan rasa sakit di hatinya. Ia tahu, dan paham akan perjuangan seorang ibu melahirkannya. Hatinya pun tercubit sakit, dia terluka tapi tak bisa menjelaskannya.
Tiba-tiba Rhea memegang tangan Raisa, dan menatap nya dengan sorot mata sendu. Wanita paruh baya itu selalu bisa memasang ekspresi sedih yang membuat Raisa terbawa akan perasaan.
"Tolong nak ... bantu Mama, Rayyan sudah tak memiliki siapa-siapa lagi selain Mama. Siapa yang membantunya jika bukan Mama? Mama minta tolong padamu, bujuk Zion yah?"
Seperti terhipnotis dengan tatapan sang mama. akhrinya Raisa mengangguk. "Aku akan mencoba berbicara dengan Zion." Ucapnya.
Senyuman Rhea mengembang, ia lalu memeluk Raisa begitu saja. "Terima kasih, nak! Terima kasih!"
Lagi-lagi air mata Raisa menetes, pelukan hangat Rhea yang sudah lama tak pernah dirinya rasakan kembali ia rasakan. Ia tidak dapat membohongi hatinya, dia merindukan pelukan wanita yang berstatus sebagai ibu kandungnya. Terlepas, dari kesalahan wanita paruh baya itu.
"Kenapa aku tak pernah bisa membencimu, Ma." Batin Raisa.
.
.
.
Zion berniat akan pulang, tapi dia memastikan dulu di depan gedung perusahaannya sudah tidak ada lagi orang-orang rusuh yang meminta penjelasannya mengenai hubungannya dengan mantan istri dari seorang aktor. Sungguh, pagi tadi dia sangat tertekan saat para awak media itu mencoba mendekatinya.
"Tuan, anda membuat masalah sendiri." Celetuk Xander yang kini bersandar di jendela.
"Memangnya masih ada orang-orang kurang kerjaan itu?" Tanya Zion penasaran.
"Sudah tidak ada, tapi besok mungkin akan kembali lagi. Seharusnya anda tidak mempuublishnya dulu sebelum gosip perceraian nona mereda. Jadi begini kan, ribet."
Perkataan asistennya membuat Zion merasa tersinggung, seolah pria itu menyalahkannya atas apa yang terjadi. "Jadi kamu menyudutkanku?! Salahku begitu?!"
"Eh?!" Xander mendadak merasa panik, takut gajinya kembali di potong.
"Sudahlah, wajahmu selalu membuatku kesal!" Zion memilih pulang saat itu juga. Apalagi, waktu sudah semakin larut. Tapi saat sampai di pintu, dia sempat-sempatnya berbalik.
"Ingat Xander, besok kamu harus urus manusia-manusia pengganggu itu! Jangan sampai, aku datang ke perusahaan mereka masih ada! Jika tidak, gajimu akan ku potong!" Titah Zion sebelum berlalu pergi meninggalkan Xander yang terbengong karena perintah sang bos.
"Apa-apaan dia? Dia yang membuat masalah, tapi aku yang harus menyelesaikannya? Astaga, jika dia bukan bosku maka aku akan layangkan sepatu ini ke wajahnya agar dia sa ...,"
"Kau bicara apa?" Raut wajah Xander berubah pias, ia berpikir jika itu adalah suara sang bos. Namun, saat berbalik, seketika raut wajah tegangnya tadi bergantian dengan tatapan datar.
"Kenapa kamu mengagetkanku hah?!" Sentak Xander kesal pada sekretaris Zion itu.
"Hehe, maaf." ucapnya dengan raut wajah tanpa salah.
Sementara itu, Zion baru tiba di rumahnya. Ia melangkah masuk sembari membuka kancing jasnya. bertepatan dengannya, dia melihat Raisa yang baru saja pulang. Zion sempat menghentikan langkahnya untuk menyapa Raisa.
"Lembur kak? Lagi banyak pasien?" Tanya Zion yang mampu menghentikan langkah Raisa.
"Aah iya, lagi banyak pasien." Ucap Raisa sembari tersenyum tipis.
Zion merasa dirinya melihat mata Raisa yang sembab, apa dirinya salah lihat? Ingin bertanya, tapi Zion rasa saat ini bukan waktu yang pas. Kakaknya itu terlihat lelah, mungkin dia akan menundanya.
"Baiklah, kalau gitu aku ke kamar dulu."
"Zion, tunggu!" Raisa menghentikan Zion yang akan melangkah pergi.
Satu alis Zion terangkat, matanya menatap Raisa dengan tatapan bertanya. Dirinya merasa, ada hal penting yang ingin kakaknya itu bicarakan. "Ada apa?" Tanya nya.
Raisa terlihat gugup, ia mengusap belakang lehernya dan beralih mengusap tangannya. Zion menyadari keanehan dari kakaknya, tapi dia berusaha menunggu sampai wanita itu siap mengatakan sesuatu padanya.
"Zion, bisakah kakak minta kamu membebaskan ... Rayyan?"
"Apa?" Ekspresi Zion berubah dingin, sorot matanya terlihat menyeramkan. Nada suaranya yang pelan tapi penuh tekanan, membuat Raisa panik.
"Kamu sudah merebut istri dan anaknya, sudah cukup membalaskan dendammu bukan? Kakak tidak ingin kamu terus menerus tinggal di pusaran dendammu. Juga ...,"
"Wanita itu menemui kakak?" Sepertinya tebakannya tepat sasaran, Zion sapat melihat ekspresi terkejut dari kakaknya itu.
"Jawabanku ... Tidak akan pernah!"
____
Siapa yang kesal sama Rhea🤣🤣
Di dunia nyata ini ada ibu seperti Rhea, korban anaknya temen ku sendiri🙃 Tapi dia gak kayak Zion kok kawan, pasrahan dia kayak si Raisa jadi gemes sendiri aku🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Alistalita
Raisa juga lebih berat ke Ibu dibanding dengan Zion, Bukan hanya ada yang namanya anak durh4ka. Orang tua pun lebih durh4ka kalau mereka tidak menunaikan segala kewajibannya.
Ingat disini Rhea lebih bertanggung jawab dengan anak sambungnya, dibanding Raisa dan Zion yang jelas2 anak kandungnya sendiri.
Raisa sudah dewasa tahu mana yang baik dan gak baik, Rhea sudah bukan tanggung jawab Raisa lagi. lagipula selama ini Beliau gak berbuat apa2, gak malu apa datang2 minta bantuan demi Rayyan yang jelas2 berbut salah pula.
Raisa jangan goyah, Selama ada Zion semuanya akan baik2 saja. Karakter Ibu kandung malah seperti Ibu tiri.
2025-03-12
33
Noona Han
Di duniaku ada yg gini thor "Ibunya (sebut saja rea) selingkuh, selingkuhannya itu punya anak, da kebetulan anaknya tuh adik tingkat dari anak bu rea itu, anak ibu rea tuh tau ibunya selingkuh tp kan masih anak² baru smp, mau bilang malu, kalai dia tau kelakuan ibunya, to suka bantah² pdhal dulunya kalem, mungkin itu cara mengekspresikan kekecewaan terhadap ibunya, eh pas anak dari selingkuhannya lulus sd mau masuk smp, dg PD si ibu rea tuh nyuruh anaknya buat mantau perkembangan anak selingkuhannya , ketrima apa tidak di sekolahan yg sama 😂 anaknya males kan, ya dia tetep liat tp pas dtanya jawabnya gak tau, gak mau ngurusin.
eh di omelin habis²an lho anaknya 😂🤣 sakit hati bgt anaknya pas itu
2025-03-12
1
biby
aku d kubu zion..... si raisa terlalu baper sdh jls2 yg d perjuangkn anak tirix, anak kandungx g d hiraukan malah jagain anak orang. harusx raisa mikir meskipun g dendam tp g usah ikut campur biar itu jd urusan mak tirix si rayyan mw usaha kek gmn bwt belain anak tirix
2025-03-12
6