Sepi

Reyhan pulang lebih larut dari biasanya. Pertemuan dengan klien membuatnya lelah, tetapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Surat perceraian dari Mira masih tersimpan di dalam laci kantornya. Dia belum menandatanganinya. Bukan karena ragu, tetapi karena ada sesuatu yang mengganjal.

Dia membuka pintu rumah dan menemukan kegelapan menyambutnya. Tidak ada suara langkah Mira, tidak ada pertanyaan seperti biasanya, tidak ada makanan di meja makan. Rumah itu terasa seperti bangunan kosong yang tak berpenghuni.

Helaan napasnya terdengar di keheningan.

“Mungkin dia sudah tidur,” gumamnya pada dirinya sendiri.

Dia naik ke lantai atas dan mendapati kamar utama dalam keadaan gelap. Biasanya, meskipun dia bersikap dingin, Mira tetap menyalakan lampu.

Tapi tidak kali ini.

Ketika dia menyalakan lampu, pandangannya langsung tertuju pada Mira yang duduk diam di tepi ranjang. Perempuan itu tidak menyadari kehadirannya atau mungkin memang tidak peduli.

“Kenapa gelap-gelapan?” tanyanya, suaranya terdengar datar.

Mira menoleh, matanya terlihat kosong. Namun, tak ada air mata. “Aku hanya tidak ingin menyalakan lampu.”

Reyhan mendengus. “Dramatis sekali. Apa ini bagian dari gertakanmu?”

Mira tidak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum kecil, senyum yang tidak bisa Reyhan artikan.

“Kalau aku benar-benar menggugat cerai, apakah kamu akan menyesal?”

Reyhan mengangkat alis. “Kenapa aku harus menyesal?”

Mira menghela napas panjang. “Kalau begitu, aku akan pergi.”

Reyhan menatapnya dengan tatapan tajam. “Kamu bisa pergi sesukamu, Mira. Aku tidak pernah menahannya.”

Mira berdiri, langkahnya ringan menuju lemari. Dia membuka pintunya, mengambil koper kecil, dan mulai memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya. Reyhan menatapnya tanpa ekspresi, berpikir bahwa ini hanya gertakan lain.

“Kamu benar-benar ingin pergi?” tanyanya akhirnya.

Mira berhenti sejenak sebelum menjawab, “Iya.”

Reyhan tertawa kecil, nada suaranya penuh ketidakpercayaan. “Sejak kapan kamu bisa pergi tanpa menoleh ke belakang?”

Mira menutup kopernya dan menatap Reyhan. “Sejak aku sadar kalau aku sudah melakukan segalanya untuk seseorang yang tidak akan pernah peduli.”

Tatapan mereka bertemu. Reyhan tidak berkata apa-apa.

Mira menarik napas dalam dan mengambil kopernya. Tapi saat dia melewati Reyhan, pria itu tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya.

“Kamu tidak akan pergi ke mana-mana,” katanya, suaranya lebih dingin dari biasanya.

Mira menatapnya dengan tenang. “Kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan?”

Reyhan diam. Untuk pertama kalinya, dia tidak tahu harus berkata apa.

Mira tersenyum samar, lalu perlahan melepaskan cengkeraman Reyhan dari tangannya.

“Aku akan tinggal sampai surat perceraian selesai. Setelah itu, kamu tak perlu melihatku lagi.”

Dan untuk pertama kalinya, Reyhan merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya. Sesuatu yang aneh dan tak bisa dia jelaskan.

Reyhan melepaskan cengkeramannya dengan kasar, matanya menatap tajam ke arah Mira.

"Kalau kau mau pergi, pergilah," katanya dingin. "Aku tidak akan menahanmu."

Mira menatapnya, mencari sesuatu di mata suaminya. Harapan kecilnya masih tersisa, berharap ada keraguan di sana, berharap Reyhan akan menarik kembali ucapannya. Tapi yang ia temukan hanyalah kekosongan dan rasa muak.

"Baik," jawab Mira pelan, suaranya hampir tidak terdengar.

Ia meraih kopernya, berjalan melewati Reyhan tanpa menoleh lagi. Tapi sebelum dia mencapai pintu, suara Reyhan kembali terdengar.

"Jangan kembali," katanya, suaranya begitu dingin hingga membuat dada Mira terasa sesak.

Tangannya mencengkeram gagang pintu, berusaha keras untuk tidak menangis.

"Baik," jawabnya lagi, lalu membuka pintu dan melangkah keluar.

Langkahnya terasa berat, seakan seluruh tenaganya menghilang. Dia tidak tahu harus ke mana. Rumah ini adalah satu-satunya tempat yang ia kenal sejak menikah. Tapi kini, Reyhan sudah mengusirnya.

Saat ia keluar ke halaman, angin malam menyambutnya dengan dingin. Ia mendongak ke langit, menahan air matanya agar tidak jatuh.

Dari balik jendela kamar, Reyhan menatap kepergiannya tanpa ekspresi. Namun, dalam dadanya ada perasaan aneh yang mulai mengusik. Sesuatu yang tidak bisa ia pahami.

Mira benar-benar pergi.

Dan untuk pertama kalinya, Reyhan merasa rumah itu lebih sunyi dari sebelumnya.

Suara dering ponsel membangunkan Reyhan dari tidurnya. Ia mengerjap, merasa sedikit pusing. Ponselnya masih terus berdering di atas nakas. Dengan gerakan malas, ia meraihnya.

"Bimo," gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar.

Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Rey, pengacara Mira ingin bertemu denganmu," suara Bimo terdengar di seberang sana.

Reyhan mendadak tersadar sepenuhnya. Ia duduk tegak di ranjangnya, merapikan rambutnya yang berantakan.

"Pengacara Mira?" tanyanya dengan suara rendah.

"Ya. Aku tadi dapat kabar kalau Mira sudah menemui pengacaranya sejak kemarin. Sepertinya dia benar-benar serius ingin bercerai, Rey," Bimo menekankan kalimat terakhirnya, seakan menunggu reaksi Reyhan.

Reyhan terdiam sejenak. Matanya menatap kosong ke arah ruangan yang terasa lebih sepi dari biasanya. Sejak Mira pergi, rumah ini terasa lebih dingin, tapi ia tak mau mengakuinya.

"Jadi dia benar-benar melakukannya," gumam Reyhan, lebih kepada dirinya sendiri.

"Aku bisa mengatur pertemuan dengan pengacaranya kalau kamu mau," kata Bimo hati-hati.

Reyhan mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.

"Tidak perlu," jawabnya dingin.

"Rey—"

"Dia yang ingin pergi, kan? Dia yang menggugat cerai, biarkan dia menyelesaikannya sendiri. Aku tidak akan menemui siapa pun," potong Reyhan tegas.

Bimo mendesah di seberang telepon.

"Kau yakin?"

"Aku yakin," Reyhan menjawab tanpa ragu.

Tapi saat panggilan itu berakhir, ia tetap duduk di tempatnya, diam dalam kebisuan.

Mira benar-benar ingin mengakhiri semuanya.

Namun, jika itu benar yang dia inginkan, kenapa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!