Mira duduk di ruang kerja ayahnya, menatap pria itu dengan tatapan tajam. Ario Sindu, ayahnya, pria yang selalu terlihat tenang dan penuh kendali, kini duduk dengan ekspresi sulit ditebak.
“Ayah… Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Arini.” Mira menghela napas, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar.
Ario mendongak, matanya sedikit menyipit. “Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan ini?”
“Aku punya alasan. Aku merasa ada yang disembunyikan. Kecelakaan itu… aku merasa ada yang tidak beres.” Mira menggigit bibir.
Ario terdiam. Wajahnya tetap dingin, tapi jemarinya mengetuk meja perlahan. “Mira, ada hal-hal yang lebih baik tidak kamu ketahui.”
Jawaban itu hanya membuat Mira semakin curiga.
“Jadi memang ada sesuatu? Apa yang ayah sembunyikan?” Mira menajamkan tatapannya.
Ario menghela napas panjang. Dia menatap Mira, lalu berdiri, berjalan ke arah jendela besar di belakang meja kerjanya.
“Kematian Arini… bukan kecelakaan biasa.”
Jantung Mira berdetak lebih cepat. “Apa maksud ayah?”
Ario menoleh, sorot matanya tajam. “Arini tidak meninggal karena kecelakaan biasa, Mira. Dia menghilang sebelum kejadian itu. Mayatnya ditemukan dalam kondisi yang aneh. Seakan-akan…” Ario terhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada pelan, “Seakan-akan ada seseorang yang ingin memastikan dia tidak kembali.”
Mira menelan ludah.
“Seseorang?”
Ario menatapnya lekat-lekat. “Kamu masih terlalu naif, Mira. Dunia ini lebih kejam dari yang kamu bayangkan.”
“Tapi siapa yang menginginkan Arini mati?” Suara Mira bergetar.
Ario tidak langsung menjawab. Dia kembali duduk dan meraih sebatang rokok, menyalakannya dengan tenang. Asap tipis mengepul di udara.
“Keluarga Pratama…” gumamnya akhirnya.
Mira membelalakkan mata. “Reyhan?”
Ario tersenyum tipis, tapi tidak menjawab.
Mira merasakan tubuhnya membeku. Jika itu benar… apakah Reyhan menikahinya hanya untuk membalas dendam? Apakah semua ini hanya permainan kejam belaka?
Ataukah ada rahasia yang lebih dalam… yang bahkan Reyhan sendiri tidak menyadarinya?
Mira berdiri terpaku di depan meja kerja ayahnya. Pikirannya berputar cepat, mengolah setiap kata yang baru saja diucapkan Ario.
“Jadi keluarga Pratama ada hubungannya dengan kematian Arini?” suara Mira bergetar, tetapi matanya menuntut jawaban.
Ario menghela napas panjang, lalu menatap putrinya dengan ekspresi yang sulit dibaca.
“Bukan hanya keluarga Pratama, Mira. Aku sendiri juga terlibat.” katanya pelan.
Dada Mira terasa sesak. Dia melangkah mundur selangkah, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Ayah?”
Ario menatapnya tajam. “Arini tahu sesuatu yang seharusnya tidak dia ketahui. Itu sebabnya dia menjadi target.”
Mira menelan ludah. “Tahu apa?”
“Dia mengetahui kesepakatan gelap antara aku dan ayah Reyhan, Hartono Pratama.”
Mata Mira membulat. “Kesepakatan apa?”
Ario mengisap rokoknya dalam-dalam sebelum melanjutkan. “Dulu, aku dan Hartono bekerja sama dalam proyek besar. Namun, ada sesuatu yang salah… sesuatu yang bisa menghancurkan kami berdua jika terbongkar.”
Mira merasakan jantungnya berdebar semakin kencang.
“Arini tidak sengaja menemukan dokumen yang membuktikan bahwa proyek itu ilegal. Dia mengancam akan membocorkannya.”
Mira menggigit bibir. “Jadi, ayah dan Hartono Pratama…”
Ario menatapnya dalam-dalam. “Aku bersumpah, aku tidak ingin Arini mati.”
“Tapi dia mati.”
Keheningan menyelimuti ruangan itu.
“Aku tidak tahu siapa yang benar-benar menghabisinya, Mira. Tapi setelah Arini menghilang, Hartono juga mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Aku yakin ini bukan kebetulan.” suara Ario melemah.
Mira memejamkan mata. Ada seseorang di balik semua ini… seseorang yang menarik semua benang dari balik bayangan.
Dan kini, Mira menyadari sesuatu.
Reyhan kehilangan ayahnya tak lama setelah Arini menghilang. Jika benar keluarga Pratama ada hubungannya dengan ini, maka bukan tidak mungkin Reyhan juga menjadi korban dari permainan kotor ini.
Mira mengepalkan tangan.
Dia harus mencari tahu kebenaran yang sebenarnya.
Dan satu-satunya orang yang bisa memberinya jawaban… adalah Reyhan.
Mira keluar dari ruangan ayahnya dengan langkah tergesa. Pikirannya berkecamuk. Setiap kata yang keluar dari mulut Ario terasa seperti potongan puzzle yang belum tersusun sempurna.
Arini tidak sekadar mengalami kecelakaan. Ada sesuatu yang lebih besar di balik kematiannya.
Mira menekan ponselnya, menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantunya, Bimo.
Di sebuah kafe, Mira duduk berhadapan dengan Bimo, sahabat Reyhan sekaligus orang yang paling dekat dengan keluarga Pratama setelah Hartono meninggal.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Arini?" tanya Mira tanpa basa-basi.
Bimo mengangkat alisnya, tampak enggan membahas topik ini. "Kenapa tiba-tiba kamu menanyakannya?"
"Aku butuh jawaban, Bimo. Ini tentang kakakku."
Bimo terdiam sejenak sebelum akhirnya bicara. "Arini… dia tidak langsung meninggal dalam kecelakaan itu, Mira."
Mira menahan napas. "Apa maksudmu?"
"Reyhan menemukannya dalam keadaan terluka parah," lanjut Bimo. "Dia sempat hidup… cukup lama untuk mengatakan sesuatu pada Reyhan sebelum akhirnya—"
Mira merasa seluruh tubuhnya menegang. "Apa yang dia katakan?"
Bimo menatapnya tajam. "Dia menyebut satu nama… Ario."
Dunia Mira seakan runtuh.
Malam itu, Mira pulang ke rumah dengan pikiran yang semakin kusut. Arini sempat hidup setelah kecelakaan. Dia menyebut nama ayahnya.
Jika benar ayahnya tidak terlibat dalam kematian Arini, lalu kenapa kakaknya mengatakan itu sebelum menghembuskan napas terakhir?
Mira tahu, hanya ada satu orang yang bisa menjelaskan semuanya, Reyhan.
Dan dia akan mendapat jawabannya, apapun yang terjadi.
Mira berdiri di depan ruang kerja Reyhan. Tangannya mengepal, matanya dipenuhi tekad. Selama ini, dia terus mencari jawaban, dan sekarang dia yakin, Reyhan tahu lebih banyak dari yang dia akui.
Tanpa mengetuk, Mira mendorong pintu hingga terbuka lebar. Reyhan, yang tengah duduk di kursinya, hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada dokumen di tangannya.
"Aku tahu semuanya," ucap Mira tegas.
Reyhan tetap diam.
"Arini tidak langsung meninggal dalam kecelakaan itu," lanjut Mira. "Dia masih hidup… cukup lama untuk mengatakan sesuatu padamu. Sesuatu tentang ayahku."
"Dari mana kau tahu?" Tatapan Reyhan akhirnya terangkat, tajam dan penuh peringatan.
"Bimo memberitahuku," jawab Mira. "Jadi katakan, Reyhan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Arini menyebut nama ayahku?"
Reyhan menutup dokumen di tangannya, lalu bersandar di kursinya. Ada kilatan emosi di matanya, marah, sakit hati, dan sesuatu yang lain… rasa bersalah?
"Ayahmu… Ario Sindu, dia yang menyebabkan kecelakaan itu," ucap Reyhan akhirnya.
Mira tersentak. "Tidak mungkin…"
"Arini menemuinya malam itu. Dia ingin mengungkap sesuatu, sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Tapi Ario tidak ingin rahasianya terbongkar," Reyhan melanjutkan, suaranya dingin. "Dia mengatur agar kecelakaan itu terlihat seperti insiden biasa. Tapi Arini selamat… dan dia sempat bertemu denganku sebelum akhirnya meninggal."
Mira merasakan dunianya berputar. "Kamu menikahiku… karena dendammu?"
Reyhan terdiam.
"Jawab aku, Reyhan!" seru Mira, air mata mulai menggenang di matanya.
Reyhan mengalihkan pandangannya, lalu menghela napas panjang. "Awalnya, ya. Aku ingin menghancurkan keluargamu, ingin ayahmu merasakan kehilangan yang sama seperti aku."
Mira merasa dadanya sesak.
"Semuanya tidak akan berubah," lanjut Reyhan, suaranya lebih pelan. "Aku tidak menyangka kalau aku akan… sangat membencimu."
Mira membeku.
"Kau ingin tahu kesimpulan dari semua ini?" Reyhan menatapnya dalam. "Kebenaran selalu menyakitkan, Mira. Tapi sekarang, terserah padamu… apakah kamu masih ingin bertahan di sisiku atau tidak."
Mira menatapnya balik, hatinya berperang antara sakit, marah, dan cinta yang masih tersisa.
Keputusan ada di tangannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments