Naya meminta agar kakaknya berhenti di pertigaan jalan saja. Sebelum turun dari mobil, ia tak lupa mencium punggung tangan papa dan kakaknya, yang dihadiahi dengan kecupan pada kening dan juga pipinya.
"Selalu kabari papa yaa nak." pesan pak Nadim kepada anaknya. Ia tak lupa memberikan dua lembar uang seratusan.
"Iyaa, pa." Naya mengangguk.
"Nih, buat beli cimol." Naka juga memberikan uang pecahan 20 ribu ke adiknya.
Naya nyengir lalu menerimanya, "terima kasih papa, kakak. Hati-hati yaa." ucapnya kemudian membuka pintu mobil.
"Om, selamat pagi om!"
Belum juga Naka sempat menginjak pedal gasnya, suara si perusuh sudah datang. Siapa lagi jika bukan Kevin?
Pak Nadim terkekeh, "titip Naya yaa." pesannya.
"Siap, om!" Kevin hormat.
Setelah mobil papanya tidak terlihat lagi, Naya lalu naik ke boncengan Kevin. Di parkiran sudah ada Erwin yang menunggu.
"Lepas itu tasmu, saya liat ko seperti kura-kura kalau jalan. Lebih besar tas daripada badan." suruh Erwin.
Dengan senang hati Naya melepaskan tasnya, biarlah itu menjadi tanggung jawab Kevin dan Erwin. Bukan rahasia lagi bagaimana kedekatan ketiganya. Dan entah mengapa, mereka terus disatukan.
Pelatihan baris berbaris baru akan dimulai pukul setengah 8 sampai pukul setengah 10. Dan sekarang masih pukul 7.
"Sudah sarapan belom nih?" tanya Naya.
"SUDAH!!!"
"Belum."
"Heh, siapa yang belum?" tadi Naya sempat mendengar suara minoritas.
Ryan angkat tangan.
"Kenapa gak sarapan?" tanya Kevin. "Kan kemarin sudah diingatkan oleh Naya."
"Tadi buru-buru kak, daripada terlambat, lebih baik tidak sarapan." jawab Ryan. Ia tahu betul hukuman yang menanti jika terlambat.
"Masih ada waktu, kita sarapan bersama kalau begitu." Ucap Erwin. Ia membuka tinwall berukuran besar yang berisi roti lalu berjalan dari meja ke meja juniornya.
"Terima kasih kak."
"Makasih kak Erwin."
"Rotinya enak."
"Terima kasih kak." Ryan juga tak lupa berterima kasih.
"Buat Incess mana?" tanya Naya begitu Erwin kembali duduk dan hanya tersisa satu buah roti.
Erwin membuka carrier nya dan mengeluarkan tinwall kecil, "roti isi kelapa pandan untuk Incess." katanya.
"Buat si tampan mana nih?" Kevin tidak mau kalah.
Erwin menunjuk roti yang tersisa tadi sambil menahan senyumnya.
"Ih, nda suka yang isi kacang." tolak Kevin.
"Ini." Erwin mengeluarkan dua buah roti isi ayam suwir, satu untuknya dan satu untuk Kevin.
"Kak, mau tanya boleh?" tanya Kiki.
Ketiga senior kompak mengangguk.
"Kak Erwin dan kak Naya pacaran kah?" tanya Kiki dengan sedikit ringisan pada wajahnya.
"Gak usah heran, ini anak dua memang sering disangka pacaran. Padahal mah nggak." Kevin yang menjawab pertanyaan Kiki. "Kak Naya tuh jomblo abadi, belum pernah pacaran."
"Ehh"
"Wahh"
"Padahal cantik euyy"
"Kak Naya, aku padamu!"
Uhhuk uhhuk! Naya tersedak.
"Kalian sih pada sebut namanya, jadi tersedak kan dianya." Erwin memberikan air kepada Naya.
"Terima kasih." ucap Naya. Rotinya sudah tandas, ia lalu berdiri. "10 menit lagi kita keluar. Silahkan habiskan sarapannya dan siap-siap!"
✨✨✨
"Tunggu apa lagi, gass lah!"
Ryan mendengus mendengar ucapan temannya, "kau mi saja yang gass, tuh kak Dian." ia menunjuk Dian yang sepertinya sedang ngomel ke adik-adik gugusnya.
"Ogah." ucap Radit cepat.
"Kau tahu kenapa dia jomblo selama itu? Karena tidak ada yang menarik baginya." ujar Ryan. Pandangannya lurus ke depan, menatap seorang gadis yang menguncir rambutnya ala ekor kuda. Hanya tersisa poni yang menutupi jidatnya. Terlihat sangat cocok dengan seragam olahraga yang dikenakan.
"Iya sih. Secara kak Kevin, kak Erwin dan lain-lain tampannya sudah di atas rata-rata dan kak Naya cuma anggap mereka sebagai teman " Radit setuju. "Orang seperti itu kalau jatuh cinta yaa nggak main-main."
Ryan mengangguk setuju. Entah kenapa seorang Nayara begitu menarik perhatiannya?
Setelah baris berbaris selesai, maka kini dilanjutkan dengan penampilan yel-yel. Naya sibuk dengan kamera yang dipegangnya, mengambil potret orang-orang dari sisi yang menurutnya bagus. Apalagi nyanyian sangat bisa mengundang tawa banyak orang.
Begitu penampilan yel-yel selesai, mereka istirahat, solat bagi yang menjalankan kemudian makan bersama.
"Pada bawa bekal kan?" tanya Kevin.
"IYA KAAK!" jawab para junior.
Mereka duduk lesehan di lantai, membentuk dua baris panjang dan saling berhadapan.
"Viin, gak suka jamur." rengek Naya. Ia mendorong kotak bekalnya ke Kevin.
"Saya juga nda suka, Nay." ucap Kevin. "Win, kau saja yang makan."
Erwin menggelengkan kepalanya, "Kalian pernah liat saya makan sayur?"
Naya dan Kevin kompak menggelengkan kepalanya.
"Pisahkan saja jamurnya." saran Erwin.
Naya lalu memilah jamur yang terdapat pada bekalnya. Untung saja ada menu lain yang bisa ia makan bersama nasinya.
"Kak, Ryan suka jamur tuh. Katanya boleh minta gak?" celetuk Radit.
Ryan memang duduk tepat di depan Erwin, jadi ia masih bisa mendengar rengekan Naya.
"Ehh nggak usah, gak apa-apa, nanti dikasih ke ayam saja." ucap Naya.
"Gak boleh mubazir, Nay." Kevin mengingatkan. Ia menggeser kotak bekal Naya ke hadapan Ryan. "Ehh, menu kalian hampir sama, barter saja sekalian, daripada capek pisahin jamurnya."
"Boleh, Ryan?" tanya Erwin.
Ryan mengangguk, "boleh kak." jawabnya.
Naya pasrah saja. Yang ia takutkan hanya satu, takut makanan yang dimasak papanya tidak cocok dengan selera Ryan.
"Jangan lupa wadah bekalnya di cuci dengan baik, supaya semut tidak datang." ucap Naya. Ia ikut antri untuk mencuci wadah bekalnya. Ehh, wadah bekal Ryan maksudnya.
"Kak, saya saja yang cuci." tawar seorang junior perempuan.
Naya menggelengkan kepalanya, "jangan, gak boleh." larangnya. "Meskipun ada yang senior dan junior, bukan berarti saya berhak menyuruh- nyuruh kamu."
Ketika gilirannya tiba, Naya mencuci bersih wadah berwarna biru tua ditangannya, beserta sendok dan garpunya.
"Yang belum kumpul surat izin, tolong segera di kumpulkan." seru Kevin.
Sembari para adik gugusnya beristirahat, Naya, Erwin dan Kevin mengecek surat izin yang ada di depan mereka. Ternyata semuanya mendapatkan izin dari orang tua masing-masing.
"Surat izin kalian mana?" tagih Naya.
"Iyee." Kevin dan Erwin mengeluarkan surat izin mereka dari saku celana olahraga.
"Kalian istirahat, biar saya yang kumpulkan ini ke ruang OSIS." pamit Erwin.
Naya memilih bersandar pada ranselnya, waktu istirahat ini harus digunakan sebaik mungkin.
"Nay!"
Belum juga Naya tertidur, seseorang sudah memanggilnya. "Napaa?"
"Dipanggil ke ruang OSIS." beritahu Anggun.
"Jagain ruangan yaa." Naya menepuk pundak Kevin sebelum beranjak.
Ternyata mereka akan menyusun ulang jadwal. Tidak ada jurit malam, tapi diganti dengan pengenalan organisasi, sementara night festival tetap dijalankan. Sekaligus pencarian tanda tangan panitia oleh para peserta MOS.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments