4. Kesayangan Naya

Sore ini Naya diantar pulang oleh Kevin sampai ke depan rumah.

"Berarti pekan ini ko nda pulang ke rumah yang disana?" tanya Kevin.

Naya mengangguk, "kan besok nginap di sekolah. Kalau nginap cuma semalam yaa mana kerasa " katanya. "Mau ikut yaa?"

Kevin nyengir, "rindu makan kentang rebus buatan nenek Ija." jawabnya.

"Nanti saya ajak. Makasih yaa, mau mampir dulu?"

"Ohh tidak bisa, takutnya ibu negara ngamuk." Kevin dengan cepat membelokkan motornya. "Bye-bye Nay!" serunya sebelum menarik pedal gasnya.

Naya memasuki halaman rumah yang penuh dengan bunga kesukaannya. Rumahnya berada di daerah perkotaan, tidak besar karena hanya jadi rumah singgah. Papanya membeli rumah ini sekitar 10 tahun yang lalu dengan alasan biar dia dan kakaknya tidak capek pulang pergi. Rumah utama ada di desa, di ujung jalan bagian utara kabupaten. Untuk kesana, butuh waktu hampir satu jam dan mesti menaklukkan medan yang berat. Kebanyakan anak desa yang sekolah di kota memilih untuk tinggal di asrama yang letaknya berada di depan sekolah. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan kota madya yang merupakan ibu kota provinsi. Malahan untuk ke ibu kota terasa lebih dekat ketimbang pulang ke rumah desa.

"Lho, papa baru akan menelpon." sambut pak Nadim kepada anak perempuannya.

Naya memeluk papanya yang masih mengenakan apron, beliau sepertinya sedang masak makan malam. "Tadi dianterin Kevin." katanya.

"Kevin gak diajak masuk kah?"

"Sudah pulang, takut mamanya ngomel." jawabnya. Ia merasakan kepalanya dielus, lalu dikecup.

"Adek bersih-bersih gih. Sudah hampir gelap soalnya." suruh pak Nadim.

Naya berjalan ke kamarnya yang ada di lantai atas. Ia sempat membuka pintu kamar kakaknya yang ternyata sedang kosong. Entah kemana kakaknya pergi.

Jam 7 malam, Naya turun kembali sambil membawa ponsel dan juga surat izin. Ia meletakkan keduanya di atas meja ruang keluarga.

Suara motor juga terdengar memasuki halaman rumah, sepertinya kakaknya sudah pulang.

Mereka bertiga lalu makan dalam diam. Pak Nadim memang menerapkan tidak bercakap-cakap ketika sedang makan.

"Jadi kamu lebih pilih lanjut S2 daripada daftar PAPK?" tanya pak Nadim kepada anak laki-lakinya.

Naka mengangguk, "iya, pa." jawabnya.

"Kenapa?"

"Naka tidak bisa jauh dari adek dan papa." jujurnya. "Apalagi dalam waktu yang lama, belum juga jika dilempar tugas keluar."

Pak Nadim mengangguk mengerti, "Yaa tidak apa-apa, papa tidak akan memaksa. Papa menyarankan kamu daftar PAPK supaya kamu bisa hidup tenang dikemudian hari karena hidupmu akan dijamin negara. Namun karena memilih melanjutkan pendidikan, itu berarti kamu siap dengan konsekuensinya juga dan otomatis melanjutkan usaha yang ada."

"Iya paa." Naka mengangguk.

Naya menunggu giliran untuk ditanya-tanya. Ini memang sudah menjadi rutinitas sehari-hari yang dilakukan oleh kepala keluarga.

"Naya, itu kertas apa nak?" tanya pak Nadim.

Naya tersenyum, ia membuka lebar kertasnya lalu memberikan kepada papanya, "surat izin, pa." jawabnya.

Pak Amin terlihat membaca setiap kata yang tertera pada kertas ditangannya. "Nginap ya di sekolah?"

"Iya, paa. Besok hari terakhir MOS, ada kegiatan outdoor nya. Karena waktunya terbatas, makanya diambil sampai malam." jawab Naya.

"Ada gurunya kan yang ikut?" tanya Naka.

"Ada, kak. Besok bahkan ada tentara dan polisi yang ikut bawa materi."

"Ya tahu, tapi mereka kan datangnya pagi, gak mungkin pelatihan baris berbaris sampai malam."

Naya nyengir, "ada gurunya ihh yang ikut." katanya.

"Pulpen nya mana?" tanya pak Nadim.

Naya memberikan pulpen kepada papanya, "ini papa."

"Karena besok adek nginap di sekolah, papa dan kakak akan ke kabupaten F untuk cek lokasi. Papa berencana untuk menambah SPBU lagi, mumpung kakak tidak mau jadi abdi negara." beritahu pak Nadim.

Senyum Naka merekah, ini adalah tantangan pertama yang papanya berikan.

"Disana berapa hari?" tanya Naya.

"Setelah mengantarkan adek ke sekolah besok pagi, papa dan kakak langsung berangkat. Disana hanya cek lokasi, waktu satu hari sepertinya sudah cukup. Mungkin tiba larut malam di sini." jawab pak Nadim.

Naya mengangguk, "okay deh." katanya. "Pot kosong masih ada gak yaa?" tanyanya kemudian. Ia baru ingat perihal pot.

"Ada, warna biru tapi. Bukan hitam." Naka yang menjawab.

"Gak apa-apa deh." Naya beranjak ke halaman belakang yang tidak luas, hanya ada tempat untuk jemur pakaian dan juga tempat untuk barang-barang yang jarang digunakan. Ternyata potnya masih banyak, namun ia hanya mengambil satu.

"Kamu kan panitia, kok bawa pot juga?" heran Naka.

"Ya kan biar satu rasa. Hitung-hitung mengukir kenangan juga, biar bibitnya nanti disimpan di kantor papa. Supaya papa gak lupa kalau punya anak cantik macam adek ini." Naya lalu menaik turunkan alisnya menggoda dua lelaki kesayangannya.

"Mana pernah papa lupa kalian?" pak Nadim menimpali.

"Yaa pernah, bahkan lupa pulang karena nganterin temannya pulang." Naka yang menjawab. Ketika dia masih SMP, papanya pulang terlambat karena mengantar seorang pegawainya pulang.

Pak Nadim meringis, "itu sudah lama, kenapa harus diingat lagi? Lagian papa tidak lupa kalian, tapi memang pekerjaan papa menumpuk saat itu makanya pulang terlambat. Bukan hanya karena mengantarkan pegawai papa pulang." ia tentu saja menyangkal. Baginya, dua anaknya sudah cukup, tidak perlu lagi ada orang lain.

"Sekarang kalian bersih-bersih, lalu tidur!"

"Siap, papa!" kompak Naya dan Naka.

Naya tak lupa memeluk dan mencium pipi papanya sebelum naik ke lantai atas. Ia juga harus menyiapkan perlengkapan untuk besok. Notifikasi ponselnya membuat ia berhenti sejenak.

+6281xx : Permisi, paket!

+6281xx : Dengan Bu Ara?

+6281xx : Yaah, dicuekin. Padahal centang dua juga.

+6281xx : Sepertinya sudah tidur. Baiklah, selamat tidur senior.

Naya memilih untuk membacanya saja. Juniornya yang satu itu memang rada-rada.

+6281xx is calling....

"Apalagi Ar?" tanya Naya langsung.

"Wuhuii, santui senior, santui."

Naya menghela napasnya, "Iya, ada apa? Ada yang bisa dibanting?"

"Perlu bawa sekop kecil gak kak?" tanya Ryan di sebelah sana.

"Kalau gak mau antri, sebaiknya bawa kalau memang ada." jawab Naya. Ia me-loudspeaker ponselnya agar bisa melanjutkan kegiatannya.

"Kalau bawa hati?"

"Ya memang harus bawa hati, mana bisa kamu hidup tanpa hati?"

Terdengar kekehan Ryan. "Maksudnya untuk senior cantik yang bernama Nayara."

"Gak usah repot, junior badung. Hati saya masih ada dan masih utuh."

"Alhamdulillah, syukurlah kalau hati senior masih utuh. Tolong dijaga yaa untuk junior yang satu ini, jangan sampai retak atau hancur. Baiklah, sampai disini dulu perbincangan kita malam ini senior, selamat malam dan semoga mimpi ketemu junior yang tampan ini."

Tut Tut Tut

Naya berdecih, "dasar junior badung!" ia segera menyimpan nomor Ryan dengan nama Junior Badung .

Episodes
1 1. Masa Orientasi Siswa
2 2. Ngeri
3 3. Senior Galak
4 4. Kesayangan Naya
5 5. Barter
6 6. Barter Lagi
7 7. Night Festival
8 8. Terima Kasih
9 9. Junior Badung
10 10. Selamat Pagi!
11 11. Dugaan
12 12. Brondong
13 13. Naya's Home
14 14. Perusuh
15 15. Nebeng
16 16. Pekan Semarak Kemerdekaan
17 17. Rumah Mertua
18 18. Saya Terus!
19 19. Sea
20 20. Jebakan
21 21. Masak Bersama
22 22. Senja Bersamamu
23 23. Naya's Birthday
24 24. Celebration
25 25. Perempuan Saya
26 26. Indomie Telur
27 27. Sok Cool
28 28. Beban
29 29. Godaan Naka
30 30. Special Day
31 31. Special Day (2)
32 32. Menghitung Waktu
33 33. US Ganjil
34 34. BN Cup
35 35. Berdua Denganmu
36 36. Hari-hari Tanpa Ryan
37 37. Pagelaran
38 38. Bertemu Untuk Bertengkar
39 39. Rahasia
40 40. Marahnya Seorang Erwin
41 41. 3 Orang Jomblo
42 42. Kabupaten H
43 43. Perkara Belang
44 44. Saya Raya....
45 45. Cemburu yaa?
46 46. Papa's Daughter
47 47. Pisang Ijo VS Kue Kina
48 48. Pelulusan
49 49. Langit Jingga
50 50. Obat Ampuh
51 51. Menuju 2874 MDPL
52 52. Pos 9
53 53. 2874 MDPL
54 54. Choice
55 55. Perpisahan
56 56. Penyesalan
57 57. Wabah
58 58. Permintaan Naya
59 59. Tentang Ryan
60 60. 4 Tahun Kemudian
61 61. Tidak Baik-baik Saja
62 62. Lamaran
63 63. Setelah 8 Tahun
64 64. Rahasia
65 65. Kejutan Untuk Ibu
66 66. Berdamai
67 67. Netizen
68 68. Membangun Keluarga
69 69. Mengenal Lebih Dekat
70 70. Persembahan Untuk Naya
71 71. Rumah Mertua Beneran
72 72. Keluarga Baru
73 73. Ryan Si Posesif
74 74. Cerita Pak Nadim
Episodes

Updated 74 Episodes

1
1. Masa Orientasi Siswa
2
2. Ngeri
3
3. Senior Galak
4
4. Kesayangan Naya
5
5. Barter
6
6. Barter Lagi
7
7. Night Festival
8
8. Terima Kasih
9
9. Junior Badung
10
10. Selamat Pagi!
11
11. Dugaan
12
12. Brondong
13
13. Naya's Home
14
14. Perusuh
15
15. Nebeng
16
16. Pekan Semarak Kemerdekaan
17
17. Rumah Mertua
18
18. Saya Terus!
19
19. Sea
20
20. Jebakan
21
21. Masak Bersama
22
22. Senja Bersamamu
23
23. Naya's Birthday
24
24. Celebration
25
25. Perempuan Saya
26
26. Indomie Telur
27
27. Sok Cool
28
28. Beban
29
29. Godaan Naka
30
30. Special Day
31
31. Special Day (2)
32
32. Menghitung Waktu
33
33. US Ganjil
34
34. BN Cup
35
35. Berdua Denganmu
36
36. Hari-hari Tanpa Ryan
37
37. Pagelaran
38
38. Bertemu Untuk Bertengkar
39
39. Rahasia
40
40. Marahnya Seorang Erwin
41
41. 3 Orang Jomblo
42
42. Kabupaten H
43
43. Perkara Belang
44
44. Saya Raya....
45
45. Cemburu yaa?
46
46. Papa's Daughter
47
47. Pisang Ijo VS Kue Kina
48
48. Pelulusan
49
49. Langit Jingga
50
50. Obat Ampuh
51
51. Menuju 2874 MDPL
52
52. Pos 9
53
53. 2874 MDPL
54
54. Choice
55
55. Perpisahan
56
56. Penyesalan
57
57. Wabah
58
58. Permintaan Naya
59
59. Tentang Ryan
60
60. 4 Tahun Kemudian
61
61. Tidak Baik-baik Saja
62
62. Lamaran
63
63. Setelah 8 Tahun
64
64. Rahasia
65
65. Kejutan Untuk Ibu
66
66. Berdamai
67
67. Netizen
68
68. Membangun Keluarga
69
69. Mengenal Lebih Dekat
70
70. Persembahan Untuk Naya
71
71. Rumah Mertua Beneran
72
72. Keluarga Baru
73
73. Ryan Si Posesif
74
74. Cerita Pak Nadim

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!