Senior & Junior

Senior & Junior

1. Masa Orientasi Siswa

Disclaimer!

MPLS baru resmi berlaku pada tahun 2016. Sebelumnya dikenal dengan istilah MOS, yang tentu saja kegiatannya berbeda. Cerita ini murni hasil dari imajinasi author, mohon maaf jika ada kesamaan latar, nama tokoh dan lain sebagainya. Juga tidak bermaksud menyinggung pihak manapun.

17 Juli 2015

Nampak beberapa pelajar SMA berlalu lalang mengisi kekosongan lapangan upacara dengan berbagai kegiatan. Masing-masing sibuk dengan tugas yang telah disepakati dua hari sebelumnya. Tak terkecuali seorang gadis yang baru keluar dari ruangan OSIS.

"Huii, Nay!"

Iya, namanya Nayara Vaneesha, seorang pelajar kelas 12 IPA, berusia 16 tahun kurang 2 bulan.

"Anggii, selamat pagi!" sapa Naya balik. "Sudah siap semuanya?" tanyanya.

Anggi mengangguk, "sudah dong." ia melihat jam tangannya sekilas, "5 menit lagi gerbangnya dibuka." katanya.

Naya menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya, "oke, semangat!" serunya sebelum mengenakan almamater OSIS nya. "Duluan yaa Nggi!" ia berlalu ke gerbang sekolah yang masih tertutup.

Benar saja, di luar gerbang sudah banyak wajah-wajah imut khas pelajar SMP lengkap dengan topi yang terbuat dari pot plastik, tas yang terbuat dari tempat sampah dan juga kalung yang terbuat dari susunan permen.

"SEKARANG!" seru Fajar, wakil ketua OSIS.

Gerbang lalu di buka, tanpa banyak bicara para peserta MOS berjalan ke lapangan sesuai arahan yang diberikan sebelumnya.

Naya menemani Fajar berjaga di gerbang, menunggu barangkali ada peserta MOS yang terlambat. Dari kejauhan terlihat seorang perempuan berjalan tertatih, disampingnya ada seorang lelaki yang membantunya membawa perlengkapan MOS.

"Maaf terlambat, kak." ucap lelaki tadi dengan nada yang cukup tegas.

"Kenapa terlambat?" tanya Naya.

"Tadi dia membantu saya, kak." perempuan yang bersamanya yang menjawab.

"Kamu kenapa? Kenapa jalannya tertatih?"

"Tadi disambar motor kak."

Naya mengangguk mengerti, ia menatap Fajar seolah meminta pendapat.

"Yang laki-laki silahkan menyusul ke lapangan. Yang perempuan tunggu dulu yaa, kakinya mau diperiksa dulu." ujar Fajar.

"Terima kasih, kak." kompak keduanya. Si laki-laki berlari cepat ke lapangan, sementara yang perempuan di papah oleh Naya ke UKS.

"Tadi kenapa bisa disambar motor?" tanya Naya. "Maaf yaa, kaos kakinya saya turunkan."

"Tadi gak sempat lihat kiri kanan, kak. Takut telat." jawab perempuan tadi. "Eh, ujung-ujungnya telat juga."

"Yang tadi teman kamu?" Naya terus menemani perempuan itu bercakap-cakap, sembari memeriksa apakah ada yang luka atau tidak.

"Bukan, kak. Saya gak kenal. Tadi saja kaget waktu dia bantu saya, disaat yang lain lari berbondong-bondong."

"Jangan lupa ucapkan terima kasih kepada temanmu yang tadi yaa." Naya mengingatkan. "Ini kakinya sepertinya keseleo, tidak ada yang luka. Yang luka malah telapak tangan kamu." ia membersihkan telapak tangan adik kelasnya, lalu mengolesi nya dengan obat merah.

"Iyaa kak. Terima kasih."

"Kamu bisa berdiri gak? Paling lama setengah jam." Naya menatap adik kelasnya tersebut.

Gadis itu meringis.

"Eh, gak usah kalau gak bisa." ucap Naya cepat, ia tidak mungkin memaksa. "Saya tinggal sebentar yaa, sepertinya kepala sekolah sudah datang untuk membuka acara MOS."

"Baik kak, terima kasih lagi."

Naya lalu berlari kecil menuju lapangan, untung saja kepala sekolah belum berada di tempatnya untuk memberikan pidato sekaligus membuka acara MOS tahun ini.

✨✨✨

Setelah pembukaan MOS selesai, Naya kembali ke UKS untuk memeriksa adik kelasnya. "Kamu dapat ruangan apa?" tanyanya.

"Gugus bendera kak."

"Ayo saya anter. Biar nanti sekalian ngomong ke kakak mentor nya."

Tiba di gugus bendera, Naya membantu adik kelasnya untuk duduk.

"Te-terima kasih kak Nayara Vaneesha."

Naya mengangguk, "terima kasih kembali." balasnya. Ia tak lupa berbicara dengan sesama teman OSIS nya yang menjadi mentor sebelum meninggalkan ruangan. Sedangkan ia sendiri menjadi mentor di ruangan lain, yaitu gugus Sejahtera.

"Nah, yang satu ini namanya kak Naya. Silahkan kak Naya, perkenalkan dirinya!" Erwin mempersilahkan kepada Naya untuk perkenalan.

Naya lalu berdiri di depan, menatap adik kelasnya yang duduk manis. "Selamat pagi, nama saya Nayara Vaneesha, kelas 12 IPA. Terima kasih."

"Yang disebutkan namanya tolong angkat tangan dan berdiri yaa, biar perkenalan kita berjalan dengan baik." Ujar Erwin, ia memberikan absen kepada Naya, "Silahkan yaa Nay!"

Naya mencebikkan bibirnya sekilas, namun tetap melakukan apa yang Erwin pinta. Ia mulai mengabsen satu persatu adik kelasnya yang berjumlah 30 orang.

"Arrayan Marimahesa!"

"Hadir, kak!"

Naya dan yang lain menatap ke sumber suara yang berasal dari belakang.

"Nama lengkap Arrayan Marimahesa, dipanggil Ryan, asal sekolah sebelumnya SMP 1 G"

Setelah perkenalan singkat antara 3 mentor dan 30 peserta MOS selesai, sekarang waktunya untuk pemilihan ketua gugus dan jajarannya. Naya menyerahkan kegiatan tersebut kepada Erwin dan Kevin, sementara ia menyiapkan beberapa hal untuk keberlangsungan kegiatan MOS.

"Sepertinya Ryan tidak mau kalah ini, ia terus mengejar." seru Kevin yang sedang menghitung suara.

Naya menatap lurus ke depan, ternyata ada 3 orang yang mencalonkan diri. Dua diantaranya laki-laki dan satu lagi perempuan. Ia penasaran dengan hasil akhirnya, hal itu membuatnya berdiri dan berjalan ke papan tulis untuk melihat lebih jelas.

"Total suara yang masuk 30, sama dengan jumlah kalian semua. Peraih suara terbanyak adalah Arrayan Marimahesa, disusul oleh Nando dan Kiki. Ketuanya adalah Ryan, sekretarisnya adalah Nando dan bendaharanya adalah Kiki. Sepakat yaa semuanya?!" Erwin bertanya diakhir kalimatnya.

"SEPAKAT!"

Suara tepuk tangan terdengar, sebagai bentuk kesepakatan diantara mereka.

Ketika waktu istirahat tiba, Naya memilih untuk menjaga ruangan saja.

"Huii, makan kuy!" teriak Wani dari gawang pintu.

"Duluan saja, Wani. Tadi nitip ke Erwin soalnya." tolak Naya.

"Baeklaaah."

Naya melanjutkan ketikannya hingga sebuah roti dan sekotak susu yang diletakkan di depannya menarik perhatiannya, "Terima kasih, Erwin!" ucapnya.

"Sama-sama, kak."

Naya mendongak menatap lelaki yang ternyata bukan Erwin, melainkan adik kelasnya, "Maaf Ar, saya kira Erwin tadi."

Ryan tersenyum, bukan hanya bibirnya melainkan matanya juga ikut tersenyum.

Naya terpaku melihatnya, eye smile nya begitu indah. Siapa yang akan mengira jika dibalik tatapan tajamnya terdapat ketenangan juga di sana? Apalagi jika sedang senyum.

"Pipi kak Ara merah, sepertinya kepedasan." celetuk Ryan sebelum kembali ke bangkunya.

Seketika mata Naya membulat, kaget dengan celetukan Ryan. Sepertinya adik kelasnya yang satu itu punya dua kepribadian. Dan lagi, ARA? Baru kali ini ada orang yang memanggilnya demikian. Namun ia tidak mau ambil pusing, ia langsung saja melahap rotinya dan menghabiskan susunya.

"Nay, pak Anto katanya berhalangan hadir untuk mengisi materi. Ketos minta kamu saja yang bawa materinya nanti." Kevin memberitahu.

"Kamu saja ih." tolak Naya cepat. Ini adalah kabar buruk baginya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!