Bab 16

Honda Accord yang di kemudikan Jack berhenti di bahu jalan. Alamat rumah yang mereka tuju tidak jauh dari lokasi mobil berhenti.

"Namanya Sarah, usianya 20 tahun. Kodenya 1802. Target kita hanya tinggal di rumah sendiri. Kau bebas melakukan apa saja setelah mengambil paket itu." Firman membacakan informasi yang ia terima pada Jack, sebelum sahabatnya itu turun dari mobil.

Ini adalah modus operandi baru dengan umpan para pengguna media sosial. Sasaran mereka memang sudah lama di target oleh sindikat. Setelahnya mereka akan memperdaya korban dengan iming-iming memberikan giveawey berupa hadiah. Dan pada saat itulah barang haram dipaketkan kerumah korban. Firman di tugaskan mengambil barang tersebut, setelah paket sampai di tangan korban. Modus licik ini, belum tercium oleh pihak polisi.

"Itu masalah kecil. Serahkan padaku." Jack segera turun dari mobil dan menutup lagi pintu.

Firman hanya menunggu di dalam mobil. Layar ponsel di nyalakan dengan perasaan tak menentu. Sepasang netranya kembali membaca obrolan di WhatsApp dengan Nia. Firman merasa sakit hati, karna akhir-akhir ini gadis itu seperti sengaja menghindarinya.

Ponsel di lemparnya ke dashboard bersama hati yang kecewa. Rasa sakit di hati tidak ada yang tahu. Sejak perkenalannya dengan gadis itu, Firman benar-benar serius ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Tapi nyatanya, semua waktu yang dihabiskan bersama gadis itu sepertinya hanya sia sia saja.

"Kalau kau tidak suka denganku, apa salahnya kau katakan dari awal!" Firman menggeram. Wajah di usapnya dengan kedua belah tangan. Kemudian ia menyandarkan punggung. Tangan kirinya meraba-raba kantong penyimpanan yang berada di pintu mobil untuk mengambil bungkus rokok. Namun, ujung jarinya merasakan ada susuatu di dalam tempat penyimpanan itu. Bungkus rokok berhasil di keluarkan. Selama ini Firman menahan diri tidak merokok di depan Umar. Tapi kali ini ia ingin menikmati asap tembakau itu, untuk menghilangkan stress.

Tangan kiri firman kembali merogoh kantong penyimpanan di pintu mobil. Sebuah buku catatan yang berukuran seluas telapak tangan di keluarkannya dari sana.

"Aisy?" Firman membaca tulisan tangan di sampul buku.

Niat ingin mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus di urungkannya.

Benaknya coba mengingat-ingat siapa pemilik buku catatan yang masih di pegang.

"Aisy? Aisyah?" Firman coba menerka. Keningnya berkerut ketika ingat sesuatu.

"Siapa namamu?" tanya Firman pada juniornya.

"Aisyah. Atau Abang boleh juga memanggil saya Aisy."

Firman tersenyum kecil. "Nama kita agak mirip. Aku Firman Ashrafi. Orang-orang biasa memanggil aku Ash." 

Tok tok tok.

Firman tersentak ketika melihat kehadiran Jack di samping pintu mobil. Tangan di panjangkan untuk membuka kunci pintu di bagian kemudi. Sebelah tangan masih memegang buku catatan yang di temukannya.

"Apa itu?" tanya Firman.

Jack membuka paket itu dengan hati-hati untuk mengetahui isi di dalamnya.

"Crack. Mungkin beratnya sekitar sekilo," jawab Jack.

Kokain crack adalah zat Golongan II di bawah Controlled Substances Act. Narkoba Golongan II, antara lain PCP dan metamfetamin, mempunyai potensi efek yang tinggi. Penyalahgunaan obat-obatan ini dapat menyebabkan ketergantungan psikologis atau fisik yang parah.

"Secepatnya akan aku atur pertemuan dengan Fang," balas Firman. Ini adalah pekerjaan terakhir yang akan mereka lakukan sebelum meloloskan diri dari King Cobra.

"Sekarang kita kemana?" tanya Jack. Paket di berikan pada Firman dan di simpan di dalam dashboard oleh Firman.

"Pulang," jawab Firman.

"Hmm, baiklah." Jack menyalakan mesin mobil dan mulai mengendalikan besi berbentuk bulat di tangannya.

***

Firman menyandarkan tubuh pada sandaran ranjang sambil membuka buku catatan yang di temukan di dalam mobil tadi dan di bacanya.

Maret 2024

Ceramah Ustad Khalifah Azmi

"Man!"

Firman menutup kembali buku catatan itu, lalu menoleh pada Jack yang sedang berdiri di depan cermin.

"Aku mau pergi ke tempat janda muda itu sebentar. Kau mau nitip sesuatu tidak?" tanya Jack. Tangannya sibuk menyisir rambut hitamnya yang mengkilat.

Firman menggeleng mencium kamarnya penuh dengan bau parfum. "Hari-hari kau kesana, apa kau yakin janda muda itu menyukai kau?" keluh Firman. Ia tidak ingin sahabatnya berharap sesuatu yang tidak pasti.

"Justru karna itu, setiap hari aku harus menunjukkan wajah kesana. Siapa tau dia malah memimpikan aku. Hahahaha." Jack tertawa. Lalu berjalan menuju pintu kamar.

"Belikan aku nasi goreng extra pedas dan jangan lama," pesan Firman. Ia tahu kebiasaan Jack, setelah makan sahabatnya itu pasti masih duduk di caffe, hingga di tegur si janda muda, barulah Jack akan pulang dan membawa makanan yang sudah dingin untuk Firman.

Pintu kamar pun di tutup bersama kelibat Jack yang telah menghilang di balik pintu itu.

Firman membuka lagi buku catatan tadi. Matanya fokus membaca tulisan pada buku catatan milik dokter Aisyah.

Allah SWT mengangkat drajat orang beriman dan orang berilmu. 

Takwa ialah menunaikan segala perintah wajib dan meninggalkan semua yang haram. 

Bagaimana seseorang ingin menjalankan kewajiban, jika diri sendiri tidak belajar apa yang di wajibkan kepada dirinya secara menyeluruh?

Ada satu hal yang wajib kita pelajari dalam agama ini.

Kening Firman berkerut ketika membuka halaman selanjutnya yang ada hanya halaman putih masih kosong. Semua halaman buku di balik sampai ke halaman terakhir, tapi tetap saja kosong. Tidak ada di temukan sambungan tulisan yang tadi.

Buku di letakkan ke pinggir, lalu ponsel yang terletak di sebelah bantal diambil. Firman menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang antara ingin menelpon si pemilik buku atau tidak. Tetapi Firman ingin tahu apa kadar agama yang dimaksud.

Dengan rasa penasaran, nomor Aisyah di cari pada daftar nama kontak dan segera di tekan tombol jawab. Sambil menunggu panggilan di jawab, Firman melihat jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Assalammualaikum. Ada apa ya, bang Firman? Tumben menelponsaya malam-malam?" tanya dokter Aisyah di ujung sana.

Entah kenapa jantung Firman tiba-tiba malah berdegup tak menentu. "Wa-walaikumsalam. Se-sebenarnya ada yang mau saya tanyakan pada Aisyah. A-apa Aisyah sudah mau tidur?" Terbata-bata suara Firman menjawab tanya dokter muda di ujung sana.

"Belum. Bang Firman mau tanya apa? Tanya saja," sahut dokter Aisyah.

Firman bangun dari posisi berbaringnya dan berjalan menuju jendela kamar.

"Sebenarnya Aisyah kenal saya, kan?" Jendela di buka untuk mengambil angin diluar.

"Ya, saya memang kenal bang Firman."

Semasa zaman kuliah, Aisyah memang pernah terlibat dalam satu program dengan Firman  sebagai seniornya.

"Tadi saya tidak sengaja menemukan buku catatan Aisyah di mobil. Maaf, tadi saya juga buka dan baca isinya."

"Gak apa-apa. Itu hanya buku catatan saat saya mengikuti pengajian," balas dokter Aisyah.

"Kenapa Aisyah menulisnya?"

Hening.

Firman melihat layar ponselnya untuk memastikan sambungan teleponnya terputus atau tidak. Ia juga agak khawatir, apa pertanyaannya tadi salah.

"Saya takut lupa, makanya saya tulis." Suara dokter Aisyah kembali terdengar.

"Lupa?" tanya Firman lagi.

"Ya. Kita kan manusia? Gak semua bisa kita ingat. Dengan kita menulisnya, bila kita lupa, kan kita bisa baca lagi."

Firman mengangguk tanda mengerti. "Tapi, apa yang Aisyah tulis di buku itu sepertinya hanya sepotong-potong saja."

"Ya, di buku itu memang hanya intisari saja. Lengkapnya saya tulis di buku catatan yang lebih besar."

"Kalau begitu, apa maksud kadar ilmu agama?" Firman ingin tahu lebih dalam lagi tentang itu.

"Oh, yang itu. Ada satu kadar ilmu agama yang wajib kita pelajari sebagai seorang mukallaf. Yaitu aqidah, fardhu ain dan tasawwuf," jawab dokter Aisyah.

"Tapi, ilmu dasar itu kan sudah kita pelajari di sekolah?"

"Baiklah, sekarang saya ingin tanya satu hal pada bang Firman tentang ilmu fardhu ain."

"Ya, tanya saja," tantang Firman. Sedikit banyak ia tahu ilmu fardhu ain. Pelajaran itu sudah ia dapat semenjak duduk di bangku SMP.

"Kalau tangan kita terkena kotoran cicak, apakah wudhuk kita batal?" tanya dokter Aisyah.

"Tentu saja batal," jawab Firman yakin.

"Salah. Wudhuk kita tidak batal. Kita hanya perlu mencuci tangan saja. Itu lah gunanya kita perlu mempelajari ilmu fardhu ain. Ilmu dasar agama."

"Dalam mahzab Syafie yang saya pelajari, ada empat hal yang membatalkan wudhuk. Yang pertama keluar sesuatu dari dabur, baik itu sesuatu yang keras, cair atau pun gas. Kedua..."

Firman menyimak apa yang di sampaikan dokter Aisyah di ujung sana. Cara Aisyah menerangkan, menarik perhatiannya.

"Halo, apa bang Firman masih mendengar saya?" tanya dokter Aisyah setelah menerangkan 4 hal yang membatalkan wudhuk menurut mahzab imam Syafie.

"Ya, saya dengar. Teruskan," balas Firman.

"Kan sudah saya terangkan semua. Kalau bang Firman ingin mempelajari lebih dalam lagi, bang Firman bisa datang pada pengajian yang membahas ilmu fardhu ain. Nanti saya bisa kirimkan jadwalnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!