"Morning dokter Aisyah." Seorang lelaki menyapa dokter Aisyah yang baru turun dari mobil.
Dokter Aisyah hanya membalas dengan pandangan dingin, lalu buru-buru pergi.
Cepat-cepat lelaki itu mengejar agar bisa berjalan beriringan dengan dokter Aisyah. "Sarapan dimana kita hari ini?"
"Maaf, saya hari ini puasa," jawab dokter Aisyah tanpa menghentikan langkah.
"Kemarin aku lihat kamu keluar dengan seseorang. Siapa dia?" tanya lelaki berjas putih itu.
"Dia teman bisnis saya. Bisa tidak, jangan ganggu saya lagi, dokter Fadli!" tegas dokter Aisyah. Moodnya pagi ini tidaklah baik karna bertemu dengan dokter itu.
"It's my business because i like you," balas dokter Fadli.
Langkah dokter Aisyah terhenti. Ia memandang dokter Fadli dari atas sampai bawah. "Maaf, tapi saya tidak suka anda," tegas dokter Aisyah.
"Apa yang harus kulakukan agar kamu bisa menyukaiku?" tanya Dokter Fadli tanpa rasa malu.
Dokter Aisyah menggelengkan kepala. "Dokter Fadli yang terhormat, rasa suka dan cinta itu tidak bisa di paksakan."
"Tapi Abangmu yang menyuruh kita saling mengenal," balas dokter Fadli. Kedua tangan di silangkan ke dada, membuat gaya cool.
"Oke, sekarang kita sudah saling kenal kan? So, anda mau apa lagi?" Dengan tenang dokter Aisyah menjawab sebelum melanjutkan langkah menuju klinik swasta miliknya
Bukan tanpa alasan dokter Aisyah tidak menyukai teman baik abangnya. Tapi dari awal perkenalan, dokter Aisyah sudah bisa melihat sifat yang tidak baik dari dokter Fadli.
***
"Raihan!" Dalam mata yang masih terpejam Firman berteriak. Kepala di gelengkan ke kiri dan ke kanan. Keningnya juga mengeluarkan keringat.
Teriakan Firman barusan membuat Umar terjaga. Bocah yang hanya menggunakan pempers itu merangkak mendekati Firman.
"Yayah, Yayah kenapa?"
Sentuhan tangan kecil Umar membuat Firman terjaga. Di pandangnya wajah suci yang tidak berbaju di sebelahnya, lalu Firman mengusap wajah. "Ternyata hanya mimpi."
"Yayah kenapa?" Umar melihat kesekeliling, tapi tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua.
Keluhan berat di lepaskan Firman, lalu tubuh kecil Umar diangkat dan di letakkan diatas badannya.
Umar malah menyandarkan kepala dan mata juga di pejamkan di atas dada bidang Firman.
Firman tersenyum sambil mengusap kepala bocah itu. "Eh, kenapa tidur lagi? Ayo bangun."
"Adik masih antuk, Yayah," balas Umar.
Pintu kamar tiba-tiba di buka seseorang. Jack muncul di sana. "Baguslah kalian sudah bangun. Bibir kau gimana Man? Masih sakit?"
Firman menyentuh bibirnya yang terasa tebal akibat kecelakaan dini hari tadi. "Ya, masih sakit sedikit."
"Cepatlah bangun. Hari ini kita sibuk. Mengantar mobil ke bengkel, ke kantor asuransi, buat laporan ke kantor polisi."
"Satu lagi. Kita juga harus membuat laporan kehilangan Umar," tambah Jack.
***
"Jack, sepertinya pekerjaan ini harus cepat kita selesaikan. Perasaan aku tidak enak. Rasanya ada seseorang yang mengawasi gerak-gerikku beberapa hari ini," ucap Firman setelah mengantar Umar kepanti asuhan untuk sementara waktu.
"Mungkin hanya perasaan kau saja. Ohya, bagaimana dengan rencana kau tadi malam? Apa kau tetap akan melakukannya?" Jack balik bertanya.
Langkah mereka sama-sama terhenti di depan penjual burger di kaki lima. Jack memesan berger untuk mereka berdua.
"Rencana yang mana?" tanya Firman.
"Tentang rencana kau yang ingin keluar dari King Cobra," balas Jack.
"Ya, aku tetap akan keluar." Tekad Firman sudah bulat. Apalagi terbayang wajah Umar siang tadi. Bocah itu mengamuk, seakan tau dirinya akan di tinggalkan Firman di tempat asing. Sungguh, Firman tidak tega melihat wajah bocah itu. Ia terpaksa menidurkan Umar terlebih dulu sebelum meninggalkannya di panti.
"Kapan?" tanya Jack lagi.
"Akhir minggu ini. Setelah kita selesaikan urusan dengan Pang, setelah itu kita tinggalkan kita ini," balas Firman mantap.
Burger yang di pesan telah siap. Setelah membayar mereka berdua masuk kedalam mobil Avanza yang mereka rental untuk sementara sampai mobil mereka selesai di perbaiki.
Jack memperhatikan Firman yang sedang menikmati burger untuk pengganjal perut sore hari ini. Sahabatnya itu tampak kesusahan membuka mulut, mungkin karna bibirnya masih sakit karena bekas jahitan tadi malam.
"Oh ya, Man. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan."
"Tanyalah." Firman terpaksa mencuil-culi burger itu dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"8 tahun aku mengenal kau, Man. Tapi aku tidak pernah tau, siapa Raihan yang sering kau sebut dalam mimpi? Tidak sekali dua kali. Aku sering mendengar kau menggigau menyebut nama itu." Sudah lama Jack ingin tahu siapa orang yang sering di sebut Firman dalam mimpinya.
"Kau tahu dari mana nama itu?" Firman mengerutkan kening.
"Waktu kau tidur. Aku sering mendengar kau menggigau menyebut nama itu."
Firman menghembuskan nafas berat. "Ya, dia keponakanku," balas Firman singkat.
Jack tidak lagi bertanya melihat wajah Firman yang berubah muram.
***
"Eh, Man. Rapi banget. Mau kemana pagi-pagi begini? Mana parfum baunya seperti bidadara jatuh dari kayangan." Jack mengendus-undus badan Firman.
"Aku keluar sebentar, mau bertemu Nia. Mobil kubawa, kau tidak kemana-mana kan?" balas Firman.
"Cieee...yang mau ketemu pujaan hati. Aku ikut ya?"
"Aku hanya sebentar, kau di rumah saja. Kunci kamar ini kalau mau pergi," pesan Firman lalu pergi menuju mobil.
Baru akan menyalakan mesin mobil. Ponsel dalam saku celana bergetar. Firman tersenyum ketika melihat ternyata Nia yang menelponnya. Segera panggilan dari kekasih hatinya tersebut di jawab.
"Halo Nia. Tunggu lima belas menit lagi Abang sampai," ucap Firman. Sebelah tangannya memasukkan kunci ke kontak yang mana sebelahnya lagi memegang ponsel yang di dekatkan ketelinga.
"Abang, sepertinya kita gak bisa ketemuan hari ini. Nia lupa hari ini Nia ada kelas pagi."
Firman melepaskan keluhan. "Ya sudah, kalau hari ini Nia sibuk. Abang pun tidak mau mengganggu waktu belajar Nia," balas Firman. Setelah itu sambungan telepon di putuskan. Stir kemudi berlogo 'H' di pegang dengan kedua tangan.
"Hari minggu masih ada kelas?" Firman menggeleng dengan senyum hambar.
Ting!
Layar ponsel yang masih di pegang di lihat. Pesan dari Jack tertera di sana.
Man, kalau pulang belikan aku gado-gado atau nasi uduk ya.
Firman tertawa sendiri karna tidak jadi pergi kencan dengan sang kekasih hati. Baru Ingin mengetik balasan pada Jeck kalau ia tidak jadi pergi, sebuah pesan yang baru masuk terlebih dulu di buka dan di bacanya.
Assalamualaikum, bang Firman. Bang Firman hari ini sibuk gak? Rencananya saya mau pergi ke panti menjenguk Umar. Bang Firman mau ikut sekalian gak?
Firman tersenyum setelah membaca pesan dari dokter muda itu. Dengan cepat jarinya mengetik balasan.
Walaikumsalam. Hari ini saya juga tidak kerja bu dokter. Ini saya juga mau pergi ke panti menjenguk Umar.
Kalau begitu kita barengan aja. Biar saya jemput bang Firman. Siapa tau teman bang Firman juga butuh mobil.
Biar saya saja yang menjemput Bu dokter. Teman saya tidak kemana-mana hari ini.
Oke.
Dokter Aisyah mengirim sekali lokasi keberadaanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments