Bab 5 Adik

Bocah itu tersenyum saat Firman mengatakan akan mengajaknya ke taman. "Yayah, adik cenang ain ayunan," celotehnya dalam gendongan Firman. Pandangan dialihkan melihat jalan yang di lewati mobil dengan wajah ceria. Kejadian kemarin, sewaktu Firman ingin meninggalkannya di jalan tidak lagi di ingat.

Kening Firman berkerut, sudah dua kali ia mendengar bocah itu memanggil diri sendiri 'adik'. Apakah dalam keluarga bocah itu di panggil 'adik'?

Firman menggeleng sambil tersenyum kecil. Dulu, ia juga di panggil 'adik' oleh kedua orang tuanya sebelum di usir dari rumah.

Hati mendambakan ingin di panggil dengan panggilan manja itu lagi. "Adik."

Bocah itu menoleh karna merasa dirinya di panggil.

Firman menggeleng dengan senyum pahitnya.

"Yayah, adik lapal." Mulut murai si kecil kembali berkicau. Tangan Firman diambil dan di letakkan ke pipi.

"Ya, nanti kita mampir di tempat makan," jawab Firman. Tangan di biarkan saja mendekap pada pipi bocah itu. Lalu, ia kembali menarik bocah itu agar bersandar pada dada bidangnya.

30 menit perjalanan telah mereka lalui. Mata bocah itu mulai tertutup. Kepalanya bersandar pada dada bidang Firman.

"Man, jangan lupa. Hari ini kita mau jual bocah itu." Jack mengingatkan.

"Ya, aku tahu." Perlahan Firman menarik tangannya yang di pegang bocah itu. Matanya juga di tujukan pada luka di betis bocah itu sebelum kembali memandang jalan yang mereka lalui.

"Apa sekarang kita mau pergi ke tempat Taleben?" tanya Firman.

"Ya, iyalah. Mau kemana lagi?" balas Jack.

"Kalau begitu kita singgah sebentar di klinik terdekat. Aku mau-"

"Kau mau apa? Jangan bilang kau masih peduli dengan bocah itu? Ayo lah Man?" potong Jack. Sekilas pria berkulit sawo matang itu menoleh pada Firman yang memandang lurus kedepan. "Aku mau secepatnya kita jual bocah ini. Setelah itu, kita selesaikan pekerjaan kita. Jangan sampai karna bocah ini pekerjaan kita berantakan!" tambah Jack.

"Aku hanya ingin membersihkan luka anak ini-"

"Man! Sadarlah! Kau itu tidak ada hubungan apa-apa dengan dia. Dia hanya anak yang kau temukan di jalan. Tidak ada urusan kau mengurus dia, mau dia mati, mau dia sakit!"

"Heisk! Kau ini sebenarnya kenapa, Man? Oh, apa karna bocah ini memanggil kau 'yayah', jadi kau merasa diri kau itu ayah bocah ini? Sepertinya kau itu sudah tidak waras!" omel Jack berapi api.

"Jaga mulut kau, Jack. Sebelum kurobek," balas Firman santai.

"Faktanya memang begitu. Dari kemarin aku sudah perhatikan kau, Man. Yang kau tidur berdua dengan dia. Kau mandikan dia. Kau suapkan dia makan. Banyak lagi yang kau lakukan. Apa kau ingin menunjukan pada bocah ini kalau kau itu ayahnya?" Suara Jack semakin melengking.

"Terserah kau lah mau bilang apa," balas Firman dengan pembawaannya yang selalu santai. Ia malas adu mulut dengan sahabatnya itu. Ujung-ujungnya tiga hari tiga malam Jack tidak akan menegurnya, kalau pria itu sudah ngambek. 

Tapi, ada benarnya juga yang di katakan Jack barusan. Kalau bocah ini selalu dibawa kemana-mana, yang ada pekerjaannya jadi terhambat. Firman sadar dirinya bukanlah seorang CEO. Ia dan Jack hanya pengedar barang-barang haram, yang merusak generasi bangsa. Dosa terus mengalir setiap detik. Apa ia layak menjaga seorang anak kecil yang masih suci?

Wajah bocah dalam pangkuan kembali di pandang.

"Kenapa dia masih tidur? Apa dia sudah mati?" bisik Firman yang hanya bisa di dengar dirinya sendiri. Tangannya meraba-raba sekitar dahi dan leher bocah itu. Tidak ada terasa tanda-tanda demam. Tubuh bocah itu juga tidak panas seperti tadi malam. Turun-naik dadanya pun mengalun biasa.

Ketika mesin mobil di matikan, Firman tahu kalau mereka sudah tiba di tempat tujuan. Pandangan di liarkan melihat sekeliling. Plang merk yang tertera di samping pagar di baca.

Yayasan anak-anak yatim, Al Iman. 

Usia anak-anak: 4-12 tahun. 

Jumlah anak-anak di yayasan ada 28 orang. 

Ulurkan bantuan anda di nomor rekening yang tertera di bawah ini...

Firman berdecak lidah setelah membaca tulisan di plang merk tersebut. Tidak menyangka Taleben yang merupakan sindikat penjual anak-anak dan penjual organ tubuh manusia itu menyamar jadi pemimpin sebuah yayasan panti asuhan.

Pintu mobil di buka, Firman mengikuti Jack yang telah dulu keluar dari mobil.

Kedatangan mereka di sambut oleh seorang pria berambut putih. Pria itu berdiri di depan pintu utama dengan senyum yang merekah. Bola matanya tertuju pada anak laki-laki dalam gendongan Firman.

"Jack, apa itu anaknya?" tanya Taleben.

"Ya," jawab Jack seraya menoleh ke arah Firman.

"Ayo masuk, kita bicarakan di dalam," ajak Taleben.

Firman dan Jack melepaskan sepatu mereka setelah di persilahkan masuk ke dalam hunian sederhana itu.

Dekorasi ruangan memang cocok untuk anak-anak. Dinding di cat dengan warna warni dan karakter kartun. Begitupun dengan meja makan panjang dan kursi-kursi kecil yang berbaris. Diruangan itu juga terdapat rak buku yang di isi berbagai buku dongeng anak-anak dan buku lainnya.

Bocah itu membuka mata ketika Firman menurunkannya di tengah-tengah rumah. Kedua lutut Firman di pegang karna kedua kaki belum kuat berdiri.

"Yayah," panggil si mulut mungil.

Firman hanya membalas.dengan memandangnya sesaat, lalu mengalihkan ke arah lain.

Seorang pria berkaca mata yang baru datang tersenyum lebar melihat bocah yang tampak ketakutan. Dia adalah dokter Fadli. Orang yang akan memeriksa kesehatan setiap anak sebelum transaksi jual beli di lakukan. Berapa harga yang di tentukan sesuai kesehatan anak yang akan di beli.

Bocah yang masih memeluk kaki Firman tampak ketakutan ketika dokter Fadli membungkukkan badan dan menatapnya.

"Berapa kalian sanggup membelinya?" tanya Firman.

"Hmm, biasanya tidak lebih 10 juta. Tapi, itu pun setelah melihat bagaimana kesehatan anak itu sendiri. Kalau fisik cacat atau rupa dia tidak menarik, mungkin setengahnya. Kalau rupa anak ini lumayan menarik, mungkin aku bisa membayar sepuluh. Dimana kau temukan anak ini?" balas Taleben.

"Dia menemukan di tepi jalan." Jack yang menjawab. Pria itu berdiri dengan kedua tangan menyilang ke dada.

"Aku kira kalian hanya menjual barang-barang haram saja. Ternyata kalian terlibat juga dalam penculikan anak," sindir Taleben sambil terkekeh.

"Eh, Uban! Jaga mulut kau! Aku tidak sama dengan kau! Aku hanya menemukan dia!" balas Firman. Sedikitpun ia tidak ingin tertawa. Pegangan tangan si kecil pada celananya membuat ia berpikir lagi ingin melepas bocah itu.

Firman bukan tidak tahu siapa Taleben. Pria itu bukan hanya terlibat dalam sindikat perdagangan anak saja, tapi pria itu juga terlibat dalam penjualan organ tubuh manusia.

Mata elang Firman fokus memperhatikan dokter Fadli yang sedang memeriksa bocah yang di bawanya. Kain perban yang menutupi luka di betis bocah itu juga di bukanya. Tampak luka yang masih basah, memerah di bagian betis si kecil.

"Bos, kaki anak ini terluka parah." Dokter Fadli memberi laporan. Kemudian beralih memeriksa dada bocah itu. Telinga di tempelkan ke dada kecil itu untuk memeriksa deguban jantung. Dokter Fadli menggelengkan kepala pelan setelah menangkap degupan jantung yang tidak normal.

"Anak ini juga mengalami masalah jantung. Mungkin jantungnya berlobang. Saya juga tidak pasti ada berapa lobang. Tapi kalau bos tetap ingin mengambil anak ini, mungkin kita perlu merawatnya dulu sebelum di jual lagi. Itu membutuhkan waktu yang lama." Dokter Fadli kembali memberi laporan sebelum berdiri.

Dalam diam Firman tersenyum. Berharap Taleben tidak mau mengambil bocah itu.

"Tapi bos, anak ini bisa bertahan hidup setahun tanpa perlu kita memberi perawatan apa-apa. Saya pikir, kita bisa saja mengambil dia. Nanti kita viralkan dan minta sumbangan pada orang-orang. Banyak orang di Indonesia ini yang prihatin dan akan memberi sumbangan untuk biaya operasinya. Dan uang akan mengalir ke rekening kita dalam setahun ini. Uang itu tidak perlu kita gunakan untuk mengobati dia. Kita biarkan saja dia mati." Dokter Fadli memberi usul tanpa ada sedikitpun rasa bersalah.

"Deal. Sekarang kalian bisa ambil bocah ini dengan harga 10 juta." Jack menyela.

"Oke. Aku ambil dia. Berikan rekening kalian." Tanpa berpikir dua kali Taleben lansung menyetujui. Dalam kepala pria berambut putih itu sudah terbayang uang yang akan mengalir kerekeningnya dari sumbangan orang-orang yang bersimpati pada bocah yang akan di belinya.

"Yayah." Terisak-isak tangis bocah itu ketika Taleben meraih tangannya. Semakin di tarik, semakin kuat pegangan tangan bocah itu pada celana jeans Firman.

"Ayah kau itu tidak sayang kau lagi. Kau tinggal bersamaku sekarang ya. Di sini banyak mainan dan teman-teman," bujuk Taleben.

Firman menggertakkan gigi. Tangan sudah terkepal kuat. Namun matanya tidak berani menunduk melihat bocah itu. Ia takut, tak kuat berpisah dengan bocah itu.

"Yayah."

Tangis ketakutan bocah itu samakin nyaring di telinga Firman. Perih terasa menusuk relung hatinya.

"Dasar anak nakal. Sini ikut aku!" Dengan kasarnya Taleben menarik kaki bocah itu, hingga tubuh kecil itu jatuh ke lantai.

Firman yang tidak kuat lagi mendengar tangis bocah itu mengayunkan sebelah kakinya tepat mengenai rahang Taleben, hingga pria itu terjungkang kebelakang. Kemudian dengan cepat dia menggendong bocah yang menelungkup di lantai dengan tangis yang semakin menjadi.

Membulat mata Jack melihat apa yang di lakukan sahabatnya. "Man! Kau ini kenapa, hah? Kita kesini mau jual dia," desis Jack geram.

"Aku tidak mau! Kau mau apa?" tantang Firman. Matanya menantang tatapan Jack.

Jack meraup wajahnya sendiri. "Shit! Kau itu sudah gila, Man!"

"Jack aku tidak mau ribut dengan kau. Tolong kau paham!" balas Firman sambil mengusap belakang kepala bocah dalam gendongannya yang masih menangis. Lalu kaki di langkahkan keluar.

Terpopuler

Comments

®agiel

®agiel

salut dengan karyamu ini Thor, detail banget, meskipun tanpa visual tapi tulisan mu bisa mangajak para pembaca seolah olah adalah tokoh Firman, termasuk saya tentunya.

lanjutkan Thor 👍

2025-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!