Bab 4 Mulai tumbuh rasa iba

"Eh, Man, Jack. Sudah pulang? Ayo kita makan-makan."

Setibanya di rumah kontrakan,  Firman dan Jack di sapa oleh 3 orang rekannya yang sedang menikmati pizza di ruang tamu.

Tampak keadaan ruangan seperti kapal pecah, dimana piring, pakaian dan beberapa majalah berserakan di lantai. Dan juga ada tiga botol Vodka yang terletak diatas meja, bersebelahan dengan kotak pizza.

"Kalian makan saja," balas Firman acuh. Ia terus berjalan ke kamar tanpa menghiraukan mereka.

"Eh, Man. Dengar-dengar kalian baru mengambil stok baru? Minta kami sedikit untuk party malam ini. Bos kalian tidak akan tahu kalau barangnya berkurang sedikit, iya kan bro?" Salah seorang dari pria yang tengah menikmati pizza itu kembali bicara. Satu kaki diangkat setinggi dagu. Dua rekannya yang lain lansung mengiyakan.

"Mati sajalah kalian. Pemakai, tapi maunya yang gratis," omel Firman.

Jack ikut tersenyum mengejek mereka.

Pria tadi berdiri. Jack yang tengah menyandarkan punggung di dinding di dekatinya. "Jack, ayo gabung sama kita."

Firman geleng-geleng kepala melihat rekan satu rumahnya menarik tangan Jack ke arah sofa yang berada di ruang tamu. Tak inginemperdulikan mereka, pintu kamar di buka, Firman masuk kedalam dan menutup kembali pintu dengan bahunya. Bocah yang sejak tadi di gendongan di baringkan di atas ranjang.

Setelahnya Firman beranjak kelemari pakaian. Pada bagian rak baju yang terlipat rapi, Firman menarik sehelai kaos berukuran S dengan hati-hati agar tidak merobohkan susunan baju yang lain. Capek kalau harus melipat lagi.

"Yayah..." Bocah yang terbaring diatas ranjang merengek ketika menyadari Firman tidak ada di sisinya. Suaranya terdengar pelan dan lirih.

"Yayah..."

Firman mengatup bibir, hatinya semakin luluh mendengar panggilan 'Yayah' oleh bocah itu. Apa mungkin wajahnya mirip dengan ayah kandung bocah itu? Firman menghembuskan nafas pendek sebelum mendekati bocah itu.

Firman dapat melihat wajah ceria bocah itu, setelah duduk di sebelahnya.

"Yayah, cini aja. Adik ngak awu Yayah pelgi."

Firman membuka baju bocah itu dan membalutkan handuk ketubuh kecilnya, lalu di gendongnya tubuh kecil itu keluar kamar karna ingin memandikan.

Firman tidak memperdulikan Jack yang tengah di kerubungi 3 orang rekannya. Kaki panjangnya terus melangkah menuju kamar mandi yang berada dekat dapur.

Di dalam kamar mandi, bocah yang di gendong di turunkan, lalu handuk di buka dan mulai menyiramkan air ketubuh bocah itu secara perlahan. Hati Firman sakit kala teringat kejadian tadi siang, dimana bocah itu di paksa makan gorengan yang telah kotor oleh seorang wanita yang tidak memiliki hati dan perasaan. Firman merasa itu salahnya karna menyuruh bocah itu pergi.

Tubuh kecil itu hanya di bilas biasa dengan air. Firman takut air akan mengenai luka di kaki bocah itu.

Di rasa selesai, handuk kembali dililitkan lagi ke tubuh si kecil, sebelum di gendong.

Bocah itu memeluk erat batang leher Firman karna takut di tinggalkan lagi.

Firman tersenyum melihat perbuatan si kecil. Ia mulai menapak menuju kamar.

"Man!" teriak Jack. Namun, salah seorang rekannya dengan cepat membekap mulut pria itu di atas sofa.

Firman yang kebetulan melintas di sana menghentikan langkah. Wajahnya berkerut melihat apa yang di lakukan salah satu rekannya terhadap Jack.

Jack tidak sama dengan Firman. Dia tidak bisa berkelahi, makanya sering di buli.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Firman seraya melangkah ke arah Jack yang terbaring di atas sofa. Salah satu rekannya menindih tubuh Jack sambil membekap mulut pria itu.

"Hehe. Biasa lah, Man. Bercanda. Iya kan, Jack?" balas pria yang berada di atas tubuh Jack.

"Kalian pikir aku buta?" Ringan saja sebelah kaki Firman menendang bahu pria yang sedang menindih Jack.

Tercagup-cakup Jack mengambil nafas. Minuman haram yang tadi di paksa masuk ke mulutnya, di muntahkan lagi. Jack mengusap tenggorokannya yang terasa panas.

"Aku tidak masalah kalian mau minum, mau memakai, atau mau mati sekalipun. Tapi aku peringatkan pada kalian, jangan pernah ganggu Jack! Sekali lagi aku tau kalian mengganggu dia. Aku antar kalian masuk kubur!" peringat Firman. Satu persatu wajah rekan serumahnya di tatap serius.

"Alah, kau itu jangan sok jadi jadi pahlawan,Man. Bocah yang kau gendong itu pun kalau sudah besar akan sama dengan kita. Atau biar aku coba saja memberi dia garam, atau minum vodca ini. Sepertinya bagus masih kecil sudah jadi pecandu. Hahaha-"

Bugh!

Kali ini kaki Firman manyapa wajah pria itu. Cairan merah mengalir dari mulut pria itu. Bibirnya luka terkena gigi sendiri akibat tendangan maut Firman.

"Bagiamana? Apa itu sakit? Kalau kurang aku bisa pecahkan kepala kau," sinis Firman. Sebelah tangannya memegang kepala bocah itu agar tidak melihat apa yang di lakukannya. Ia tidak ingin mengotori otak yang masih suci itu.

Hening. Tidak ada yang berani menanggapi ancaman Firman barusan.

Firman kembali kekamar, dan memasangkan baju kaosnya yang sudah kekecilan pada bocah itu.

***

"Man, thanks ya, bro. Karna tadi sudah menolongku?" ucap Jack.

"Coba lah keras sedikit dengan mereka, agar mereka tidak lagi berbuat sesuka hati pada kau," balas Firman. Sebatang rokok diambil dan di apitkan ke bibir, lalu pematik di nyalakan.

Walau sudah jam satu dini hari, tapi masih banyak orang yang nongkrong di warung tepi jalan tempat mereka berada sekarang.

Tidak hanya pria saja, ada juga wanita yang keluar dengan pasangan mereka.

"Aku malas saja ribut," balas Jack. Kopi susu yang tinggal setengah di teguk habis.

"Alasan. Malas ribut, tapi pakai pistol mau," sinis Firman.

"Itu beda, bro. Menggunakan pistol, artinya kita melatih fokus, melatih ketajaman mata dan otak. Kalau berkelahi, itu hanya di lakukan orang-orang primitif." Jack kembali memberi alasan.

Tinggal di rumah itu, Firman dan Jack memang tidak sepemikiran dengan dengan 3 rekannya yang lain. Mereka memang penjual barang-barang terlarang. Tapi mereka bukanlah pemakai. Minum keras pun tidak, hanya rokok dan kopi yang menjadi candu mereka.

"Man," panggil Jack, sambil menepuk tangan Firman. "Kau lihat cewek itu, cantik kan?"

Firman menoleh kebelakang. Tampak seorang perempuan berambut pirang  dengan pakaian seksi berada di antara beberapa orang teman lelakinya. "Dia bukan selera aku Jack. Aku tidak tertarik dengan perempuan liar seperti itu,"

Jack mengerutkan kening. "Kau pikir, diri kau baik?"

Firman hanya membalas dengan menghembuskan asap rokoknya ke wajah Jack.

"Ishk, kau ini." Tangan Firman yang memegang sebatang rokok di tepuk Jack hingga rokok ditangan sahabatnya itu jatuh.

"Eh, bocah itu bagaimana? Tadi kau bilang dia demam kan?" tanya Jack.

"Ya, sekarang bocah itu sedang tidur. Kamar pun tadi aku kunci agar para setan-setan itu tidak masuk dan mengganggu dia. Tadi suhu tubuhnya juga panas. Tapi sekarang sudah mendingan setelah aku tempel plaster kompres penurun panas. Hmm,  Jack. Kasihan bocah-"

"Tidak Man! Kau tidak boleh kasihan dengan dia! Pokoknya besok, bocah itu harus kau jual. Kau pikir ini babysitter, hah?" potong Jack. Ia tidak mau di marahi Togar gara-gara bocah itu.

Terpopuler

Comments

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

suka banget cadel gini

2025-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!