Firman masih memandang bocah.itu yang baru saja bangun tidur.
"Ayo bangun." Tubuh kecil itu di bawa ke dalam dekapan dan di bawa Firman ke dalam kamar mandi.
Kran di putar, wajah bocah itu di bilas dengan air, tak lupa rambut yang berantakan juga di seka tangan.
"Yayah."
"Aku bukan Ayah kau! Berhenti memanggilku Ayang!"
Bocah itu terdiam mendengar suara dingin Firman. Dia mengecilkan diri dalam dekapan pria itu. Perlahan kepala di sandarkan ke dada bidang pria yang di panggilnya 'Yayah'
Setelah merapikan bocah itu, Firman bergegas keluar rumah. Mobil yang terparkir di halaman rumah menjadi tujuan kakinya melangkah. Pintu mobil di buka dengan sebelah tangan yang mana sebelah tangan lagi menahan tubuh bocah yang berada dalam gendongan, lalu Firman masuk kedalam mobil.
"Kau serius, mau membawa bocah ini bertemu Togar?" tanya Jack memastikan . Tubuh bocah dalam pelukan Firman di pandangnya sekilas. Perlahan gas di injak bersamaan dengan kompling dan mobil mulai bergerak memasuki jalan raya.
Firman melamun memikirkan sesuatu. Tanya Jack tidaklah di jawabnya.
Jack pun sudah malas bicara. Lagian sahabatnya juga sudah mengatakan setelah bertemu Togar, bocah itu akan di jual pada Taleben.
***
Ponsel di dekatkan ke telinga sementara menunggu panggilan yang tak kunjung di jawab. Sekali lagi Firman menekan tombol panggil di ponselnya lalu ia tersenyum ketika panggilannya di jawab oleh seseorang di ujung sana.
"Halo. Nia sibuk gak hari ini? Hmm, Abang mau minta tolong sesuatu," ucap Firman. Hanya gadis itu yang terpikir olehnya saat ini.
"Tolong apa?" tanya suara di ujung sana.
"Hmm, menjaga anak kecil," balas Firman ragu-ragu. "Sebentar saja kok. Mungkin dalam waktu satu sampai dua jam saja," sambung Firman membujuk sang kekasih. Wajah bocah yang bersandar ke dadanya di intip beberapa kali.
"Hari ini Nia sibuk."
"Apa tidak bisa di undur. Nanti Abang traktir. Nia mau apa saja nanti Abang belikan," bujuk Firman memberi umpan.
"Gak bisa. Nia sibuk. Dah ya, Nia pergi dulu."
Bersamaan dengan itu sambungan telepon terputus.
Firman mengeluh dengan jawaban pujaan hatinya itu.
Tok tok tok.
Ketukan kaca mobil membuat Firman tersentak. Ia menoleh ke samping, di sana Jack sudah resah berdiri di samping mobil sejak tadi.
"Apa kata dia?" tanya Jack. Selama ini Jack tidak pernah bertemu dengan teman wanita sahabatnya itu, entah bagaimana rupa kekasih sahabatnya itu, Jack tidaklah tau. Ia hanya mendengar gadis itu dari cerita Firman saja.
"Dia tidak bisa. Dia sibuk seharian ini. Biasalah, anak kampus, kan?" Firman keluar dari mobil dengan menggendong bocah yang tampak nyaman bersandar di dada bidangnya. Ia masih ragu masuk ke dalam restoran di hadapan mereka saat ini. Bayangan wajah bengis Togar yang sedang menunggu mereka hadir di kepala.
"Kalau begitu tinggal saja bocah ini di dalam mobil. Urusan kita dengan bang Togar juga tidak lama," saran Jack.
"Tidak, bahaya kalau aku tinggal dia sendiri di dalam mobil. Baru-baru ini ada kasus anak kecil pingsan karna lemas di tinggal orang tuanya di dalam mobil. Sudah, ayo kita masuk."
"Kau yakin mau membawa anak kecil ini bertemu dengan bang Togar?" tanya Jack memastikan.
"Tidak ada pilihan lain. Ayo masuk," balas Firman dan mulai melangkah masuk ke dalam restoran.
Jack mengeluh kecil, lalu mengekor di belakang sahabatnya.
Baru saja membuka pintu restoran yang selama ini di jadikan tempat pertemuan rahasia. Seluruh mata yang berada di dalam tertuju pada Firman dan Jack, terlebih pada anak kecil yang berada dalam gendongan Firman.
Jack tersenyum kecil ketika seorang pria berbadan besar yang bertugas menjaga pintu turut melayangkan tatapan elang pada mereka. "Awas saja kau, Man. Kalau bang Togar marah," bisik hati Jack seraya berjalan beriringan dengan Firman.
Dalam restoran itu ada yang sedang bermain kartu dengan uang taruhan diatas meja. Botol-botol minuman keras mahal tampak juga tersusun rapi di rak kayu jati. Jika di lihat dari luar, restoran ini memang tampak sederhana, tapi kalau sudah masuk kedalam. Pengunjung akan terpesona dengan furniture dan dekorasi mewah tak ubah seperti restoran bintang lima.
Seorang pelayan restoran berkemeja putih mendekati mereka berdua. Kening pria itu berkerut melihat bocah yang di gendong Firman.
"Man, anak siapa ini?" tanya pria pelayan itu.
"Fal, kalau kau tidak sibuk. Bisa tolong aku untuk menjaga bocah ini sebantar." Firman bersyukur ketika bertemu dengan pelayan restoran itu yang sedang menghidangkan wine pada para tamu yang hadir.
"Sebenarnya aku mau saja, Man. Aku juga suka anak kecil. Tapi masalahnya sekarang aku sibuk. Kau lihat sendiri, kan?" balas pelayan itu. Kepala bocah yang membenamkan wajah ke dada Firman di usapnya sekali. "Lain kali aku jaga dia. Sekarang aku kerja dulu," tambah pria itu sebelum berlalu pergi.
Suasana dalam restoran itu di terangi cahaya lampu berwarna kemerahan, membuat bocah dalam pelukan Firman merasa tidak nyaman. Sejak masuk ke dalam restoran, bocah itu memejamkan mata dalam gendongan Firman.
Firman dan Jack melanjutkan langkah menuju ruang bawah tanah. Satu tangga kecil di lewati mereka berdua hingga tiba di pintu jati kembar dengan ukiran ular cobra yang merupakan simbol lambang dari kekuasaan Togar sebagai seorang mafia yang berkuasa.
Saat pintu di buka, Firman dan Jack menapak ke dalam ruangan itu. Senyum sinis Togar, pria berusia 50 tahunan menyambut kehadiran mereka. Sudah lama pria itu menunggu kehadiran mereka berdua.
Beberapa orang wanita berpakaian minim berdiri mengelilingi meja billiard dan mereka akan bersorak ketika Togar berhasil memasukkan bola.
Dua orang bodyguard pribadi dengan badan besar dan berotot, berdiri di belakang para wanita dengan pistol terselip di pinggang.
Bola putih di atas meja billiard perlahan mengenai bila warna merah lalu terus bergerak sampai masuk ke dalam lobang di sudut meja. Wanita berpakaian seksi yang ada di sana bersorak sambil melompat-lompat lalu mencium pipi Togar.
Togar tersenyum, sebelum menghampiri Firman dan Jack yang baru datang.
Stik biliar yang di pegang Togar di gesekkan ke belakang leher Firman, sambil mata tajamnya menikam bocah yang berada dalam gendongan Firman.
"Sejak kapan kau ada anak?" tanya Togar.
"Hm, ini bukan anakku. Aku menemukan-"
Belum selesai Firman bicara Togar sudah memotong.
"Jadi kenapa kau bawa dia ke sini? Kau tau kan dia masih di bawah umur? Atau kau mau mengajak dia bekerja denganku?" sinis Togar, lalu pria itu tertawa. Tawanya di sambut oleh para wanita yang ada di sana.
Firman diam saja mendengar tawa ketuanya.
"Setelah ini jangan pernah lagi kau bawa anak kecil itu ke sini. Kalau kau tidak mau dagingnya aku jadikan santapan makan malam," ancam Togar. Masih sempat sebelah tangannya menolak kepala bocah itu sebelum kembali ke meja biliard.
Bola-bola yang sudah masuk ke dalam lobang meja biliar diambil oleh pera wanita dan di susun kembali di atas meja.
"Setengah kilo. Kalian harus habiskan barang itu dalam Minggu ini. Ingat berhati-hatilah dengan polisi. Aku dengar, mereka sudah mencium aktifitas kalian. Jadi kalian harus lebih berhati-hati. Pasti sudah banyak Intel yang di tempati mereka di lokasi kalian."
Kemudian dua pucuk senjata api tipe Glock 20 yang bisa memuat 15 peluru berdiameter 10mm di letakkan di sebelah tas hitam. Stok peluru juga di letakkan bersamaan dengan senjata tersebut sebagai pelengkap set senjata.
"Aku berikan senjata ini untuk kalian jaga diri. Ingat, dalam minggu ini kalian harus menghabiskan semua barang itu," sambung Togar.
Jack tampak senang melihat pemberian ketuanya. Dia memegang pistol tersebut dan memeriksanya dengan teliti. Kecepatan peluru 375m/s, makin seru jika dia bertemu musuh nanti.
"Man, kau tau tidak ini senjata jenis apa? Glock-20, bro! Sudah lama aku menginginkan pistol semi automatis seperti ini. Biasanya senjata jenis ini hanya di gunakan FBI saja," bisik Jack pada Firman.
Plak!
Seketika kepala Jack di hantam grip pistol oleh Togar.
Membulat kepala Firman melihat tindakan yang di lakukan ketuanya itu. Ia mendekati Jack yang mengerang kesakitan.
"Lain kali jangan pernah datang telat!" peringat Togar dengan senyum sinisnya.
Cairan merah pekat, mengalir menuruni pelipis Jack. Firman mengeraskan rahang. Rasanya ingin sekali ia membalas, dengan memecahkan kepala Togar.
"Sekali lagi kalian telat. Lihatlah apa yang akan terjadi. Waktu aku bukan untuk menunggu kalian saja. Banyak orang yang bisa mengganti tempat kalian berdua," tambah Togar. Ujung stik biliar di tangannya di dekatkan ke kepala Firman dan di tolaknya kepala itu, lalu menyuruh dua orang bodyguardnya membawa Firman dan Jack keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments