Keadaan keluarga kecil bara membuat hati papa nya sangat tenang, dan dia sangat menanti nanti kabar gembira dari pasangan itu.
Sedangkan Marna kini sedang berdebat panjang dengan Yuli di ruangan pribadi keluarga Tirtayasa.
"Tante tau kan kalau Yuli gak bakal lepasin bara gitu aja, terus kenapa Tante malah bersandiwara di depan om sihh, kenapa Tante gak blak blakan aja di depan om" Katanya terpancing emosi.
"Yuli sayang.... Tante juga tau gimana perasaan kamu nak... Tapi untuk saat ini hal yang memudahkan Tante buat singkirin wanita itu adalah dengan pura-pura menerima dia"
"Kamu percaya kan sama Tante? Kamu tenang aja sayang bara dan Celsi juga kelihatan hanya suami istri yang kompak di depan umum" Sambung nya lagi.
"Maksud Tante?" Tanya Yuli
"Tante sangat mudah mengetahui mana suami istri yang memang saling mencintai dan mana yang saling bersandiwara, keduanya tidak sedekat yang kamu pikirkan sayang, jadi serahkan semuanya pada Tante" Ucap Marna.
"Okey, aku percaya sama Tante, tapi ingat Tante kalau sampai mereka tetap sama dalam satu tahun ini, dengan terpaksa Celsi harus ikhlas dan semua hubungan kerja sama kita akan terputus, sekali lagi Tante hanya dalam tahun ini" Ancam nya dengan tegas.
"Baik yulii.... Kamu tenang saja" Ucap Marna.
Setelah obrolan mereka berakhir Yuli pun pergi dari rumah kediaman keluarga Tirtayasa dan di depan tepatnya di parkiran dia melihat wanita yang kini menjadi saingannya itu turun dari dalam mobil.
Dengan cepat Yuli langsung mendekatinya "Heh ngapain kamu kesini pagi-pagi gini?" Tanya Yuli dengan sarkas.
"Ehhh haiii Yuli... Bukannya yang bertanya itu aku yahhh? Kan kalau aku yang datang kesini udah jelas soalnya ini rumah mertua aku, terus kamu sendiri?" Jawab nya lebih sarkas.
"Kamu tau gak sih siapa yang jadi lawan kamu??!!!;" celetuk Yuli dengan kesal
"Tauuuu ini di depan mata aku, yulii cewek cantik yang habisin waktunya buat dapatin suami aku" Jawab nya dengan lugas.
Saat itu emosi Yuli benar-benar terpancing dia hampir menampar wajah Celsi namun dengan cepat di alihkan oleh Celsi dengan menunjukkan cctv
Yuli langsung mengurungkan niatnya dan dia meninggal kan Celsi dengan penuh kebencian.
"Arghhhhhhhh dasar bajingan....lihat aja yahhh Celsi, kamu gak bakal lama jadi bagian keluarga ini" katanya dengan kesal sambil membanting setir mobil nya.
Melihat mobil Yuki sudah keluar dari area halaman rumah itu Celsi pun masuk kedalam.
"Selamat datang non Celsi, non mau ketemu dengan nyonya?" Tanya kepala pelayan itu dengan sopan menyambut kedatangan Celsi.
"Iyaaa mbak" jawab nya
"Mari non biar mbak antarkan" ajak nya, lalu setelah di depan pintu ruangan keluarga dia langsung di suruh masuk oleh pelayan itu. .
Kemunculannya berhasil membuat wajah Marna langsung berubah menjadi datar "Ngapain kamu kesini?" Tanya Marna dengan kesal.
"Seperti nya ada yang baru menyambut tamu spesial" ucap Celsi saat melihat gelas bekas Yuli.
"Saya bertanya kamu ngapain kesini?" Tanya nya dengan lebih sarkas.
"Saya mau berkunjung, bukan kah kita ini satu keluarga? Kenapa kedatangan saya harus dipertanyakan? Upssss jangan-jangan karena papa gak disini yahh?" Katanya membuat Marna jengkel.
Marna semakin emosi dibuatnya dan dia menantang dengan berjalan lebih dekat kearah Celsi "Kamu pikir kamu sudah di terima sepenuh nya oleh keluarga ini? Hahahha jangan berharap lebih wahai wanita jalang, jika kamu tidak bisa melahirkan seorang penerus bagi papa bara maka kamu dengan mudah akan di singkirkan dari keluarga ini" Ucap Marna dengan songong di depan Celsi.
"Hahhahaha itu saja? Apa kamu pikir wanita muda dan cantik ini tidak subur?" Tanya Celsi lagi
"Bisa saja...." Kata Marna
"Setidaknya untuk saat ini tidak ada yang bisa menggantikan posisi Celsi sebagai istri sah bara, bahkan wanita spesial yang di jodohkan dengan bara sekali pun tak ada pantas-pantasnya" sambung Celsi
Mendengar Celsi menyinggung Yuli membuat nya semakin terbakar amarah "Heiii jalang dengar yahhh, posisi kamu dan Yuli itu sangat jauh berbeda, dan ingat kamu hanya menempati posisi sementara karena semuanya akan berakhir di Yuli" Ucap nya dengan penuh emosi.
"Wow.... Aku heran kenapa yahh ketika Yuki di singgung sedikit saja, anda langsung kepanasan seperti kebakaran jenggot, atau jangan jangan Yuli itu...."
"Jangan sok tau tentang kehidupan saya!!!!" Ancam nya lagi sambil menunjuk kearah Celsi.
"Okehhhh, karena seperti nya mama mertua ku ini sudah emosi dan amarah nya sudah memuncak, aku akan pergi sekarang" Ucap nya, tapi Celsi mengeluarkan sebuah amplop putih yang sudah dia rekat kan.
"Tujuan menantu anda ini hanya memberikan sebuah kejutan, dibuka dan di lihat dengan seksama apa isi nya yahhh maaa..." ucap nya dengan nada menjengkelkan.
Setelah amplop itu di pegang oleh Marna, dia pun langsung meninggalkan rumah kediaman keluarga Tirtayasa itu dan melanjutkan aksi nya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus berbelanja kelengkapan dapur.
Celsi menyusuri seisi swalayan yang letak nya tak jauh dari rumah mereka, dan tak terasa troli yang dia bawa sudah penuh.
"Wahhh capek juga yahh jadi irt, harus belanja ini harus belanja itu" katanya mengeluh sambil mendorong troli yang sudah penuh itu ke arah kasir.
Setelah berhasil melakukan pembayaran dia memasukkan semua barang-barang itu ke dalam bagasi mobil nya dan langsung meluncur ke rumah.
Saat sampai di rumah dia tak bermalas-malasan seperti hal nya dengan istri yang Budi pekerti, dia langsung membereskan semua nya.
Urusan rumah kini sudah beres dia kerjakan, melihat masih jam 3 sore Celsi pun memutuskan untuk datang ke klinik nya.
"Kapan yahh aku bisa cerita sama bara kalau aku sebenarnya punya pekerjaan, dan tanpa minta duit pun aku harus nya bisa sih belanjain keperluan rumah tangga, tapi dia juga gak pernah bertanya" gerutunya berbicara sendiri saat mengemudi.
"Pernah gak yahh dia kepo sama kehidupan aku? Karna kan kita kenal nya hanya hitungan hari, trus langsung tanda tangan kontrak nikah dan langsung lanjut nikah"
"Eitssss tunggu-tunggu kenapa aku malah mikirin soal itu yahh? Aduhhh Celsi jangan mikirin cinta cinta dulu dehhh, kamu TUHH harus fokus sama rencana awal kamu"
"Huffffff okeee tenang celsii, ini bukan respon yang menunjukkan ketertarikan yahh, ini hanya respon normal seorang wanita yang hidup bersama dengan lelaki" sambung nya lagi berusaha membenarkan dirinya.
Kembali lagi di rumah kediaman keluarga Tirtayasa, amplop putih itu sampai sore hari nya belum di buka sama sekali oleh Marna, tapi dia simpan baik-baik di dalam laci meja riasnya.
"Apapun isi nya ini akan aku anggap tidak penting seperti kehadiran nya di keluarga ini" Ucap nya sambil bercermin.
Namun saat saat santai ada saja yang membuat nya terganggu, handphone nya berdering dan membuat Marna sedikit kesal karna sudah di abaikan beberapa kali pun panggilan itu tetap masuk.
"Halo ada apa?" Tanya Marna dengan nada sarkas nya
"Halo Bu boss, gimana nih boss kami kehilangan arah wanita itu, tadi harus nya belok kanan ehhh tapi dia mutar balik, pokoknya bikin kita hilang arah" lapor nya
"Haduhhh kalian ini bisa nya apa sihh? Hanya ngikutin wanita saja tidak bisa, sudah lah ikuti lagi besok, ingat dalam Minggu ini cari tahu kemana saja wanita itu pergi" Pintah nya.
Ternyata Marna malah menyibukkan diri untuk membuntuti Celsi diam-diam, tanpa tahu bahwa wanita yang dia anggap sepele itu adalah musuh besar yang akan menyantap nya habis habis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments