Bab 11 : Adik Araya

...****************...

“Nyonya mengaku jika dua tahun yang lalu beliau tidak berniat untuk bunuh diri, Nyonya merasa ada yang mendorongnya, tapi saat itu dia membiarkan saat pelayan berasumsi jika ia akan bunuh diri. Kejadian sebelumnya yang membuat Nyonya terluka juga murni karena Nyonya tergelincir, beliau merasa lantai saat itu sangat licin.”

“Itu adalah laporan yang saya dapat dari pelayan pribadi Nyonya, Tuan.” Ujar Bastian mengakhiri laporannya.

Gevan yang duduk di kursi kerjanya terlihat tenang tak terusik dengan ucapan Bastian itu, “Bagaimana pendapat kamu, Bastian? Kamu percaya ucapan istri saya?”

“Maaf, tapi tidak Tuan. Karena Tuan sendiri juga sudah melihat Nyonya ingin melompat dari rooftop mansion,” jawab Bastian Rasional.

Jika boleh jujur, Gevan setuju dengan pendapat tangan kanannya itu. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Araya yang dengan kesadaran penuh menaiki pagar pembatas rooftop.

Tapi, ia juga tidak bisa mengabaikan ucapan istrinya begitu saja.

“Cari pelayan yang pertama kali mengatakan Araya ingin bunuh diri dua tahun lalu. Dan berikan pada saya rekaman cctv saat Araya jatuh di tangga itu.” Ujar Gevan.

Awalnya Bastian ingin memprotes, sulit mengingat wajah pelayan yang sudah dua tahun berlalu itu. Tapi, ia tetap menyanggupi titah Tuannya itu.

“Baik, Tuan.”

“Selama saya ke luar negeri, apa ada laporan Araya bertemu bajingan itu?”

Bastian yang memang tahu siapa orang yang di maksud Gevan menggeleng, “Nyonya hanya menghabiskan waktu di dalam mansion, dan ikut saya menjemput Tuan Muda setiap harinya.”

“Saya rasa Nyonya benar-benar mengakhiri hubungannya dengan Tuan Gillham itu,” lanjut Bastian menyertakan pendapatnya.

Gevan terlihat puas dengan semua laporan Bastian tentang istrinya itu. Ia memang nyaris tidak berinteraksi dengan Araya selama ini. Tapi seperti kata Ghariel, jika Gevan mengetahui segala yang terjadi, entah di dalam atau pun di luar mansion ini.

***

Siang hari ini Araya kedatangan tamu tak di undang. Seorang gadis cantik yang kini duduk bersamanya di ruang tamu mansion ini.

Namanya Shinta, adik dari Araya. Lebih tepatnya saudara se ayah Araya. Ayah Araya dan Ibunya Shinta menikah saat Araya berusia dua tahun, karena itu mereka sudah terasa seperti keluarga kandung. Ibu Araya sendiri meninggal dunia karena kanker beberapa bulan setelah melahirkannya.

Shinta dan Araya terpaut tiga tahun, dan adiknya itu belum menikah. Itu lah beberapa informasi yang Araya ingat.

“Kamu sama Mama apa kabar?” Tanya Araya lebih dulu. Tak lupa ia meminta pelayan menyajikan minuman untuk mereka sebelumnya.

“Baik, Mama lagi di kantor jadi gak bisa ikut ke sini tadi. Kakak gimana?” Tanya adik Araya itu, tapi melihat perban di dahi kakaknya ia kembali bertanya, “ini kenapa kak?”

Mendengar nada khawatir dari Shinta, Araya tersenyum tipis, “Luka karena jatuh, udah kering kok.” Jawabnya.

“Oh, aku kira suami gak tau diri kakak itu main tangan,” ujar Shinta yang terdengar sensi.

Araya sudah menebak jika keluarganya pun pasti tak menyukai Gevan, tapi ucapan Shinta yang memburuk-burukkan Gevan secara langsung itu tak baik terdengar di mansion ini.

“Jangan ngomong gitu, Ta. Gak bagus kalau orangnya dengar,” tegur Araya, bagaimana pun pelayan dan anak buah Gevan berlalu lalang di rumah ini.

Shinta terlihat sedikit kesal, “ih, sejak kapan kakak peduli in dia?”

“Bukan peduli sama dia, tapi kakak gak mau kamu yang jadi sasaran kemarahan dia.” Jelas Araya.

“Kan ada kakak yang bakal lindungin aku, iya kan?”

Araya hanya tersenyum maklum, sepertinya Shinta ini cukup manja dengannya sebagai satu-satunya saudara yang ia miliki.

Ia cukup senang, mengingat hidupnya saat menjadi Dena hanya sendiri, ia anak tunggal di tambah broken home. Bisa di bayangkan se sepi apa kehidupan yang ia jalani.

“Oh iya, kakak sama Kak Romeo lagi berantem?” Tanya Shinta.

Araya sedikit terkejut mendengarnya, ternyata adiknya ini juga mengetahui hubungannya dengan mantan kekasihnya itu.

“Kamu tahu dari mana?” Tanya Araya.

“Kak Romeo yang hubungin aku. Katanya kakak blok nomor dia, sampai di chat pakai nomor lain tetap kakak blok. Kalian ada masalah ya?”

Araya tak tahu ternyata Romeo juga dekat dengan adiknya. Sebenarnya tak perlu heran jika mengingat ia dan Romeo sudah saling mengenal sejak sekolah. Romeo mungkin sudah akrab dengan keluarganya, atau mungkin juga sebaliknya.

“Bukan hal penting kok,” jawab Araya singkat. Berharap adiknya mengerti jika Araya tak ingin membahas ini lebih lanjut.

Tetapi, Shinta sepertinya tak mengerti, “kalau ada masalah saran aku mending kakak omongin baik-baik dulu deh.” Ujarnya.

Araya memilih memberi pengertian pada adiknya, “sejak awal hubungan kami memang masalah. Dan kakak gak mau memperpanjangnya.”

“Maksud kakak?” Tanya Shinta tak mengerti.

“Kami putus,” Araya menjelaskan sejenak ucapannya melihat ekspresi terkejut lawan bicaranya, “Kakak ingin Romeo fokus dengan keluarganya yang sekarang. Kakak gak mau menjadi penghalang mereka.” Lanjutnya.

Dapat Araya lihat sepertinya Shinta tak terima dengan putusnya hubungannya dengan Romeo, “Tapi kak—“

“Mamaaaa...”

Panggilan senang dari Ghariel yang baru pulang sekolah menyela ucapan Shinta. Ada Bastian di sana yang langsung berlalu meninggalkan mereka setelah menunduk sopan menyapa Nyonya rumah.

“Udah pulang? Gimana sekolahnya?” Tanya Araya ketika Ghariel menghampirinya.

Ghariel terlihat sedikit takut untuk mendekat melihat tatapan tajam Shinta yang ditujukan untuknya.

“Baik, Ma. Hari ini aku cuman belajar dua jam terakhir karena jam kos dari pagi,” jawab Ghariel menampilkan deretan giginya pada sang ibu.

“Kak? Aku gak salah lihat kan?” Tanya Shinta menyela obrolan ibu dan anak itu.

Araya menghela nafasnya, “seperti yang kakak bilang tadi supaya Romeo fokus dengan keluarganya. Begitu juga dengan kakak, Shinta.”

Shinta menggeleng tak terima, “Kakak bercanda? Kakak lupa dia keturunan siapa?”

Gadis itu menunjuk Ghariel tak suka, “Dia anak iblis itu kak! Dia yang udah hancurin keluarga kita, hancurin hidup kakak! Dia gak akan berbeda dengan ayahnya itu!”

Araya menutup telinga Ghariel berharap tak mendengar ucapan tak mengenakan Shinta. Ia tak menyangka adiknya itu akan sebegitu marahnya.

Sebelum mengurus adiknya, Araya menatap Ghariel yang sudah menundukkan pandangannya ke bawah lantai.

“Ghariel, kamu ke kamar dulu, ya? Mama mau bicara dengan tante kamu sebentar.”

“Dia bukan keponakan aku!” Bantah Shinta langsung.

“Ta-tapi Ma..”

“Sebentar aja sayang,” Ujar Araya. Ia memanggil salah satu pelayan agar memastikan Ghariel masuk ke kamarnya.

Kini, Araya beralih pada adiknya yang masih memberikan tatapan tak terima itu.

“Aku benar-benar gak nyangka kakak malah bersikap baik ke anak itu!” Ujar Shinta langsung.

“Shinta, dia anak kakak. Dia gak punya salah sedikitpun.” Jawab Araya agar adiknya itu mengerti.

“Kak, dia gak akan berbeda dari iblis itu kak! Kakak jangan sampai tertipu sama dia!”

Araya mengusap wajahnya kasar, “Ghariel cuman anak kecil, Shinta. Dia bahkan gak tau apa-apa!”

Shinta terkekeh kecil mendengar itu, “Semudah itu ya kakak lupain apa yang udah terjadi. Sekarang kakak menerima keadaan, iya?”

“Kakak lupa siapa yang udah buat kakak depresi? Kakak lupa siapa yang bunuh Papa? Siapa yang ambil alih perusahaan kita gitu aja cuman untuk kepentingan dia?!” Tanya Shinta berturut-turut.

Awalnya Araya ingin membantah pertanyaan-pertanyaan itu, tapi kalimat terakhir dari Shinta membuatnya penasaran, Araya tidak mengerti.

“Perusahaan kita?” Tanya Araya.

“Kakak benar-benar lupa?!” Shinta mengalihkan pandangannya, “Tujuan dia menikah dengan kakak karena ingin memanfaatkan saham keluarga kita, dengan masuk ke keluarga kita dia jadi punya otoritas untuk itu. Kalau enggak segitunya, dia gak akan membunuh Papa!”

Araya terdiam mendengar fakta yang baru ia ketahui itu. Jika ucapan Shinta memang benar, apa karena itu Gevan begitu memaksa untuk menikahinya? Tapi, Araya tahu jika Gevan memang sudah se kaya ini sejak dulu. Walaupun saham keluarganya tak bisa di bilang sedikit.

“Dia itu mafia kak! Dia cuman peduli tentang keuntungan dia sendiri!” Lanjut Shinta, ia harap dapat menyadarkan kakaknya ini.

...****************...

tbc.

Terpopuler

Comments

Lauren Florin Lesusien

Lauren Florin Lesusien

𝚊𝚔𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚔𝚝𝚎𝚛 𝚌𝚎𝚠𝚎𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚔2 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚐𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚙𝚎𝚗𝚐𝚊𝚛𝚞𝚑 𝚔𝚊𝚗 𝚞𝚍𝚑 2 𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚝𝚞𝚜 𝚙𝚎𝚔𝚊 𝚝𝚑𝚞𝚛😍😍

2025-03-20

2

Sulati Cus

Sulati Cus

keknya konspirasi mm. tiri dan adik tiri

2025-03-08

2

Lay's

Lay's

Keluarganya Araya ini kok malah sus yaaa 🤔🤔

2025-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Dena si Mahasiswi akhir
2 Bab 2 : Araya Rosetta
3 Bab 3 : Suami?
4 Bab 4: Bastian
5 Bab 5 : Si kecil Ghariel
6 Bab 6 : Bertemu tanpa di sengaja
7 Bab 7 : Memutuskan hubungan
8 Bab 8 : incident
9 Bab 9 : Ingin ikut memberi pelajaran?
10 Bab 10 : Pengalaman pertama Ghariel
11 Bab 11 : Adik Araya
12 Bab 12 : Makan siang bersama.
13 Bab 13 : Tanpa sengaja bertemu.
14 Bab 14 : Papa Gevan ternyata..
15 Bab 15 : Weekend Araya
16 Bab 16: Cerai?
17 Bab 17: Terungkap
18 Bab 18 : Masalah Ghariel
19 Bab 19 : Merasa tak cukup
20 Bab 20 : Mulai Percaya?
21 Bab 21 : Biggest Fear
22 Bab 22 : Ghariel’s day
23 Bab 23 : Kamar Gevan
24 Bab 24 : Hadiah dari Gevan
25 Bab 25 : Tamu Araya
26 Bab 26 : Ghariel dan Viena
27 Bab 27 : Suka?
28 Bab 28 : Pelayan muda?
29 Bab 29 : Teror
30 Bab 30 : Pacar Shinta
31 Bab 31 : Kolam Renang
32 Bab 32 : Kolam Renang Part 2
33 Bab 33 : Drama?
34 Bab 34 : Ruang Bawah Tanah?
35 Bab 35 : Gevan yang sebenarnya
36 Bab 36 : Kekhawatiran Araya
37 Bab 37 : Araya dan ‘keluarganya’
38 Bab 38 : Kebenaran yang menyakitkan
39 Bab 39 : Ke kantor Gevan
40 Bab 40 : Mommy?
41 Bab 41 : Minimarket
42 Bab 42 : Fakta baru
43 Bab 43 : Para tokoh yang seharusnya
44 Bab 44 : Maunya Gevan
45 Bab 45 : Cemburu?
46 Bab 46 : Regret
47 Bab 47 : adik?
48 Bab 48 : Tegas
49 Bab 49 : Serena Kim
50 Bab 50 : Menyiksa Gevan
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 : Dena si Mahasiswi akhir
2
Bab 2 : Araya Rosetta
3
Bab 3 : Suami?
4
Bab 4: Bastian
5
Bab 5 : Si kecil Ghariel
6
Bab 6 : Bertemu tanpa di sengaja
7
Bab 7 : Memutuskan hubungan
8
Bab 8 : incident
9
Bab 9 : Ingin ikut memberi pelajaran?
10
Bab 10 : Pengalaman pertama Ghariel
11
Bab 11 : Adik Araya
12
Bab 12 : Makan siang bersama.
13
Bab 13 : Tanpa sengaja bertemu.
14
Bab 14 : Papa Gevan ternyata..
15
Bab 15 : Weekend Araya
16
Bab 16: Cerai?
17
Bab 17: Terungkap
18
Bab 18 : Masalah Ghariel
19
Bab 19 : Merasa tak cukup
20
Bab 20 : Mulai Percaya?
21
Bab 21 : Biggest Fear
22
Bab 22 : Ghariel’s day
23
Bab 23 : Kamar Gevan
24
Bab 24 : Hadiah dari Gevan
25
Bab 25 : Tamu Araya
26
Bab 26 : Ghariel dan Viena
27
Bab 27 : Suka?
28
Bab 28 : Pelayan muda?
29
Bab 29 : Teror
30
Bab 30 : Pacar Shinta
31
Bab 31 : Kolam Renang
32
Bab 32 : Kolam Renang Part 2
33
Bab 33 : Drama?
34
Bab 34 : Ruang Bawah Tanah?
35
Bab 35 : Gevan yang sebenarnya
36
Bab 36 : Kekhawatiran Araya
37
Bab 37 : Araya dan ‘keluarganya’
38
Bab 38 : Kebenaran yang menyakitkan
39
Bab 39 : Ke kantor Gevan
40
Bab 40 : Mommy?
41
Bab 41 : Minimarket
42
Bab 42 : Fakta baru
43
Bab 43 : Para tokoh yang seharusnya
44
Bab 44 : Maunya Gevan
45
Bab 45 : Cemburu?
46
Bab 46 : Regret
47
Bab 47 : adik?
48
Bab 48 : Tegas
49
Bab 49 : Serena Kim
50
Bab 50 : Menyiksa Gevan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!