Bab 3 : Suami?

...****************...

(Mulai sekarang kita panggil Dena \= Araya)

Sudah satu hari berlalu di mana Dena a.k.a Araya terbangun di tubuh ini. Tadinya Araya pikir setelah melewati alam mimpi seperti yang terjadi sebelum ia berada di sini, ketika terbangun ia akan kembali ke dunianya. Namun nihil, tak seperti yang di harapkan.

Pagi ini pertama kali Araya keluar dari kamarnya, setelah menikmati sarapan yang di bawakan Bi Laksmi.

Kamar Araya berada di lantai dua, yang diketahui sebagai wilayahnya. Sedangkan anaknya si antagonist Ghariel ada di lantai satu, dan suaminya di lantai tiga. Mansion mewah yang ia tempati memiliki tiga lantai, dengan lantai ke empat paling atas merupakan rooftop.

Dan rooftop adalah tujuan Araya saat ini. Ia menaiki lift untuk menuju lantai teratas itu.

Setibanya di sana, dapat Araya lihat tempat luas ini yang terjaga bersih. Sepertinya cocok untuk dijadikan tempat kumpul-kumpul keluarga ala orang kaya.

Langkah kakinya membawa Araya ke tepi rooftop yang di batasi pagar besi setinggi dadanya.

Kedua tangannya terkepal kuat, “Sebenarnya aku gak mau coba ini,” gumamnya.

Ya, Araya bertekad untuk bunuh diri. Bodoh memang, tapi ia tidak ingin mati di tangan suaminya, yang entah dengan cara yang se kejam apa. Araya ingin mencoba peruntungan, jika ia mati sekarang, siapa tau kembali ke tubuh aslinya, kan?

Perlahan tangannya memegang besi pembatas, satu kakinya berangsur naik.

Saat kakinya yang lain hendak naik, Araya merasakan tangan seseorang menarik pinggangnya mundur.

“Akh..” Ia hampir kehilangan keseimbangan jika tidak ada sepasang tangan yang menahan tubuhnya.

“Bodoh!”

Setelah cekalan di pinggangnya terlepas, Araya berbalik melihat seseorang yang baru mengumpatnya itu.

Sial. Benar-benar sial, sosok malaikat pencabut nyawanya malah berdiri di hadapannya sekarang.

Pria dengan tinggi kisaran 185cm, dengan bahu lebar dan tubuh proporsional, memberikan kesan kuat tanpa terlihat berlebihan. Wajahnya tajam dengan garis rahang tegas, hidungnya lurus, dan mata dalamnya memancarkan sorot yang sulit ditebak.

Araya seolah melihat deskripsi Ghariel di novel secara langsung.

“Tidak bosan selalu melakukan percobaan bunuh diri, huh?”

Araya mengabaikan pertanyaan bernada datar itu. Tunggu, apa ia salah dengar? Selalu?

Apa artinya Araya asli juga sering melakukan percobaan bunuh diri? Tapi ia sama sekali tak menemukan ingatan itu.

“Kembalilah ke kamarmu.” Ucap Gevan setelah beberapa saat Araya hanya menatapnya lurus.

Araya mengalihkan pandangannya, lalu tanpa kata meninggalkan kawasan rooftop. Tanpa berbalik melihat Gevan yang terus melihatnya sampai hilang di pandangannya.

***

“Seremin banget, gilak.” Araya menungkupkan wajahnya pada bantal.

Mengingat pertemuannya dengan Gevan tadi, Araya dapat merasakan reaksi tubuh ini yang langsung freeze melihat suaminya sendiri. Hei, laki-laki itu mafia kejam, siapa yang tidak takut.

Sudah jelaskan, Araya juga takut pada suaminya? Dari ingatannya, saking bencinya Araya pada Gevan wanita itu selalu berteriak mengusir Gevan setiap masuk di penglihatannya.

Tok tok tok...

“Nyonya, ini saya Bi Laksmi.”

Suara dari balik pintu itu membuat Araya mengubah posisi menjadi duduk di tepi ranjangnya.

“Masuklah.”

Pintu terbuka, menampilkan Bi Laksmi dengan nampan obat di tangannya.

“Ini sudah waktu Nyonya ganti perban, apa Nyonya ingin mandi dulu?”

Araya menggeleng, “Tidak, langsung saja.” Toh ia dasarnya sudah cantik, tidak perlu mandi.

Bi Laksmi dengan pelan membuka perban yang mengelilingi kepala Araya, setelahnya lanjut membersihkan luka.

“Ssh..” desis Araya kala alkohol bersentuhan dengan lukanya.

“Maaf Nyonya, saya akan lebih berhati-hati.” Sahut Bi Laksmi yang terlihat agak panik?

Setelahnya perban baru di pasang, Bi Laksmi sudah di ajarkan oleh Dokter Sarah cara menukar perban kemarin. Untungnya luka Araya tidak terlalu besar, hanya saja masih sedikit mengeluarkan darah.

“Sudah selesai, Nyonya.”

Araya menyentuh perban barunya, “terima kasih, bibi.”

Bi Laksi tertegun sebentar. Tumben sekali Nyonya nya yang angkuh ini mengucapkan terima kasih, pikirnya.

Tapi ia tetap tersenyum sungkan menjawab.

Araya menggigit bibir bawahnya, ada banyak hal yang ingin ia tanyakan. Dan sepertinya menanyakan pada Bi Laksmi yang sudah melayaninya tujuh tahun di sini adalah pilihan yang baik.

“Bi Laksmi, apa sebelumnya saya pernah mencoba untuk bunuh diri?” Tanya Araya langsung.

Terlihat pelayannya itu terkesiap dengan pertanyaan tiba-tiba Araya.

“Jawab saja, Bi. Atau mungkin, pandangan bibi selama saya tinggal di rumah ini?” Tanya Araya lagi, “sebenarnya, saya sedikit melupakan beberapa hal.” Bohongnya.

Bi Laksmi meletakkan obat-obatan yang ia bawa ke nampan, “sebelumnya, maaf jika saya lancang Nyonya.”

Araya mengangguk menanggapi, “sebenarnya, luka yang Nyonya dapat sekarang bukan karena jatuh, tapi Nyonya yang memang berniat untuk bunuh diri.” Ungkap Bi Laksmi hati-hati.

“Apa?” Araya refleks berucap karena terkejut.

Ia jelas-jelas mengingat dalam ingatan Araya jika ia tergelincir, bukan karena berniat untuk bunuh diri.

Bi Laksmi yang mengira majikannya marah segera menundukkan takut, “Maaf Nyonya, tapi itu adalah praduga saya dan para pekerja di mansion ini. Tapi saya yakin, Tuan pun sependapat.” Jelasnya.

Dapat Araya lihat jika pelayannya ini sedikit ragu membawa-bawa kata ‘Tuan’ karena Araya memang sangat sensitif menyangkut suaminya itu.

Araya menghela nafasnya, “Selain itu, apa sebelumnya juga pernah?”

Bi Laksmi mengangguk pelan, “Nyonya pernah menceburkan diri di kolam renang belakang. Karena itu Tuan kini memasang cctv di bagian kolam.”

Araya mengangguk mengerti. Ia mencoba menggali ingatan tentang itu, dan agak samar. Karena terjadi beberapa tahun yang lalu.

Sebenarnya tidak heran mengapa orang-orang mansion ini mengiranya akan bunuh diri. Araya menikah dengan Gevan secara paksa.

Fakta lebih parahnya, lelaki itu memperkosa Araya hingga hamil anak mereka, agar Araya mau menikahinya.

Lelaki itu sampai membunuh ayah Araya karena tidak merestui pernikahan mereka.

Bisa dibayangkan bagaimana mental Araya, bukan? Araya bahkan harus di damping psikolog selama satu tahun untuk mengembalikan kewarasannya.

Mungkin tidak sempurna, nyatanya setiap bertemu Gevan ia selalu berteriak kesetanan, melempar barang apa yang terlihat.

Bahkan menyiksa anaknya sendiri, seterganggu itu mental Araya.

Ia jadi sangat simpatik pada Ghariel, anak sekecil itu menghadapi rumah besar sesuram ini, ibu dan ayahnya tidak waras.

Tapi ia penasaran, apa alasan Gevan menikahi Araya? Apa ia se terobsesi itu? Karena jika mereka saling mencintai, tak mungkin Araya sangat menolaknya.

Ingatan Araya memang memenuhi pikirannya, tapi akan sempurna ketika terdistrak bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengannya.

Baiklah, karena Araya memang pada dasarnya takut untuk mati. Ia akan menerima alur novel ini, dengan menghindari kematiannya. Serta mulai menyelesaikan masalah-masalah hidup Araya yang penuh misteri.

Dan memberikan sedikit kebahagiaan untuk antagonist tampan yang masih belia itu.

Araya menatap Bi Laksmi, “Di mana putraku?”

...****************...

tbc.

Episodes
1 Bab 1 : Dena si Mahasiswi akhir
2 Bab 2 : Araya Rosetta
3 Bab 3 : Suami?
4 Bab 4: Bastian
5 Bab 5 : Si kecil Ghariel
6 Bab 6 : Bertemu tanpa di sengaja
7 Bab 7 : Memutuskan hubungan
8 Bab 8 : incident
9 Bab 9 : Ingin ikut memberi pelajaran?
10 Bab 10 : Pengalaman pertama Ghariel
11 Bab 11 : Adik Araya
12 Bab 12 : Makan siang bersama.
13 Bab 13 : Tanpa sengaja bertemu.
14 Bab 14 : Papa Gevan ternyata..
15 Bab 15 : Weekend Araya
16 Bab 16: Cerai?
17 Bab 17: Terungkap
18 Bab 18 : Masalah Ghariel
19 Bab 19 : Merasa tak cukup
20 Bab 20 : Mulai Percaya?
21 Bab 21 : Biggest Fear
22 Bab 22 : Ghariel’s day
23 Bab 23 : Kamar Gevan
24 Bab 24 : Hadiah dari Gevan
25 Bab 25 : Tamu Araya
26 Bab 26 : Ghariel dan Viena
27 Bab 27 : Suka?
28 Bab 28 : Pelayan muda?
29 Bab 29 : Teror
30 Bab 30 : Pacar Shinta
31 Bab 31 : Kolam Renang
32 Bab 32 : Kolam Renang Part 2
33 Bab 33 : Drama?
34 Bab 34 : Ruang Bawah Tanah?
35 Bab 35 : Gevan yang sebenarnya
36 Bab 36 : Kekhawatiran Araya
37 Bab 37 : Araya dan ‘keluarganya’
38 Bab 38 : Kebenaran yang menyakitkan
39 Bab 39 : Ke kantor Gevan
40 Bab 40 : Mommy?
41 Bab 41 : Minimarket
42 Bab 42 : Fakta baru
43 Bab 43 : Para tokoh yang seharusnya
44 Bab 44 : Maunya Gevan
45 Bab 45 : Cemburu?
46 Bab 46 : Regret
47 Bab 47 : adik?
48 Bab 48 : Tegas
49 Bab 49 : Serena Kim
50 Bab 50 : Menyiksa Gevan
51 Bab 51 : Friska
52 Bab 52 : Kejujuran
53 Bab 53 : Jawaban dari Bastian
54 Bab 54 : Jawaban dari Gevan
55 Bab 55 : Pagi yang cerah
56 Bab 56 : Incident
57 Bab 57 : Pencarian
58 Bab 58 : Mencoba
59 Bab 59 : Akhir Reagan
60 Bab 60: Maaf?
61 Bab 61 : Ghariel
62 Bab 62 : Papa baruuu
63 Bab 63 : Party
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1 : Dena si Mahasiswi akhir
2
Bab 2 : Araya Rosetta
3
Bab 3 : Suami?
4
Bab 4: Bastian
5
Bab 5 : Si kecil Ghariel
6
Bab 6 : Bertemu tanpa di sengaja
7
Bab 7 : Memutuskan hubungan
8
Bab 8 : incident
9
Bab 9 : Ingin ikut memberi pelajaran?
10
Bab 10 : Pengalaman pertama Ghariel
11
Bab 11 : Adik Araya
12
Bab 12 : Makan siang bersama.
13
Bab 13 : Tanpa sengaja bertemu.
14
Bab 14 : Papa Gevan ternyata..
15
Bab 15 : Weekend Araya
16
Bab 16: Cerai?
17
Bab 17: Terungkap
18
Bab 18 : Masalah Ghariel
19
Bab 19 : Merasa tak cukup
20
Bab 20 : Mulai Percaya?
21
Bab 21 : Biggest Fear
22
Bab 22 : Ghariel’s day
23
Bab 23 : Kamar Gevan
24
Bab 24 : Hadiah dari Gevan
25
Bab 25 : Tamu Araya
26
Bab 26 : Ghariel dan Viena
27
Bab 27 : Suka?
28
Bab 28 : Pelayan muda?
29
Bab 29 : Teror
30
Bab 30 : Pacar Shinta
31
Bab 31 : Kolam Renang
32
Bab 32 : Kolam Renang Part 2
33
Bab 33 : Drama?
34
Bab 34 : Ruang Bawah Tanah?
35
Bab 35 : Gevan yang sebenarnya
36
Bab 36 : Kekhawatiran Araya
37
Bab 37 : Araya dan ‘keluarganya’
38
Bab 38 : Kebenaran yang menyakitkan
39
Bab 39 : Ke kantor Gevan
40
Bab 40 : Mommy?
41
Bab 41 : Minimarket
42
Bab 42 : Fakta baru
43
Bab 43 : Para tokoh yang seharusnya
44
Bab 44 : Maunya Gevan
45
Bab 45 : Cemburu?
46
Bab 46 : Regret
47
Bab 47 : adik?
48
Bab 48 : Tegas
49
Bab 49 : Serena Kim
50
Bab 50 : Menyiksa Gevan
51
Bab 51 : Friska
52
Bab 52 : Kejujuran
53
Bab 53 : Jawaban dari Bastian
54
Bab 54 : Jawaban dari Gevan
55
Bab 55 : Pagi yang cerah
56
Bab 56 : Incident
57
Bab 57 : Pencarian
58
Bab 58 : Mencoba
59
Bab 59 : Akhir Reagan
60
Bab 60: Maaf?
61
Bab 61 : Ghariel
62
Bab 62 : Papa baruuu
63
Bab 63 : Party

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!