Jiro yang melihat keterkejutan Andrea nampak tersenyum lebar, rupanya dugaannya benar jika wanita itu adalah Bibi dokter yang ia maksud setelah melihatnya tanpa menggunakan masker.
"Bibi dokter ternyata lebih cantik aslinya," ucapnya dengan antusias karena tidak menyangka mereka bertemu secepat ini.
Andrea yang masih berdiri di depan pintu kamarnya pun nampak mengernyit, sebenarnya siapa bocah itu kenapa mengetahuinya jika ia seorang dokter?
"Benarkah? Memang kamu tahu dari mana jika Bibi dokter, hm?" Ucapnya seraya mendekati bocah itu dan menatapnya dengan gemas.
"Kasih tahu tidak ya," Jiro pun langsung tersenyum menggoda.
"Astaga jadi kamu ingin bermain-main sama Bibi, hm?" Andrea pun langsung mengelitik perut bocah itu dan tentu saja itu membuat Jiro nampak tertawa nyaring.
Entah bocah dari mana tapi ia akui anak itu sukses membuat paginya yang suram berubah menjadi berwarna dan paling tidak ia memulai harinya dengan sebuah senyuman. Ia sampai lupa kapan terakhir tertawa seperti ini dan anak tersebut mampu membuat hatinya kembali menghangat.
"Ampun Bibi, ampun." Jiro nampak tak tahan di gelitik dan terus tertawa minta ampun.
Andrea pun langsung melepaskannya lalu menatapnya dengan lekat. "Entah siapa pun kamu tapi terima kasih sudah mengganggu pagiku," ucapnya kemudian.
Entah kenapa rasanya tak bosan menatap bocah itu dan ia baru menyadari jika anak tersebut memiliki mata hazel sama seperti dirinya, wajahnya pun terlihat putih bersih dan entah kenapa sedikit mirip dengan mantan suaminya.
"Ah mungkin hanya kebetulan saja," gumamnya.
"Berapa usiamu nak?" Tanyanya kemudian, mungkin putranya juga seumuran anak itu.
"18 tahun bibi," sahut Jiro dengan tersenyum menggoda.
"Bibi serius sayang," Andrea pun kembali menatapnya gemas.
"Kata papa aku boleh punya pacar umur 18 tahun, jadi aku mau 18 tahunnya sekarang saja biar bisa punya pacar seperti Bibi." Tukas bocah itu dengan polosnya.
Mendengar itu pun Andrea nampak melotot tak percaya namun detik selanjutnya langsung tertawa lebar. "Kamu lebih pantas menjadi anak Bibi, lagipula anak kecil belum boleh pacaran sayang." Ucapnya seraya mencubit hidung mancung bocah itu dengan gemas.
"Baiklah kalau begitu jadilah ibuku," mohon Jiro. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa sayang dengan wanita itu padahal sebelumnya sangat sulit dekat dengan orang asing, bahkan ia sudah menyayanginya sejak pertama kali melihatnya. Ia sering membayangkan wajah wanita itu bahkan dalam mimpinya juga dan untuk itu mudah baginya mengaplikasikannya pada sebuah gambar.
Andrea terdiam seandainya putranya yang berkata seperti itu ia pasti akan sangat senang namun sepertinya kesalahannya yang telah meninggalkannya dahulu pasti takkan di maafkan oleh anaknya tersebut.
"Tidak sayang, bukankah kamu sudah memiliki ibu?" Tukasnya kemudian.
Jiro pun mengangguk. "Hm, apa aku tidak boleh memiliki 3 ibu?" Sahutnya seraya menunjukkan 3 jarinya.
"Tiga ibu?" Andrea pun langsung melotot menatapnya.
"Hm, aku sudah memiliki dua ibu kalau di tambah Bibi jadi tiga." Sahut bocah tersebut dengan polos, nampak kejujuran di wajahnya yang tak di buat-buat.
Andrea pun menatapnya lekat, apa ayah dari bocah itu memiliki dua istri? Atau sudah menceraikan salah satunya? Berbagai pertanyaan langsung singgah di benaknya meskipun itu bukan urusannya.
"Jadi kamu tinggal dengan dua ibu?" Tanyanya sedikit penasaran, namun Jiro langsung menggeleng.
"Ibu yang melahirkan ku sudah pergi," sahutnya dengan wajah muram dan Andrea pun memahaminya. Mungkin ibu anak itu telah meninggal atau pergi akibat sebuah perceraian.
Perceraian memang hal wajar bagi orang dewasa namun dampaknya sangat berbahaya bagi anak dan ia berharap anaknya cukup bahagia hidup bersama mantan suami dan juga kakaknya.
"Sini peluk Bibi,"
Andrea pun membawa bocah itu ke dalam pelukannya, mungkin kah anak dalam pelukannya itu kurang kasih sayang hingga mudah meminta perhatian kepada orang lain?
"Hangat," Jiro nampak menenggelamkan wajahnya dalam pelukan wanita itu, sepanjang hidupnya mungkin ini adalah pelukan terbaik yang pernah ia rasakan sebelumnya.
"Bibi lapar," ucapnya tiba-tiba dan Andrea pun langsung mengurai pelukannya.
"Kamu lapar hm?" Ulangnya.
"Hm," Jiro pun mengangguk dengan polos.
"Baiklah ayo Bibi masakkan sesuatu untukmu," Andrea pun mengajak bocah itu berlalu ke dapurnya.
Di dudukkannya anak tersebut di kursi lantas dengan cekatan wanita itu membuat sup untuk menghangatkan tubuhnya mengingat udara lumayan dingin pagi ini.
Jiro yang memperhatikan wanita itu memasak nampak senyum-senyum sendiri, masakan seorang ibu pasti rasanya sangat enak pikirnya. Karena selama ini ia makan dari hasil masakan para pembantunya.
Beberapa saat kemudian dua buah mangkuk sup telah terhidang di atas meja dan mereka pun segera menyantapnya dengan lahap karena kebetulan Andrea juga belum sarapan mengingat tadi sengaja pergi pagi-pagi sekali.
"Bagaimana rasanya sayang?" Tanya wanita itu kemudian.
Jiro pun langsung mengangkat dua jempolnya sedangkan mulutnya penuh dengan makanan, Andrea sontak tertawa gemas. Sebenarnya ia jarang sekali masak dan kemarin ia sengaja belanja bahan makanan sedikit banyak agar tak lagi makan di luar mengingat ia bisa saja bertemu dengan mantan suaminya di mana pun.
"Habiskan ya," ucapnya seraya mengusap lembut puncak kepala bocah itu.
Beberapa saat kemudian Jiro pun ingin pulang karena tidak mau membuat asisten ayahnya khawatir dan berakhir lapor kepada ayahnya, lagipula ia sudah mengetahui rumah wanita itu jadi lain kali akan datang lagi.
"Apa mau Bibi antar?" Tawar Andrea meskipun penginapan bocah itu tak jauh dari rumahnya.
Jiro pun menggeleng, asisten ayahnya pasti akan marah jika ia mengenal sembarang orang. "Aku berani Bibi," sahutnya lantas berpamitan.
Melihat udara yang masih berkabut Andrea pun menghentikan langkah bocah itu. "Ayo pakai ini biar tidak dingin," ucapnya seraya menarik syal di lehernya lantas mengalungkannya pada leher anak itu.
"Ini akan membuatmu hangat," imbuhnya setelah merapikan syalnya tersebut.
"Terima kasih Bibi," Jiro nampak senang kemudian melambaikan tangannya dan segera pergi meninggalkan kediaman wanita itu.
Andrea nampak menatapnya haru dan ketika menyadari mentari sudah mulai beranjak wanita itu pun segera bersiap-siap, ia harus segera pergi bekerja sebelum bertemu dengan sang mantan suami.
Sementara itu di tempat lain Henry yang baru membuka matanya nampak tersenyum ketika menyadari anak bosnya itu masih tertidur pulas di sampingnya. Tak terasa sudah hampir pukul 8 pagi dan sepertinya semalaman mereka tidur sangat nyenyak.
Kemudian pandangan Henry nampak terhenti ketika menatap syal yang melingkar di leher bocah tersebut, perasaan semalam anak itu hanya memakai piyama tidurnya tapi kenapa sekarang ada syal dan mirip syal wanita dewasa.
"Mungkin milik nyonya Lucy atau nyonya Merry yang di bawanya," gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Niͷg_Nσͷg
salahhh kamu salah hen..syal itu milik andrea? mungkin kamu tak akan pernah mengenali syal itu? tapi ada seseorang yang pastinya akan langsung mengenali syal yang di pakai jiro? 🤭
hehh anak pintar? kamu mau jadi SANGKURIANG ya? yang jatuh cinta sama ibu kandungnya sendiri? 🤭 pelukan ibu begitu hangat yaa ro? sehangat mentari pagi dan menyejukkan seperti senja di sore hari..tak ada yang lebih indah dan membahagiakan, selain pelukan dan kasih sayang ibu. smeoga saja kamu secepatnya menyadari, kalau pria kecil bermata Hazel itu adalah putra kamu yang selama ini kamu tinggalkan dre?
2025-03-15
17
վօօղíҽ̀࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Woaahhhha Anda dikibulin bocil Pak Henry 😂😂...
Jiro pagi tadi sudah sempat warming up, jelong2 menghirup udara pagi...
Sekaligus jadi penguntit, tidak sengaja bertemu Mama Andrea sekalian dapat sarapan 😆...
Cerdas Jiro, setelah kenyang seketika otaknya makin sempurna 😂...
Bermain peran mengelabuhi orang dewasa /Facepalm/, jadi anak manis bobok cantik seakan tanpa dosa 😆...
Padahal pagi tadi sempat menghilang sejenak...
Kenapa dia malah jadi copy paste Mama Lucy ya, jadi King of Drama /Drool/....
2025-03-15
1
վօօղíҽ̀࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Nahhhh ini dia yang dimau Ndre /Sob/...
Hati dan pikiranmu sedikit banyak menyadari akan suatu hal...
Ada sebuah praduga jika Jiro mengingatkanmu pada seseorang....
Terus yakinkan hatimu Ndre kalau dia adalah seseorang yang sangat berarti dan berharga untukmu....
Pelan-pelan saja seiring berjalannya waktu tentu hatimu akan merasakan sebuah rasa yang lain..
Rasa yang nyaman akan sebuah hubungan kedekatan batin antara seorang ibu dengan seorang anak bernama Jiro, putra kandungmu...
2025-03-15
1